Review BukuNovel : Bukan Pernikahan Impian (BPI)
Penulis : Patrick Kellan dan Yanti Anandya
Penerbit : Patrick Kellan
291 Halaman
ISBN : 978-623-90855-6-89Saling memahami dan terbuka merupakan kunci pernikahan. Jembatan keduanya adalah komunikasi. Bagaimana mau terbuka dan bisa memahami Tanpa komunikasi?
Kemana pun muaranya, permasalahan utama setiap rumah tangga adalah komunikasi. Kerikil kecil bisa menjadi batu besar akibat matinya komunikasi
Komunikasi tidak hanya menuntut kecerdasan dalam berbicara tapi juga harus pintar mendengarkan.
Gagal paham yang sering terjadi dalam rumah tangga : istri merasa tidak dianggap keberadaannya ketika suami tidak menceritakan apa masalahnya. Padahal tidak semua laki-laki memiliki kemampuan untuk bercerita dengan gamblang saat memiliki masalah. Dia hanya butuh waktu untuk menyendiri dan menenangkan hatinya sampai kemudian mendapatkan kekuatan dan solusi untuk menyelesaikannya.
Review
Novel Patrick Kellan dan Yanti Anandya “Bukan Pernikahan Impian” menyajikan dengan lengkap akibat putusnya komunikasi yang melahirkan gagal paham.Rumah tangga Alfian dan Kalila yang diawali dengan perjodohan tanpa sengaja kemudian dijalani di atas pondasi prasangka.
Alfin si manusia kulkas yang juga seorang mantan don juan bertemu dengan Kalila si kutilang darat yang belum sepenuhnya mengenal cinta, dapat dibayangkan seperti apa kehidupan mereka. Bahkan Kalila sangat marah saat ciuman pertama Alfin mendarat tanpa permisi di wajahnya, padahal mereka sudah sah suami istri. Bagi Kalila hal yang sakral harus dilakukan berdasarkan cinta bukan nafsu.
Tidak hanya sekali dua kali masalah dalam rumah tangga mereka muncul. Anehnya setiap masalah yang muncul malah membuat diriku terbahak-bahak bahkan sampai berucap "kok bisa ada model manusia seperti mereka dan bersatu dalam biduk rumah tangga."
Namun yang membuatku deg-degan, saat wanita masa lalu Alfin hadir. Kalila dengan prasangkanya membuat kesimpulan sendiri tanpa tabayun dan berakhir melarikan diri dari rumah. Sedih banget aku. Separah itu akibat prasangka dan gagal komunikasi.
Seperti pepatah Jawa yang mengatakan Witing tresno jalaran soko kulino (cinta hadir karena terbiasa) tanpa sadar Alfin yang juga mendapat julukan dari istrinya, barang bekas yang super cuek dan selalu bersikap dingin terseret dalam kebiasaan Kalila si kutilang darat yang baperan.
Makin di baca kisah mereka makin membuat gemes dan tertawa bersamaan.
Gemes karena setiap masalah yang muncul murni salah paham dan buruknya komunikasi, tertawa karena sikap Alfin dalam menyelesaikan masalah, terasa aneh tapi malah membuat Kalila makin meleleh.
Dalam bayanganku membaca BPI pasti drama seperti kisah novel lainnya yang mengambil tema perjodohan, mulai dari sama-sama cuek dan bersikap dingin kemudian lama-lama akan berubah menjadi romantis atau drama dan menye-menye, kenyataannya ini sangat berbeda.
Alurnya cepat, tidak bertele-tele dan tentu tidak membosankan. Dramanya juga dapat, tapi sesuai porsinya dan tidak berlebihan. Novel ini lebih mengarah kepada komedi romantis. Perbedaan dengan novel yang lain, romantis yang di sajikan bikin ketagihan karena tidak dibahas secara vulgar. Romantisnya Alfin sederhana tapi membuat pipi Kalila selalu bersemu merah. Jadi ... romantisnya mereka membuat ketagihan, ingin membaca lagi dan lagi.
Diksinya ringan dan mudah dipahami cocok bagi mereka yang berjiwa muda dan kurang hobi menekuni buku-buku baku nan tebal dan enggan mencerna kalimat-kalimat yang berat. Alfin dan Kalila masing-masing menggunakan pov 1, sehingga pembaca merasa semakin dekat dan menyatu dengan sang tokoh tapi juga sekaligus penasaran, sebenarnya apa sih isi hati mereka.
Hal yang paling aku suka dari BPI, setiap bab ada nasehat yang terselip tanpa menggurui karena menyatu dalam cerita. Nasehat yang disampaikan menjadi mudah dipahami tanpa kening berkerut.
Aku paling suka Quote pada part 31 pov Alfin saat Kalila melarikan diri dari rumah “satu hal yang baru kumengerti. Bahwa pernikahan adalah tentang belajar seumur hidup. Belajar mengerti, belajar mengendalikan diri dan belajar mengesampingkan segala ego dalam hati.”
Kalila yang selama ini menjalani rumah tangga penuh prasangka dan selalu menuntut pengakuan cinta dari Alfin, seiring berjalan waktu mulai bisa berpikir dewasa dengan prinsipnya “cinta tidak perlu di ungkapkan, selama pasangan kita selalu ada untuk kita, maka itulah ungkapan cinta sesungguhnya.” Sampai di sini aku merasa, wah ... keren banget. Bukan cuma meleleh tapi sudah pada fase lumer dan menyatu dengan kisah mereka.
Novel ini, juga sangat cocok bagi yang masih jomlo (biar semangat nyari pasangan halal), yang akan memasuki mahligai pernikahan apalagi yang sudah menikah bahkan pasangan usia senja yang sering gagal paham, wajib membacanya agar lebih memahami karakter masing-masing.
Bagiku BPI lebih tepat sebagai buku nasehat perkawinan yang dikemas kocak dalam sebuah novel.
Endingnya sempat bikin deg-degan dan hampir menangis, tapi akhirnya tetap tertawa bahagia di akhir cerita.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
Review buku
RomanceUlasan buku-buku fiksi dan non fiksi yang pernah saya baca, semoga bermanfaat