lalu?

1.7K 153 3
                                    

"Ren, kamu beneran hamil anak Jaemin?"

Renjun menghentikan acaranya menyuapkan sepotong kue berperisa stawberri. Matanya menatap seseorang yang kini berdiri di ambang pintu. 

"Jika itu anak Jeno, maka jangan membohongi Jaemin. Dia tulus padamu." 

Renjun memasukan potongan kue itu ke dalam mulutnya, lalu mengangguk mantap. 

"Kau benar. Ini anak Jeno." Renjun tersenyum lebar.

Tak

"Kenapa? Kau menyukai Jaemin?" Renjun mengusap wajah manis sang sahabat, "Rebut dia dariku, sebelum pernikahan kami, nona Kim Minjeong."

Bruk

Renjun mendudukkan dirinya dengan sedikit kasar. 

"Kalian tidak berbeda jauh, kalian sama. Donghyuck yang murahan, dan kau yang serupa."

Renjun tersenyum, sembari mengunyah sisa kue tar di mulutnya, matanya menatap tenang Minjeong, sepupu dari Lee Haechan.

"Ambil dia Minjeong, sebelum aku jatuh terlalu dalam padanya." 

Draat

Renjun beranjak dari meja makan. 

Selama satu Minggu ia tinggal dikediaman Jaemin, ia tidak terlalu sering berjumpa dengan pemilik rumah. Ia lebih sering bertemu dengan Minjeong, sepupu Haechan dan juga sekretaris dari Jaemin. 

Jisung memilih menetap dikediamnnya, membiarkan sang ibunda yang ia ketahui sudah bahagia bersama calon ayahnya. 

"Kau jangan bodoh, Ren."

Renjun mendengarkan suara yang ia dengar dari ponselnya yang sedang melakukan panggilan. 

"Kenapa?"

"Itu jelas anakmu dengan Jaemin, tapi kenapa kau mengatakan jika itu anak Jeno?"

Renju terkekeh nyaring, "Jaemin terlalu baik untukku."

Renjun meremat tangannya sendiri, menatap langit-langit kamar yang kini terlihat begitu suram. 

Tut

Renjun menunduk dalam. Pikirnnya melayang pada malam dimana dirinya mendapat panggilan dari nomor tak dikenal. 

Flashback

"Katakan jika kau mengandung anak jaemin. Buat dia kecewa denganmu. Jika tidak, maka jangan salahkan aku, Haechan, Chenle juga Jisung menyusul adiknya yang tek panah merasakan terlahir, dahulu."

"A-apa maksudmu?"

"Oh, ayolah... kau lupa? Seharusnya diusia Jisung yang ke-5, ia memiliki seorang adik. Namun, kau mengalami keguguran karena kau lebih sibuk bekerja daripada merawat diri. Kau Ibu yang buruk."

"Anak ke-2 kau dan aku tiada ditangan ibu tak becus sepertimu!"

Flashback

"Maaf..."

Jaemin sibuk dengan kantor juga agensinya yang kini sedang padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin sibuk dengan kantor juga agensinya yang kini sedang padat. Dan selama satu Minggu ini, ia jarang sekali berhubungan, atau hanya sekedar menghubungi untuk menyapa Renjun. 

Kini pekerjaannya hanya menghabiskan waktu setengah hari. Niatnya ia ingin menjumpai Renjun yang pastinya sedang merasa kesepian dirumah sendiriran, meski terkadang ia meminta Minjeong, sang sekretaris untuk menemani sang calon istri. 

"Aku ingin berbicara denganmu, Tuan Na." 

Jaemin menoleh, mendapati seseorang yang ia kenal sebagai teman dari renjun, Liu Yangyang. 

"Ah, masuklah."

Mereka duduk berhadapan di sofa ruang kerja Jaemin. Larut dengan pembicaraan, atau bisa dibilang lebih ke cerita Yangyang tentang kehidupan nya selama mengenal Renjun. 

"...Renjun bukan orang yang sederhana. Jangan sampai kau jatuh dalam pesonanya, Jaem."

Jaemin mengernyit, apa maksud dari perkataan Yangyang? Apa pria manis istri dari rekan bisnisnya ini berniat menjatuhkan Renjun? Atau bagaimana?"

"Hm, aku terlalu rumit untukmu Jaem." 

Mereka menoleh pada pintu ruangan. Dimana ada Renjun yang berdiri diambang sana. 

"Mari akhiri hubungan ini."

Jaemin terdiam, "Kenapa tidak bilang jika ingin berkunjung? Aku bisa menjemputmu." Senyumnya mendekati Renjun. 

"Akhiri hubungan kita tuan Na Jaemin. Saya tak pernah mengandung anak dari Anda. Anda tidak memiliki kewajiban atas saya, ataupun anak yang saya kandung. Saya juga tidak selemah itu, saya bisa melakukannya sendiri, seperti dulu." 

"Kamu lelah, Ren? ayok istirahat."

Bruk

"Saya mohon kepada anda Tuan Na Jaemin."

Jaemin terdiam. Tak menatap Renjun yang kini tengah berlutut dihadapannya. 

"Saya mohon." 

"Kenapa? Kenapa tidak sejak awal? Kenapa setelah saya jatuh hati pada anda, baru mengatakan ini?" 

Renjun menengadah, menatap Jaemin yang kini menatapnya dengan mata yang sudah meneteskan buliran bening. 

"Maaf." 


My Mom Doesn't Need DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang