>> Tujuh

788 140 81
                                    

   "Mau kemana?"

   Memang penting memikirkan nasibnya sekarang yang terjebak dalam siasatnya sendiri. Dari awalnya menipu jadi tertipu. Dari berbohong berakhir karma. Entah, kekonyolan menyebalkan apa yang sudah selama ini ia jalani ini. Dan ia terkejut.

   "Hari ini pernikahan Daniel."

   Dan inilah yang lebih ia prioritas untuk sekarang-sekarang ini, walaupun otaknya sedang berkecamuk hebat akibat fakta di pagi hari tadi. Tapi siapa yang tahu? Ia bahkan mencoba untuk tidak membuat kedua orangtuanya curiga.

   "Tunggu sebentar,"

   "Aku sudah cukup terlambat, Mah."

   Beliau melipat majalah di tangannya. "Ajak Amara juga," ucapnya seraya bangun dari duduk, mendekati putranya. "Dia masih bersiap di kamar, tunggu sebentar lagi, tidak akan terlambat juga."

   "Amara tidak suka tempat ramai—"

   "Itu kamu Zayyan, bukan Amara."

   "Di sana banyak orang asing, dia pasti tidak nyaman. Jadi lebih baik tidak perlu ikut. Aku takut akan menghiraukannya karena banyak teman-temanku—"

   "Apa kata mereka saat melihat semua orang membawa pasangan sedangkan kamu tetap sendiri? Hm?" sela beliau sarkas. Di dalam hening itu, tangannya melipat ke dada. "Ajak Amara pergi. Dan semua orang di dunia ini berhak tahu kalau Amara adalah kekasihmu!"

   "Tapi Ma, OKE!" Mata itu menajam paksa yang tak bisa Zayyan hindari. "Tapi kalau Amara lama, Zayyan tinggal. Karena aku sudah janji sama Daniel mah, aku akan ada di sana di saat paling pentingnya."

   "Tidak akan. Sayang, Amara!" Amel pergi ke kamar tamu lalu mengetuk pintu. "Ra, ini Tante sayang. Udah selesai belum? Boleh Tante masuk?"

   Clek!

   Pintupun terbuka menampilkan Amara yang sudah siap untuk pergi. Pembantu di keluarga mereka ternyata ada yang tidak hanya jago di dapur, sehingga ketika Amara bersiap tadi dia ikut membantu.

   "Cantiknya. Ayo, ikut Tante ke depan."

   "Papa udah datang jemput ya?"

   "Bukan. Ayo ikut aja!"

   Mereka pun melangkah ke tempat Zayyan menunggu sekarang—ruang tamu depan. Di saat gadis itu melangkah dengan santai karena hak tinggi, ada pria tak sabaran yang nyaris menggerutu di sana.

   Zayyan melirik jam tangannya. Lalu suara pijakan kaki terdengar membuat ia yakin itu adalah mereka. Dia berbalik, melihat bayangan dua wanita itu di lantai sebelum akhirnya terlihat nyata kaki mereka.

   "Kenapa lam—"

   Lihat bagaimana ia dibuat speechless.

   Kecantikan Amara tampak terpancar lebih awur-awuran lagi saat dirias sedikit lebih tampak dewasa. Gaun hitam yang senada dengan pakaiannya seperti gelap yang membuat riasan gadis itu terlihat lebih unggul. Cantik. Sangat cantik! Sedikit dari banyaknya definisi bagaimana Amara sekarang.

   Zayyan meneguk ludah.

   "Kamu cantik sekali, sayang. Zayyan sampai terpesona begitu," goda beliau gemas membuat Zayyan buang muka.

   "Sudah terpergok, jangan malu-malu," godanya masih sambil terkekeh. "Ya sudah, berangkat sekarang. Senang-senang ya, di sana. Dan bayangkan kalau kalian juga akan ada di titik seperti itu."

   "Aku berangkat Tante."

   "Iya."

   Zayyan berbalik.

MatchmakingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang