aku tidak masalah

216 12 0
                                    

sorry for typo

happy reading

"hei kau lihat anak baru tadi? padahal udah SMA bisa-bisanya, untung aja itu tadi mobil ga sampe masuk kelas, kalo bisa udah udah di anter sampe dalem itu" ucap salah satu gadis di ruangan itu

"hahahaha aku juga liat, turun mobil aja di anter sampe masuk kelas mana di payungin lagi, seberapa kaya sih tuh anak" saut yang di ajak bicara

"heh kalian ngomongin siapa sih" anak laki-laki yang mendekat merasa tertarik dengan pembicaraan dua perempuan tadi

"tadi ada anak baru adek kelas gatau kelas 1 apa kelas 2, ini hari pertamanya masuk, tau ga mobilnya nganter sampe mana? ga terima sampe gerbang atau mentok parkiran atau lapangan lah mayan, ini dibawa masuk woy masuk bener-bener masuk sampe tuh ban mobil mentok sama lantai depan kelas gila" gadis itu semakin antusias bercerita

"hiyyih, chaeyon, Matthew sudah ngomongin orangnya?" satu intrupsi membuat mereka langsung berjingkat menjauh

Sung Hanbin ketua OSIS di SMA ini, dengan perawakan yang tinggi dan kekar juga perintahnya yang tidak terbantahkan membuatnya menjabat selama 2 tahun, dari kelas 1 Hanbin sudah terpilih menjadi ketua OSIS tentu kelas 2 nya juga, dan saat ini sudah seharusnya jabatan itu lengser dari namanya namun seperti sengaja gurunya itu selalu menunda, katanya selama Hanbin belum sibuk dengan ujian tidak perlu terburu-buru

Hanbin juga tidak masalah akan ia jalani kehidupan SMA dengan berkas-berkas kegiatan itu

“baiklah cukup untuk hari ini, pas 1 jam, diskusikan hasil rapat hari ini dengan tim masing-masing, dua hari kedepan tolong setiap departemen menyiapkan laporan proges masing-masing, jika ada yang mau di tanyakan PC saja, terimakasih dan sampai jumpa” akhir kata itu membuat para anggota OSIS yang lain menghela nafas lega, bahkan ada yang sudah berlari menjauh

Hanbin menggeleng, membersihkan kertas-kertas yang ada lalu mengunci ruangan itu, ia berjalan perlahan, sekolah sudah benar-benar sepi, sampai ia berhenti tepat di depan kelas 2 IPA-3 itu setelah mendengar suara lirih tangisan

“hei apa yang kau lakukan disini?” seru Hanbin setelah membuka pintu kelas mendapati seorang anak laki-laki yang menumpu kepalanya di meja dan bahunya yang bergetar

anak itu mendongak

-bidadari kah itu- batin Hanbin

hidung dan pipi yang memerah, mata jernih dengan air yang menggenang disana, dengan sedikit keringat di dahinya

“supir utusan papi?” ucap anak itu membuyarkan lamunan Hanbin

sial, apa-apaan maksudnya

“apakah pakaikanku terlihat seperti supir?” tanya Hanbin

laki-laki itu menggeleng lalu kembali menangis “huaa lalu dimana supirkuu huaa papi sudah tidak sayang sama ao, papi melupakan ao, meninggalkan anaknya kesepian sendirian disini huaaa apakah papi membuangku disini huaaa” tangisnya membuat Hanbin kaget

-sepertinya anak ini yang dibahas bahiyyih tadi-

“ayo tunggu di luar saja, aku temani” ajak Hanbin, berfikir beberapa detik, akhirnya anak itu mengangguk mengiyakan

baru berjalan sampai lapangan dia berhenti
“stop! mengapa sangat jauh? aku sudah lelah kakiku sakit, ini sudah melewati batasanku aku tidak mau” bantahnya

Hanbin menoleh kebelakang sungguh, jarak pintu kelas dengan lapangan bahkan tidak lebih dari 100 meter, apa yang melelahkan

melihat anak di hadapannya, mengingatkan Hanbin pada ponakannya yang juga bertindak serupa, mata yang sembab entah membuatnya semakin lucu, memang umur anak itu berbeda jauh dengan ponakannya tapi tetap saja mereka sama

0 to 1 from 0Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang