Chapter 01

360 60 0
                                    

Di ruang tunggu sebuah rumah sakit, di kursi besi berderet tiga, Ciel Leblanc si Detektif Gila duduk memangku anak perempuannya. Sudah hampir tiga jam agaknya ia menunggu di rumah sakit itu bersama Tya Leblanc, anaknya. Matanya terus tertuju pada sebuah jam dinding dengan gaya tulisan bergaya Arab di tengahnya yang dipajang di depannya. Biasanya Leblanc Muda tidak akan sanggup berdiam meski sekejap saja saja. Namun karena sebuah lolipop yang sama lebarnya dengan kepala Ciel, Leblanc Muda berbaik budi menunggu bersama ayah. Malah Ciel yang saat ini berencana segera pergi, mengentak-entak kaki sambil melihat jam dinding tadi tiap dua tiga detik.

Kemarin saat Ciel berada di tengah kasus pencarian kucing seharga belasan ribu utra, seseorang yang tidak ada di kontaknya menelepon. Di seberang panggilan telepon sana yang bicara bukan sembarang orang. Penelepon itu memintanya menyelesaikan sebuah kasus pasal penemuan mayat bayi. Tidak ada alasan untuk menolaknya, tapi tidak ada juga alasan menerimanya. Sebab sebenarnya kasus mayat bayi itu sudah ditutup. Penelepon itu bersikeras, mengatakan tengah meminta tolong secara pribadi dengan amat sangat.

"Dari suara, kalian memang orang yang sama. Cara bicaramu juga sama dengan orang kutahu, tapi aku tidak ada sedikit saja keinginan untuk menerima kasus dari orang yang hanya menelepon!" tutur Ciel.

"Yah, jangan dingin begitu. Begini saja, saya akan bantu Anda yang tengah mencari kucing impor itu. Mungkin sekitar dua ratus meter di belakang rumah pemiliknya," jawab penelepon, "beberapa kali kucingnya masuk ke dalam sisa pipa pembangunan yang tidak jadi dipakai."

Bukan suatu hal yang konyol untuk membuktikan kata-kata penelepon itu. Tidak perlu ditanyakan pula bagaimana dia tahu kasus yang tengah ditangani oleh Ciel. Maka berangkatlah Ciel ke sana, dan mendapati kucing yang dicari sebelum dapat petunjuk. "Ya ampun, benar-benar ketemu belum lagi sehari. Padahal saya hanya punya foto, tanpa petunjuk apa pun. Rumor si Detektif Gila memang tidak main-main rupanya." Itu yang pertama kali dikatakan pemilik kucing. Bahkan sebelum melihat kucingnya yang bukan dibawa oleh Ciel, melainkan digendong oleh anak perempuannya setelah kalimat itu selesai.

Ciel hanya mendesah, "Naskah yang merepotkan," katanya pada pemilik kucing dan langsung menggendong anaknya di pundak.

Maka kasus bayi tersebut diterima oleh Ciel. Atas bantuan informasi kemarin. Yang saat ini ia tengah duduk menunggu hingga sudah pas tiga jam. Barulah datang seorang wanita rambut hitam sebahu dan jas yang juga hitam dengan kacamata pun hitam, melihatnya dari jauh lalu mendekatinya. Memberikan salaman tangan yang tampak hangat, tapi tidak dihiraukan oleh Ciel.

"Papa, lolipop Tya habis. Mau lagi!" pinta anaknya.

Ciel melotot pada wanita tadi, "Lolipop anakku lebih penting ketimbang kasus yang sudah ditutup. Jadi cepatlah sebelum anakku yang terlalu imut ini jadi marah padaku!"

"Perkenalkan, saya Kaia Ensyln, dari Departemen Khusus Investigasi." Melihat tidak ada tanggapan dari Ciel, Kaia melanjutkan, "Atas permintaan dari Direktur, saya akan memberi Anda wewenang atas kasus ini."

Sambil berjalan ke ruang mayat, Kaia menjelaskan pada Ciel. Bagaimana bayi itu ditemukan oleh warga di pinggiran sungai. Dan sudah tidak bernyawa sejak awal. Setelah proses otopsi, bayi itu baru dua hari hidup setelah hadir, kemungkin besar mati beberapa jam setelah lahir. Dan mayatnya mengapung dibawa air. Tubuh bayi dibungkus dengan sehelai kain panjang lusuh bermotif batik dari Indonesia dan dibaringkan di atas keranjang rotan besar yang tampak sudah tua. Para penyidik sepakat bahwa bayi itu berasal dari keluarga yang tidak mampu, maka dibuang ke sungai. Pencarian orang tuanya segera dilakukan dan langsung ditemukan selang beberapa jam. Dalam keadaan bunuh diri. Maka kasus pun ditutup.

"Terlalu mudah. Rasanya seperti membalikkan telapak tangan. Ah, andai saja semua kasus begini!" teriak Ciel mengucek-ngucek matanya yang berkantung. Lalu memegangi kaki bayi malang yang tidak sempat hidup tiga hari saja, sehari penuh pun tidak sebenarnya. "Kata salah satu ayahku, saat kita berpikir semuanya sudah selesai dengan begitu mudah dan cepat, tapi hati kita merasa janggal, berarti ada yang terlewat. Mungkin juga belum selesai sama sekali."

Mayhem on Heaven's Mockery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang