Ternyata benar
Semua akan terasa asing
Kalo kebanyakan garam
"Haan, Jihaan, Kemeja item gue di mana kok gak ada di lemari?!" Ukasyah berteriak dari kamar sembari mengobrak-abrik isi lemarinya yang di dominasi pakaian berwarna gelap itu."Lemari satunya, di baris kedua gak sih? Baris pertama khusus Hoodie lo!" Jihan menyahut dengan teriakan karena dia di ruang tengah, lagi nyetrika pakaian yang habis di jemur.
Ukasyah langsung pindah ke lemari yang ada di sebelahnya dan mencari sesuai interuksi Jihan.
"Koleksi Beani gue gak ada di sini?!" teriak Uka lagi dengan benda baru yang ia cari.
"Lemari box! paling bawah! hadbucket sama snapback lo di atasnya!" sahut Jihan lagi, antisipasi dia kalo aja Ukasyah gak jadi pake beani biar gak teriak-teriak lagi.
"Kaos kaki putih di lemari box juga kan?!" rupanya Ukasyah jadi kecanduan mending nanya dulu daripada buang energi buat nyari barang yang dia gak tau letaknya dimana.
Tapi sudah 10 detik pertanyaan terakhir itu terlontar, Jihan tak memberikan balasan tanpa meleset sedikitpun seperti sebelumnya.
Pun sudah beberapa kali Ukasyah memanggil, Jihan tetap belum nyaut.
Maka dari itu Ukasyah ngecek Jihan ke ruang tengah.
"Jih.." suara Ukasyah semakin melenyap begitu ia melihat Jihan ketiduran dengan kepala yang berada di atas meja, deket setrikaan.
Ukasyah ngedeket buat benerin posisi yang gak nyaman itu, dia cabut dulu colokan setrikaan biar aman, terus dari sini dia bisa lihat wajah lelah Jihan (dengan bibir yang sedikit terbuka) yang udah
tiap hari ngerjain pekerjaan rumah meski terhalang dengan beberapa helai rambut yang menjuntai di mukanya.Ukasyah pelan-pelan melepaskan setrikaan dari genggaman Jihan, meluruskan kaki yang tadinya menekuk lalu menyandarkan punggung Jihan ke sofa.
Kemudian Ukasyah duduk bersila di atas karpet dan memijat telur kaki Jihan atau pada titik-titik dimana terasa pegal menurut kebiasaannya.
Jihan tersentak kaget ketika merasa kakinya di pijat oleh seseorang.
"Uka?" sapanya masih setengah sadar sembari mengucek mata.
Jihan menegapkan punggungnya dan mengintip perlakuan Ukasyah ini kepada kakinya. "Lo ngapain?"
"Lain kali, lo bisa ngepel dua atau cuma sekali dalam seminggu, jangan tiap hari. Lo bisa juga nyetrika cuma sama baju yang buat jalan, gausah baju yang di pake tiap hari, apalagi piyama doang." lembut ucapannya selaras dengan gerakan tangan Ukasyah yang masih memijat kaki Jihan.
Entah nyetrika itu emang hobi Jihan atau termasuk list wajib dalam ngurus rumah tangga versi Jihan, tapi Ukasyah sendiri capek liat perempuan itu yang selalu nyetrika semua pakaian termasuk piyama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partfect
Fanfiction• • • Karena kehidupan layaknya sebuah buku.• • • Cerita tidak akan selesai jika masih ada bagian yang belum lengkap untuk di tulis. Maka kamu pun belum di sebut sempurna jika di hidupmu masih ada beberapa bagian yang belum lengkap. ...