CHAPTER: 02

116 0 0
                                    

"Kenapa berhenti di minimarket?" tanya Rubby bingung.

"Gak haus?" Mahesa memutar stir untuk parkir di minimarket.

"Engga usah repot-repot."

"Oke." Mahesa keluar tanpa mengadakan ucapan Rubby.

Rubby merengut kesal. Bagaimana bisa laki-laki tampan itu malah memiliki sikap sedingin kutub?!

Entah Rubby harus menyebut ini sebuah keberuntungan atau kesialan. Yang pasti Rubby akan sangat buruk dimatanya.

Rubby memilih bersedekap dada sampai laki-laki itu datang. Tidak lama dia datang dengan dua cangkir cup di tangannya. Mahesa menjulurkan cup kopi pada Rubby yang nampak tegang.

"Biar rileks." Mahesa menyahut santai.

Rubby memandangnya sinis tanpa disadari Mahesa. Nih cowok lumayan nyebelin juga. Rubby menggerutu dalam hati sembari meraih cup kopi yang Mahesa berikan.

"Ngomong-ngomong nama lo beneran Mahesa? Atau itu nama samaran?"

"Nama asli. Lo?" Mahesa menyalakan mesin mobilnya dan mulai pergi melanjutkan tujuan mereka.

"Nama asli."

"Kenapa gak mau pake nama samaran?" tanya Mahesa.

"Ribet. Gue suka nama asli gue. Anyway, siapa cewek yang lo maksud? Dia pacar lo?"

"Bukan."

"Terus?"

Ckitttt!!

Mobil tiba-tiba berhenti mendadak. Mahesa terpaksa menekan rem dengan sangat kuat ketika ada anak jalanan yang menyebrang tanpa lihat kanan dan kiri. Anak itu terlihat meminta maaf namun Mahesa malah mendengus dingin dan memberinya uang lembar seratus ribu.

Kemudian Mahesa menoleh pada Rubby yang nampak menunduk.

"Kenapa?"

"Gak pa-pa, cuma ke siram kopi dikit."

Mahesa mengangguk dan menjalankan kembali mobilnya.

Rubby meringis sembari mencoba mengelap tangannya. Punggung tangannya tampak melepuh dan memerah. Kopi itu baru dibuat dengan air mendidih lalu langsung mengenai tangannya.

Melihat Rubby kesakitan Mahesa lantas menghentikan mobilnya lagi, kali ini di depan ruko kosong. Rubby mendongak bingung, apalagi ketika Mahesa meraih sapu tangan lalu perlahan mendekat ke arahnya.

Rubby terperangah. Tatapan matanya tidak lepas dari wajah Mahesa yang nampak jelas dimatanya. Mahesa tampan. Dan juga manis. Entah sejak kapan jemari lentik Rubby sudah berada di genggamannya. Rubby tidak fokus karena wajah bak dewa Yunani itu.

"Kenapa suka bengong sih?" tanya Mahesa heran.

Rubby berkedip lambat. "Hah?"

"Lo, kenapa bengong?"

"Oh? Gue? Gue gak bengong kok! Cuma—aw! Jangan diteken!" ketus Rubby kesal.

Mahesa twrkekeh samar. "Lo beda."

"Beda apanya?"

"Gak." Mahesa menggeleng sembari menjauh dari Rubby. Laki-laki itu kemudian kembali ke posisinya. "Kita bakal mampir ke kafe, gue mau kenal lo lebih jauh."

Rubby mengangguk kecil.

****

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hello, Mr. Rich!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang