__________________________________
Semua orang tua ingin keturunannya berhasil. Namun, kata berhasil tidak selalu bermaksud positif yang sehat, melainkan sebuah obsesi demi menjaga kehormatan.
___________________________________
Keluarga manapun tentunya mengharapkan yang terbaik bagi orang-orang di dalamnya, dalam semua aspek. Kemampuan, kepandaian, dan etika adalah hal yang menjadi fokus utama untuk selalu ditanamkan.
Sayangnya, frasa "yang terbaik" kini telah berubah esensinya bagi beberapa kalangan. Tidak semua keluarga memilih untuk merealisasikannya secara sehat.
Bagi seorang anak yang memang sudah dianugerahi kemampuan mumpuni terhadap bidang tertentu sedari lahir, para tua-tua akan dengan senang hati memfasilitasi segala kebutuhan bagi kebanggaannya yang terkasih.
Hal ini tentu sangat baik.
Bagi keluarga penyihir terkemuka di dunia jujutsu, yang dimaksud "anugerah" adalah ketika dalam tubuh seorang yang baru lahir itu mengalir energi kutukan yang telah diwariskan para leluhurnya.
Ketika seorang anak terbukti mewarisi energi kutukan klannya, ia akan dibimbing hingga mencapai batas akhir kemampuannya. Bagi kebanyakan orang yang hanya melihat dari kulitnya saja, tentu hasilnya akan sangat memuaskan.
Anak yang dimaksud akan menjadi penyihir dengan kemampuan luar biasa sehingga banyak disanjung orang. Namun, yang tidak dilihat orang awam ialah proses yang harus dilalui oleh sang anak, terutama bagi anak yang mewarisi energi kutukan dalam jumlah paling besar dalam keluarganya.
Kalau memang anak tersebut jenius, tentunya tidak diperlukan latihan yang begitu intens. Tetapi lain cerita bagi mereka yang masih harus berusaha untuk mengoptimalkan hasilnya.
Pelatihan sejak belia membuat mereka tidak sempat menikmati masa muda secara penuh, sebab hampir setiap waktu yang tersedia akan dialokasikan untuk latihan dan pengajaran jujutsu baik teori maupun praktik langsung. Karena ini, sangat jarang bagi mereka yang terpilih untuk dapat menikmati bermain dan bersenang-senang bersama rekan sebaya.
Sang anak juga akan terus diperas agar menjadi "kuat", sehingga mereka melupakan perasaan yang sifatnya rapuh dan sangat rentan. Sebetulnya, hal ini baik. Tetapi apabila terlewat batas, tentunya akan merugikan kondisi psikologis dan pandangan anak terhadap emosinya sendiri.
Itu baru meninjau dari mereka yang dianugerahi.
Bagi seorang anak yang tidak mendapat bagian "anugerah" yang menjadi target dari kelahirannya, sayangnya, mereka akan dibuang begitu saja. Dianggap sebagai bentuk kegagalan yang tidak perlu digarap lebih jauh lagi.
Yang dimaksud "dibuang" bukan hanya berarti tidak dipedulikan semata. Mereka, baik siap maupun tidak tetap harus menerima cacian, hinaan, beserta hal-hal kurang ajar lainnya.
Sedari belia, anak-anak kurang beruntung itu akan dipaksa masuk dalam kandang yang berisi roh-roh kutukan. Menurut keluarganya, hal itu dapat saja memancing energi kutukan yang tertunda untuk dapat muncul. Sayangnya, sampai kini jenis siksaan itu belum pernah membuat korban secara tiba-tiba memperoleh energi terkutuknya.
Syukurlah apabila masih ada mereka yang tahan berada dalam lingkungan yang menjijikan seperti itu. Kalaupun tidak tahan, sebetulnya sangat wajar. Tidak jarang penyiksaan fisik dan psikis yang berlaku menghasilkan pribadi-pribadi yang mendendam yang mengutuk keluarganya sendiri.
•••
°°°"Kau pikir kau akan menjadi kuat jika berlatih hanya tiga kali dalam sehari?"
"Apa-apaan ini...?"
"Dalam tubuhnya memang tidak mengalir secercahpun energi kutukan. Anak ini gagal,"
"Bisa-bisanya dia memperoleh marga Zenin..."
"Bangun sekarang! Jangan sampai aku mengganti air dingin ini menjadi panas agar kau berhenti malas!"
"Kau mau mati pun, aku tidak akan peduli."
"Ah, aib keluarga."
"Heh- heh. Tidak punya energi kutukan ya?"
"Nak, kenapa kamarmu penuh buku-buku tidak jelas ini?"
"Kenapa kau harus lahir..."
"Oh, ini pelajaran sampingan, Ayah. Aku ingin menjadi guru,"
"Ah? jangan khawatir. Dia tidak akan menyakiti siapa-siapa."
"Anak ini bahkan tidak akan mampu membunuhmu dengan teknik kutukan."
"Yah, jangankan teknik kutukan. Ia bahkan tidak memiliki energi terkutuk."
"Guru...?"
"Hah-"
"Kau seharusnya mengemban pendidikan di sekolah tinggi jujutsu dan menjadi pewaris teknik kutukan keluarga ini. Tidak perlu lebih dari itu."
"Kalau fokusmu terbagi, bagaimana bisa kau menjadi yang paling kuat?"
"..."
"Umurmu sudah 18 tahun, tetapi masih saja belum meraih tingkat khusus..."
"Jangankan tingkat khusus. Untuk menjadi tingkat satu saja kau tidak mampu,"
"Enyah saja!"
_____
😢😢😢😢😢😢😢
Terima kasih sudah baca part ini semuanya, jangan lupa untuk beri vote dan komentar yaaa 🤍🤍🌹🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding 𝐈𝐊𝐈𝐆𝐀𝐈 | Toji Zenin
FanfictionSeorang pembunuh berdarah dingin seperti Toji tidak pernah menyangka bahkan manusia sepertinya perlu sandaran dan tujuan lain diluar uang dan kebanggaan akan dirinya sendiri. _____________________________ IKIGAI: Sebuah alasan untuk hidup; kesadaran...