Prolog

317 62 1
                                    

Tengah malam. Waktu selesai acara makan malam dengan keluarga kerajaan. Di malam setelah pelantikan Kelan sebagai perdana menteri pada periode keduanya. Saat orang-orang akan habis berhamburan pulang. Kelan diundang oleh seorang wanita. Di tengah mabuk dia mengikuti wanita itu. Sampai ke taman kerajaan, yang terang kurang terang khusus malam pelantikan. Di sana, di tengah-tengah taman, ada seorang pria pula.

Pria dengan tuksedo hitam dan sarung tangan putih, yang langsung memakai topeng begitu tahu ada yang datang. Topengnya sama putihnya dengan sarung tangan tadi, menutupi seluruh muka. Kecuali matanya yang tertutup lensa gelap. Ujung kanan atas topengnya mengerucut, sedangkan yang kiri tumpul. Dan di bagian bibir, merah tebal dibentuk warnanya.

Maka bertanyalah pria itu pada Kelan, "Pernahkah Anda menjual narkoba? Jika iya, jelaskan mengapa?"

Sedangkan di dalam aula kerajaan, orang-orang sibuk mencari Kelan. Dia seperti ditelan bumi, kata para koalisi dan anggota partai. Semua orang tidak selesai mencari Kelan hingga habis malam itu. Dan malah dikejutkan dengan video dari situs web berbagi. Di mana di dalamnya, Kelan tertawa terbahak-bahak, dengan tali tambang yang diikatkan ke seluruh leher. Saat hari masih gelap juga.

"Raja yang bodoh, dia masuk ke permainanku. Sambil membantuku naik lagi untuk kedua kali dan menyembunyikan penjualan narkoba milikku!" teriak Kelan yang bibirnya mencebik tiap kali talinya makin mengetat di lehernya. Dan disepak punggungnya oleh pria bertopeng hingga jatuh dari atap aula kerajaan, tapi tidak sampai ke tanah. Kelan menggantung dengan leher yang patah.

Tiga hari berikutnya baru dijumpai mayat Kelan. Mengapung di kolam ikan koi kerajaan. Memakai topeng yang dipakai oleh pria yang menanyainya di malam pelantikan.

"Enigma kembali memakan korban," kata semua orang yang melihat mayatnya diangkat.

Mayhem on Heaven's Mockery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang