That is wrong?

458 25 3
                                    

Don't forget to support

Sorry for typo

Happy reading


×××××××××


“Zale yang sabar yah” ucapan itu kembali datang entah sudah manusia keberatan ratus yang mengucapkan itu padanya

Tidak bisakah mereka diam terlebih dahulu? Zale sedang berduka saat ini, bisakan kalian jangan cari muka dulu hah?

Ayahnya yang sangat ia sayangi pergi meninggalkannya berdua dengan kakak nya, kemana sang ibu? Ibunya? Ia perempuan gila yang entah pergi kemana sejak Zale bayi

“Zale, kakak pergi dulu banyak yang harus kakak urus” Zale mengangguk pada Zila, kakak perempuan Zale

Mata Zila sangat bengkak dan merah, tak bohong pasti Zila lebih bersedih dari pada Zale, tapi sebagai kakak Zila juga yang harus mengurus segala macam urusan pemakaman ayahnya itu

Kuburan itu sudah sepi kini, hanya tinggal Zale yang masih menangis dengan memeluk lututnya, ia mengingat setiap moment yang ia lalui bersama sang ayah hingga ia mendongakkan kepalanya ketika merasakan kepalanya terusap

Zale menatap ke atas, anak Laki-laki yang sepertinya seumuran dia berdiri disana, anak itu duduk di samping Zale tapi tangannya masih setia mengusap kepala Zale, kini tangan pemuda itu turun mengusap bahu Zale, dan mengarahkan seolah memberi perintah untuk Zale bersandar padanya

Zale membutuhkan bahu tegak itu, Zale menurut, ia sandarkan kepalanya pada bahu lebar anak itu dan melanjutkan tangisannya, rasanya lebih nyaman karena kau memiliki sosok yang menemanimu

Lelah menangis Zale mengangkat kepalanya, mengusap kasar air matanya, anak di depannya itu menghentikan gerakan tangan Zale, ia mengusap air mata Zale dengan perlahan

“jangan digosok, nanti merah” ucapnya

Zale hanya menatap anak itu “Hidan, namaku” ucap anak itu seakan tahu

“jangan merasa sendiri, karena pada dasarnya manusia itu dilahirkan sendiri, tapi aku disini, bersandarlah padaku, aku akan menemanimu” Hidan, anak itu tersenyum pada Zale

“kita ga kenal” ucap Zale, memang keras tapi itu nyatanya

Hidan terkekeh “benar juga, yasudah, mari mengenal satu sama lain mulai sekarang” Hidan tersenyum

Angin sepoi wilayah kuburan kala itu seakan membawa perasaan untuk keduanya, perasaan yang membingungkan tapi menyenangkan untuk diterima

Rambut Zale tertiup angin, dengan sigap Hidan membenarkan agar tidak mengenai mata Zale
“kamu manis” ucapnya

. . .

“ayo pulang, aku anter” ajak Hidan, Zale menggenggam tangan Hidan

. . .

“Hidan, aku merindukan ayahku” ucap Zale pada Hidan di taman kota itu
Tanpa aba-aba Hidan memeluk Zale, sungguh beruntung Zale memilikinya

. . .

“mau nyoba cafe baru itu?” ucap Hidan menunjuk bangunan baru yang ada di wilayah itu

Zale mengangguk lucu sontak Hidan mengusap kepala Zale
“pelan-pelan ka Zale, ini manisnya kelewatan” mereka tertawa bersama

. . .

“Happy Birthday Hidaaannnn” ucap Zale membawa kue kecil di tangannya

“terimakasih sayang, aku mencintaimu” ucap Hidan sebelum menarik tengkuk Zale dan mencium bibir itu

0 to 1 from 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang