Hanya kau Saja?

1.6K 150 1
                                    

"Kenapa mommy tidak jujur padaku? Apa mommy tidak percaya pada Andy?"

Renjun tak mendengarkan celoteh Jisung yang sejak tadi berada disisinya. Pikirannya sekarang entah kemana, rasanya terlalu sakit untuk berpikir. 

"...momm-"

"BERHENTI BICARA ANDY HUANG!"

Diam. 

Renjun menatap dalam mata Jisung. Ia sungguh membenci perasaan ini, ia benci ketika ia menatap Jisung dan menyadari betapa miripnya Jisung dengan Jeno. Apalagi mata itu, mata yang serupa yang selalu memiliki tatapan mata yang berbanding terbalik, antara benci dan cinta. 

"Berhenti bicara Jie, mommy lelah. Kembali ke kamarmu." 

Renjun beranjak dari duduknya, menuju kamarnya yang berada dilantai atas. 

"Lee Jeno sialan!"

"Jaem, sampai kapan kau akan seperti ini? Sudah satu minggu kau bersembunyi di kamarmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jaem, sampai kapan kau akan seperti ini? Sudah satu minggu kau bersembunyi di kamarmu. Apa kau seorang pria pengecut? Jika kau memang mencintai Huang Renjun, maka perjuangkan dia. Bukan sepert ini, Na Jaemin!"

"Diamlah, kau berisik." 

Sudah satu minggu dari pengakuan Renjun di kantornya waktu itu, dan sudah selama itu juga Jaemin mengurung diri di kamar, sulit diajak bicara, dan sulit untuk diajak makan. Untung saja Tuhan tak mencabut nyawanya, kan? 

Lain dengan Jaemin, lain juga dengan Renjun. Pria manis itu kini mulai disibukkan dengan pekerjaan desain nya, bahkan ia mulai memberanikan diri untuk masuk dunia sosial, bukan semata untuk ketenaran, namun juga untuk kehidupan anaknya, Huang Jisung. Ingat ini, Huang Jisung. Bukan Lee Jisung!

Seperti saat ini, Renjun sedang menghadiri pameran antar brand ternama dunia. Ia juga membawakan sebuah desain baju yang sebenarnya sudah lama ia simpan. Sejak ia pertama meniti karier. 

"Tuan Huang, bagaimana anda bisa memilih konsep Night Sky? Bahkan ini terlihat melenceng dari konsep tahunan yang dibuat oleh para brand lawan, apa ada alasan kuat untuk anda memilih konsep ini?"Tanya seorang wartawan wanita, pada Renjun. 

"Tenang."

Renjun menatap kamera yang menyorot padanya. Tersenyum manis, "Seseorang pernah membawa saya melihat langit malam berbintang saat itu. Saya melambangkan ini sebagai desain yang murni karena cinta dan rasa rindu saya padanya. Dan.." Renjun menggantung ucapannya, terkekeh sejenak. "Semoga bertemu kembali, dalam univers yang sejalur dengan takdir, Tuan." 

"Aku akan hadir, Huang Renjun." 

.

.

.

.

.

"Bukankah sudah ku bilang, aku tidak mau melihatmu lagi!"

Haechan menatap Jeno yang kini membelakanginya, melihat bagaimana sengsaranya si king action yang kini hanya di kenal sebagai si brengsek tak tahu malu. Dan betapa bodohnya ia dahulu, bisa jatuh hati bahkan sampai mengkhianati sahabatnya sendiri demi manusia tak berguna seperti Lee Jeno. 

Tak

Jeno menoleh pada Haechan, dan menatap apa yang baru saja membaut suara nyaring itu. 

Sebuah map berwarna coklat yang kini tergeletak tak berdaya di atas meja. 

"Tanda tangani surau cerainya, dan kita akan terlepas. Kau tak perlu mempedulikanku, ataupun Chenle, Aku bisa melakukannya sendiri." Haechan membuka suara. 

Jeno menatap meja juga Haechan secara bergantian. Melangkah mengambil map coklat yang baru saja Haechan lempar. 

"Oke." 

Jeno membuka laci dibawah meja, membawa sebuah bolpoin lalu membuka map yang ia ketahui isinya adalah surat cerai antara diriinya dengan Haechan. 

"Kau bisa bebas setelah ini Haechan-ah. Tidak perlu bersembunyi lagi di balik kata fans ku." Celoteh jeno sambil terfokus pada surat yang harus ia tandatangani. 

"Dua hari lagi sidang, jangan sampai terlambat."

"Tentu, lebih cepat, maka lebih baik." Jeno melempar kembali map coklatnya kehadapan haechan.

"Semoga harimu menyenangkan, Tuan Brengsek. Bye"

Jeno menatap punggung sempit Hechan yang menghilang di balik pintu apartement nya. 

"Selamat menemui kesenangan sesaat Haechan-ssi, sebelum kau menemui ajalmu." 




"CEPAT LACAK KEBERADAANNYA! APA KALIAN SELAMBAN INI?" 

Seisi ruangan itu riuh dengan gerak setiap manusia yang ada didalamnya. 

"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Haechan juga Chenle, keponakanku, maka kepala kalian yang akan ku pamerkan minggu ini!" 

Renjun mencengkram erat kerah baju salah satu bawahannya. 

"Cari dengan benar! Aku hanya ingin mereka selamat! Ingat, nyawamu ada ditanganku!" 

"B-baik tuan."

My Mom Doesn't Need DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang