Ciel cekikikan begitu videonya selesai. "Dia bukan Enigma. Aktingnya terlalu buruk, apakah dia tidak melihat preferensi?"
"Apa maksud Anda?"
Semua orang di ruang tamu itu serentak menatap Ciel. Banyak dari mereka sudah akrab betul bagaimana sosok Enigma, jadi sudah pasti mereka bertanya-tanya dengan ucapan Ciel.
"Baiklah, begini, ada satu hal yang terlupakan di sini. Sesuatu yang begitu ikonik dengan para korban Enigma."
Nona Kaia langsung membesarkan bola matanya sampai seperti mau copot. "Topeng, mayat tadi tidak memakai topeng."
"Benar sekali, Nona Investigator. Sebenarnya bukan itu saja, Enigma selalu memberikan pertunjukan, dan dia selalu membongkar kedok orang dengan tangannya sendiri."
Selama sepuluh tahun terakhir, setiap kali kasus Enigma muncul, korban yang meregang nyawa selalu ditemukan memakai topeng putih yang sama dengan Enigma. Dan tiap kali mempertontonkan diri, Enigma berlagak bak seorang aktor teater.
"Perlukah saya menghubungi Direktur?"
"Tidak perlu, Nona Investigator. Aku lebih mau kau mengorek segala hal tentang mayat tadi. Catatan kepolisian, lingkungan, hubungan dengan orang-orang, tempat yang sering dikunjungi, apa saja. Jangan masuk ke sini bahkan jika kau selesai mencarinya, akan kuhubungi untuk yang selanjutnya."
Bersama dengan anaknya, Tya, Nona Kaia meninggalkan ruangan sambil mengotak-atik layar ponsel. Sementara Ciel mengibaskan tangan kirinya pada semua orang. Beberapa yang mengerti langsung memutar bola mata. Sementara yang tidak, langsung dimintai oleh Peta untuk keluar.
Tinggal Peta, pelayan wanita, dan dua orang pria di dalam ruangan itu selain Ciel. "Aku mau tahu siapa dan kapan terakhir kali orang di rumah ini berkontak dengan si mayat."
"Tidak ada," jawab salah satu pria anggota partai, "mendiang adik tidak punya jadwal hari ini."
"Cari rekaman yang memuat dirinya, lalu berikan informasi mengenai sifat mayat ini padaku."
Salah seorang pria yang lainnya keluar dari ruangan. Pelayan wanita mengikuti dari belakang.
"Kau mau ke mana, Nona Pelayan?" kejut Ciel memegang bahunya.
"Ah, saya mau membantu melihat rekaman—"
"Yah, terserah. Kau bisa pergi." Ciel langsung memotong dan menyuruhnya keluar, sebelum pelayan itu sempat bicara lebih banyak.
Peta ternyata mengenal dekat mayat tadi semasa hidupnya. "Dulu saya bertemu dengannya sebelum partai ini benar-benar dikenal orang."
Mayat itu menjadi kader di awal-awal pembentukan partai Z. Peta sendiri sudah mengenal si mayat semenjak duduk di bangku perkuliahan, hanya dua semester di bawahnya. Mereka tidak pernah saling bicara, hanya sekadar saling tahu. Semenjak Peta mendirikan partai, dia langsung menghubungi dan ikut bergabung. Semenjak itu mereka saling akrab.
"Baiklah, cukup sampai di situ." Ciel menggaruk-garuk kepalanya. Ia kemudian membuka kancing kemejanya, dan memasukkan tangan ke sela-sela tengkuk untuk menggaruk punggung. "Bisa kau turunkan suhu ruangan ini? Buat lebih dingin," pintanya pada pria dari partai.
Sementara itu satu ruangan hening. Mereka bertiga tidak ada yang buka mulut. Lima belas menit lamanya baru ada yang memecah keheningan, seorang pria masuk ke ruangan. Dia pria yang memeriksa rekaman CCTV.
"Tidak ada apa pun. Di seluruh kamera, tidak ada yang merekam mendiang. Dia betul-betul langsung muncul begitu saja setelah listrik hidup."
Kembali hening, tidak ada yang bersuara lagi. Mereka semua menunduk ke lantai. Berikutnya keheningan itu terpecahkan lagi, oleh suara jeritan seorang wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mayhem on Heaven's Mockery
Mystery / ThrillerCiel Leblanc si Detektif Gila, diajak pengusaha terbesar di Tora, Ethan Grant untuk bekerjasama. Awalnya Leblanc menolak, tapi mendengar provokasi dari Ethan, ia langsung menyetujuinya. Mereka berusaha mengejar dan membongkar identitas dari kriminal...