>> Satu

1.5K 174 78
                                    

   Matchmaking in the modern era?

   Terdengar gila namun kenyataannya hal itu memang masih bertahan hingga kini. Perjodohan yang biasanya ia lihat di film klise, sejak semalam telah berubah cerita ketika kedua orangtuanya menawarkan seorang gadis kepadanya.

   "Dia anak teman Papa. Anaknya baik, dilihat dulu saja. Tapi Papa harap kamu suka dan kita bisa melangsungkan acara pernikahan kalian secepatnya."

   "What?"

   "Dan jika kalian menikah, perusahaan Papa dan teman Papa ini bisa bersatu. Tentu itu hal yang bagus bukan?"

   "Itu sama artinya Papa jual aku!"

   "Za—"

   "Aku ngantuk!"

   "Papa belum selesai bicara, Zayyan!"

   Dan ya, ketika itu dirinya meninggalkan obrolan tersebut tanpa tuntas. Tidak peduli apa di belakang sana papanya terus bersungut kesal, semalam ia pun sangat jengkel dan membenci percakapan mereka.

   "AAAA! OM AWAAAAS!"

   Usianya yang sudah memasuki dua puluh delapan tahun membuatnya refleks menotice teriakan tersebut yang benar-benar menggema. Ia menengak, dan sontak terkejut saat sebuah sepeda tengah melaju kencang nyaris saja mencelakai dirinya andai ia tak menyisi.

   Beruntungnya ia selamat, meski sepeda dan pengemudi kendaraan beroda dua itu tak dapat lagi tertolong. Mereka jatuh ke aspal, memberi rasa sakit yang tak bisa dijabarkan oleh objek tersebut.

   "Aduh ...,"

   Bisa Zayyan dengar isak tangisnya. Tangis kesakitan yang benar-benar perih, hingga rasa ibanya pun tersentuh. Zayyan lalu mendekati gadis itu dan berjongkok di sisinya.

   "Kamu gak papa, dek?"

   "Semua ini salah Om!"

   Matanya membulat sempurna karena ditunjuk jari gadis itu. "Om harusnya jangan berdiri di situ. Tahu sepeda aku engga ada remnya!"

   Dasar anak tuyul, tak ada angin tiba-tiba saja dirinya disalahkan. Perasaannya yang awalnya iba pun jadi hilang begitu saja, berubah kesal.

   "Saya mana tahu. Harusnya kamu yang lebih hati-hati." Dia menarik nafas dalam. Kenapa cobaan selalu saja ada? "Udah jangan nangis lagi, nanti orang salah paham sama saya."

   "Sakit tahu Om. Lihat deh kaki aku."

   "Gak berdarah kok."

   "Ya emang," masih dengan isaknya ia bicara. "Tapi sendalnya lucu, 'kan? Kata papa ini engga lucu. Kata Om gimana?"

   Zayyan terdiam sesaat mencernanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Zayyan terdiam sesaat mencernanya. "Kamu serius tanya pendapat saya?" Gadis itu dengan tegas mengangguk. Ia tidak percaya ada gadis berspesies seperti ini. "Oke. Akan saya jawab tapi berhenti menangis!" sambungnya tegas.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang