"Aku ingin kembali menjadi seorang pembunuh saja."
–––
"Hei, apa-apaan itu?! Apa maksudmu???" Fumiko berseru agak keras sembari melangkahkan kakinya cepat. Bunyi heels yang bertemu ubin marmer begitu berirama, membuat Toji kesal. Ia menatap mimik wajah gadis di hadapannya, menyedihkan.
"Aku akan mengembalikan semua uang yang sudah diterima beberapa bulan terakhir tanpa terkecuali, kau tidak perlu khawatir," ujar Toji. Ia membalikkan tubuhnya dan menatap mata karmin milik sang gadis, lantas melanjutkan ucapannya, "Untuk selanjutnya, tolong jangan hentikan aku,"
"Kalaupun harus, maka lakukanlah sampai mati," gumamnya. "Aku tidak masalah."
Fumiko menyerngit, bingung melanda pikirannya, "Ada apa...? Apa yang terjadi?"
"Mungkin aku harus mulai dengan membunuh ‘rekan-rekan’ penyihir yang ada di sini," ujar Toji. Ia mengeluarkan bola aneh itu dari mulutnya lagi. Bola yang menyimpan kutukan ulat––tempatnya menyimpan semua jenis senjata.
"HEI! DENGARKAN AKU!" Fumiko menepis bola itu, menjatuhkannya ke tanah. Gadis itu memegang kedua tangan Toji dengan telapak miliknya, bersikeras untuk menghentikan Toji, "Tolong..."
"Katakan padaku apa yang terjadi..." Telapak gadis itu masih menggenggam erat pergelangan tangan Toji. Sebetulnya, dengan kekuatan fisik sebesar itu, Toji bisa saja dengan mudah menepis pegangan itu. Entah mengapa ia belum melakukannya. Sebaliknya, pemuda itu membiarkan Fumiko mempererat genggamannya yang sebetulnya sama sekali tidak menyakitkan.
Ia melihat telapak tangan Fumiko dan tekad di wajahnya. Gadis itu benar-benar... sesuatu yang lain.
"Lepaskan,"
"Tidak! Tolong jelaskan padaku––"
"Lepaskan. Aku tidak akan menyakiti siapa-siapa."
Fumiko melepas genggamannya, "Maaf... Aku tidak bermaksud menjatuhkannya ke bawah..."
"Haa– lagipula memang sudah tempatnya untuk berada di bawah. Lupakan saja," Toji kembali menatap Fumiko yang keheranan. Mata penyihir muda itu berkaca-kaca, sedikit ekspresi teror tergambar di paras pucatnya.
Toji mempertahankan posturnya tegap menatap ke depan, ia tidak pusing-pusing membalas pertanyaan Fumiko. Hanya bunyi beberapa orang yang tengah berlalu lalang yang mengurangi ketegangan bagi sang gadis. Toji meraih kembali bola kutukan yang terjatuh, menatapnya sesaat dan memasukkannya ke saku celana.
"Hah."
Dirinya tidak pernah dihargai ketika hidupnya bersangkutan dengan jujutsu. Sebaliknya, selalu hinaan yang ia terima. Berbeda ketika ia melakukan pekerjaan hina, pujian dan apresiasi berlebihan selalu menjadi makanannya. Pujian ini kemudian ia jadikan alasan mengapa dirinya lebih suka melakukan pekerjaan yang kotor di mata orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding 𝐈𝐊𝐈𝐆𝐀𝐈 | Toji Zenin
FanficSeorang pembunuh berdarah dingin seperti Toji tidak pernah menyangka bahkan manusia sepertinya perlu sandaran dan tujuan lain diluar uang dan kebanggaan akan dirinya sendiri. _____________________________ IKIGAI: Sebuah alasan untuk hidup; kesadaran...