Tempat pertama yang Nirada kunjungi adalah kosan adiknya di Kota Kabupaten. Ada beberapa hal yang harus Nirada tanyakan sebelum siap mengunjungi tempat-tempat masa kecilnya di desa—kini bahkan sudah menjadi kota kecamatan. Ia harus memastikan satu dua hal. Itung-itung juga istirahat setelah perjalanan jauh. Mungkin satu dua tarikan tubuh di kasur adiknya menyembuhkan pegal.
Jalanan ramai. Mobil-mobil berhamburan. Becak dan motor saling menyalip. Pejalan kaki bercakap satu sama lain. Melihat-lihat pakaian di toko. Pedagang asongan menjajakan barangnya di pertigaan itu. Kerumunan menggeliat di bahu jalan. Membeli berbagai keperluan di toko-toko yang menghiasi sepanjang jalan. Toko-toko bearsitektur lama ini memang telah ada sejak zaman dulu. Beberapa diantaranya bahkan masih dengan pemilik yang sama dan menjual barang yang sama. Obat-obatan, jamu, makanan, hingga pakaian memadati pemandangan sepanjang jalan.
Nirada melangkahkan kakinya di trotoar. Rumah adiknya tidak jauh dari stasiun.
Matahari menyengat. Pagi menjelang siang ini terik sekali. Nirada mengingat sesuatu, di jalan ini ada warung soto ikonik, sudah ada sejak lama. Letaknya berada di pojok—sesuai namanya—dekat perempatan. Memutuskan mampir sebentar. Soto ini makanan favorit Nirada bersama adiknya. Dulu waktu kecil mereka selalu merengek makan soto ini kepada Bapak dan Ibuk ketika berkunjung ke Kota Kabupaten.
Di depan warung, ada plang bertuliskan "Soto Ajam Podjok". Nirada masuk. Memesan dua menu favoritnya. Pelayan gesit menyiapkan pesanan. Menyiapkan soto. Asap mengepul dari kuali. Suwiran ayam menghiasi tatanan soto yang ditaburi kecambah. Aromanya nikmat.
Kosan Tanya tidak jauh dari warung soto ini. Hanya perlu menyebrang. Masuk ke dalam gang. Lalu kalian akan menemukan sebuah gang sempit di sebelah toko pakaian muslim. Letak kosan itu ada di dalam sana. Tanya telah menempatinya sejak lulus dari kuliah. Tanya ingin lebih dekat kepada anak-anak di sana. Memberinya pendidikan yang layak. Mengajari banyak keseruan dari metode pengajarannya. Setelah lulus dari kuliah, Tanya mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan. Menjadi mentor di salah satu platform pendidikan terkenal tidak membuatnya menutup mata kepada lingkungan sekitar. Tanya berharap bahwa selain ia bisa menyebarkan ilmunya ke banyak manusia di luar sana, ia juga harus menyebarkannya dulu di sekitar lingkungannya. Dan ia memilih tempat ini, tempat yang menjadi destinasi keluarga mereka ketika kecil dulu. Membawa banyak memori indah.
Suara ketukan pintu terdengar.
"Kak Nadira?" Tanya melepas earphonenya. Berdiri. Bertanya dari dalam kamar. Tanya tahu kakaknya akan ke sini.
"Iya, ini aku. Tolong bukakan pintunya, Tanya."
Pintu terbuka. Nirada melangkah masuk. Menaruh dua bungkus plastik berisi soto di meja. Merebahkan sejenak tubuhnya di kasur. Merenggangkan badan.
"Wih, soto! Pas banget aku pengen beli soto siang ini. Kak Nadira selalu pengertian." Tanya terkekeh. Mengambil dua mangkok di dapur. Menuangkan soto ke dalam mangkok. Menghidangkannya di dekat Nirada. "Ayo makan, kak."
Mereka makan di samping kasur busa. Meniup soto yang panas. Menyendok satu dua, sesekali ber-hah kepanasan. Warna kuah soto Tanya berwarna kemerahan. Entah berapa banyak sambal yang ia masukkan. Nirada beda dengan Tanya, ia tidak suka terlalu pedas.
"Kakak tumben ke sini, ada apa emang?" Tanya membuka topik pembicaraan. Jarang sekali Nirada berkunjung ke kosan Tanya. Biasanya mereka hanya sesekali bertemu bila ada perlu. Itupun jika kebetulan Tanya berada di Kota Provinsi—tempat Nirada bekerja.
"Kakak ada perlu, Tanya." Nirada tersenyum.
Tanya hanya ber-oh pelan. Melanjutkan makan.
Tanya menggeleng, "Ah tidak, pasti ada sesuatu. Kakak terlihat banyak sekali pikiran. Terlihat dari raut wajah kakak. Ada apa, kak? Cerita saja padaku." Soto Tanya kandas. Ia meneguk air mineral. Cepat sekali makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tersisa dari Hati
RomanceDia mengajarkanku cara mengucapkan selamat tinggal Dia mengajarkanku untuk tumbuh dalam kebaikan Dia mengajarkanku cinta yang mengakar kuat pada jiwa yang lemah Namun satu yang tak ia ajarkan padaku, Cara untuk tetap tersenyum kepada hati yang memi...