__________________________________
Bagaimanapun juga, bagaimanapun juga, bagaimanapun juga.
Entah dari mana datangnya alasan-alasan itu, tetapi mereka memang terus berdatangan, berkontradiksi dengan logika yang berusaha mendominasi.
_________________________________
"Toji-kun?"
Kepala klan Zenin yang bernama Naobito itu lantas mengerutkan kening mendengarnya, "Dia sudah lama kabur dari sini. Kami tidak tahu apa-apa soal dirinya,"
"Kenapa dia sampai melarikan diri?"
"Karena dia tidak punya energi kutukan."
***
Fumiko merasa bahwa pembelaan dan alasan yang dilontarkan pria paruh baya dari klan Zenin kala itu sama sekali tidak ada gunanya. Terlebih lagi, pencarian Toji juga semakin hari semakin terasa tidak berguna. Lagipula, pemuda itu hanyalah orang biasa yang kebetulan sempat menemani Fumiko selama satu atau dua bulan.
"Fumiko, kenapa kau terlalu memusingkan orang itu? Lagipula sekarang sepertinya dia tidak lagi mengincarmu. Kalaupun memang dia akan membunuh orang lain, apa artinya?"
"Lagipula memang hierarki kehidupan seperti itu. Yang lemah akan dibunuh, yang kuat akan bertahan. Sekuat apapun Toji Zenin itu, ia akan kalah satu hari nanti,"
Misaki melanjutkan merangkai bunganya, sementara Fumiko terlihat merenung kian dalam. Setelah beberapa saat, Misaki berhenti sejenak. Ia menatap Fumiko dan memutuskan untuk menghentikan lamunan temannya, "Kau... Punya perasaan khusus untuk lelaki itu, Fumiko?"
Fumiko terkejut, ia menatap Misaki dengan tegas, "Tidak. Tidak ada,"
"Yah, syukurlah. Bagaimanapun juga, pemuda itu pernah ingin membunuhmu berkali-kali. Kau seharusnya waspada terhadap orang itu,"
"Kalau sampai kau punya pikiran sampai rindu atau peduli dengannya, mungkin saja kau punya sindrom Stockholm atau Helsinki. Segeralah pergi ke psikiater, Fumiko. Haha,"
Penyihir manipulasi darah itu terdiam sesaat. Ia terlihat mempertimbangkan perkataan Misaki dengan hati-hati, lalu mencari keserasiannya dengan apa yang ada dalam lubuk hatinya yang paling dalam. Satu hal yang pasti, ia tidak bisa melupakan kejadian itu. Kejadian dimana tanah Shinjuku yang basah menjadi saksi bisu bahwa benar adanya, bahwa Toji menautkan secercah harapan akan hasrat pada dirinya.
Ia memilih untuk diam, tidak bercerita sepatah kata soal itu. Bagaimanapun juga, tidak ada yang akan paham hari itu selain dirinya sendiri. Seumur hidupnya, hari-hari paling menegangkan––lebih menegangkan dari membunuh roh kutukan tidak terdaftar––hanya dirasakannya ketika bersama pemuda itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding 𝐈𝐊𝐈𝐆𝐀𝐈 | Toji Zenin
FanfictionSeorang pembunuh berdarah dingin seperti Toji tidak pernah menyangka bahkan manusia sepertinya perlu sandaran dan tujuan lain diluar uang dan kebanggaan akan dirinya sendiri. _____________________________ IKIGAI: Sebuah alasan untuk hidup; kesadaran...