🥟🐣 10

489 57 8
                                    

Ada yang kangen krucil bertiga?
Akhirnya nulis lagi. Ini semua karena flu 🤧

Maaf untuk kesalahan penulisan

Maaf untuk kesalahan penulisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

□Naka□

Naka POV

Sore ini di hari Sabtu kami sekeluarga berada di rumah keluarga Lesmana. Setelah sekian lama tak bersua dengan tetua Lesmana, tiba saat dimana aku bertemu kembali dengan ibu dari kakek dan bapak dari kakek. Ryo dan Yuri Lesmana, terkenal dengan kepribadian yang bertolak belakang.

Kami berkumpul di taman, sekedar menikmati jamuan makan malam bertema keluarga. Bundaku sibuk memasak dan ayahku memanggang beberapa daging. Aku duduk di pangkuan Ryo Lesmana dan Neira dipangkuan Yuri Lesmana. Mereka terlihat amat bahagia ketika menanyai kami hal-hal sederhana.

Aku melihat Luan menangis digendongan nenek Airin karena menggoda bibir Luan. Adikku itu terlihat amat lucu ketika asal bicara tanpa dipikir tapi dia terkadang juga menyusahkan ketika bergerak bebas tanpa ada jeda. Neira.. dia adik pertamaku. Terlihat amat mirip dengan ayah Eka. Gampang terprovokasi tapi mudah meniru seperti halnya bunda.

Aku meminta izin menghampiri Luan. Lalu menggendong adikku yang tak berhenti nangis karena bibir bawahnya yang besar. Padahal nenek sengaja menggoda karena sayang.

"Uuu ndak cuka bibil ebal hiks aya ikan."

"Bibirnya Luan ga tebal kok. Luan ganteng kaya ayah."

Bagai pujian, rasa lega setelah dikata tak memiliki bibir tebal itu membuat Luan berhenti menangis. Lalu si kecil memeluk erat leher kakaknya.

"Makaci ak Naka."

"Sama-sama." balasku dengan menyesuaikan berat tubuh Luan di lengan kecilku.

Aku berjalan membopong Luan ke kursi rotan lalu mendudukkan Luan di samping Neira dan Yuri Lesmana.

"Loh loh.. kok Luan nangis?."

"Luan ndak angis."

"Luan cengeng." timpal Neira.

"Luan ndak engeng."

"Luan uat aya yayah.."

Nampak Ryo dan Yuri Lesmana tertawa ringan dengan ucapan itu.

"Kalau kuat, coba gendong kak Naka." kataku lalu dengan cepat dia berdiri di kursi rotan dan memelukku.

"Uuu uuu." gumamannya ketika berusaha mengangkat tubuhku.

"Culit. Ak Naka besal. Becok alau Luan besal Luan nddong ak Luan."

Aku mengelus pucuk kepala Luan sayang. Tak lama bunda memanggil kami untuk menikmati hidangan makanan dan tentunya daging panggang.

Menjelang pukul 7, aku baru saja membaca cerpen. Setelah kami makan, Neira dan Luan langsung tertidur karena keasikan bermain kejar-kejaran. Aku melihat ayah Eka mengganti pakaiannya menjadi setelan kantor. Aku mulai bertanya apakah ayah akan pergi bekerja di hari libur.Selang beberapa saat dia menghampiri bunda dengan meminta ditemani pergi.

My Home | HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang