Do You Have Any Money Left?

19 2 12
                                    

Hidup di tengah kota yang padat dan penuh polusi bukanlah hal yang spesial. Terutama bagi karyawan kelas menengah seperti Ajikko. Tidak ada yang luar biasa dari hidupnya. Lahir dan besar di kota, belajar dan lulus di kota, hingga pada akhirnya bekerja dan menjadi budak korporat di kota.

Ajikko bukan maniak kerja. Ia hanya ingin hidup stabil dengan gajinya sekarang, bahkan meski jam lemburnya bertambah dan tidak ada kenaikan signifikan dalam gajinya. Ia mencoba membiarkan semuanya apa adanya. Setidaknya hidupnya berjalan baik dan ia masih mampu membiayai diri sendiri beserta tagihan apartemen setiap bulan.

Sungguh monoton. Ajikko tidak berniat mencari hiburan di tengah kesibukan yang itu-itu saja. Untuk apa juga? Toh, di akhir pekan saat libur kerja, bersih-bersih apartemen dan bermain dengan kucing sudah menjadi jadwal rutinnya.

Tapi lama-lama, pria itu bosan juga.

Suntuk, lebih tepatnya. Seluruh kesibukan ini pada akhirnya membuat Ajikko lelah. Ia mencoba menyisihkan sedikit uang untuk membeli sesuatu yang ia inginkan, dan ia berakhir di sebuah kedai kopi dekat kantor yang dikunjunginya saat jam makan siang.

"Selamat datang, semoga anda menyukai kedai kami. Ada menu yang ingin anda coba?," sambut seorang pelayan dengan ramah.

Ajikko mengangguk, tampaknya cukup senang dengan suasana kedai yang menyenangkan. Ia menyebutkan satu menu kopi yang paling standar. Hanya butuh lima menit untuk menyiapkan menu yang dipesannya. Detik berikutnya, kopi itu sudah ada di tangan Ajikko.

"Terima kasih, silahkan berkunjung lagi lain kali,"

Bukan hal yang buruk. Ajikko menyesap kopinya perlahan sembari berjalan kembali ke kantor. Perpaduan rasa pahit dan manis menyelimuti lidahnya dengan lembut. Enak. Sepertinya kedai ini akan menjadi bagian dari daftar tempat yang dikunjunginya setiap hari selain kantor dan apartemen.

Beberapa minggu berlalu seperti itu. Di penghujung bulan, tiba-tiba kepala staf datang memberikan kabar bahwa gaji karyawan akan sedikit terlambat diberikan karena kendala administrasi perusahaan. Sebagian besar protes, tentu saja. Ajikko? Ia adalah salah satu dari 3/10 orang yang memilih diam. Ajikko tidak tahu harus bereaksi seperti apa karena sejauh ini ia tidak mengalami masalah yang berarti dengan mundurnya jadwal gajian satu hari.

Lain lagi dengan karyawan lain yang protes dengan alasan memiliki cicilan dan sebagainya. Ajikko cukup mengerti karena ia juga memiliki tagihan sewa apartemen setiap bulan. Tapi ia tak ingin terlibat dalam keributan. Pada akhirnya, ia hanya diam bersama sekumpulan karyawan lama yang sudah biasa mendapatkan berita kemunduran hari gajian ini.

Sepulang dari kantor, Ajikko mendadak ingin mampir ke kedai kopi yang rutin dikunjunginya. Tadi siang ia tidak sempat kesana karena sekretaris kantor meminta bantuannya mengerjakan dokumen tambahan. Maka berjalanlah pria itu menyusuri trotoar dari kantor menuju kedai.

Sesampainya disana, Ajikko agak terhenyak. Ada yang berbeda dari biasanya.

"Selamat datang, mau pesan apa?,"

Seorang pegawai yang asing bertanya padanya dari kasir. Ah, iya. Pantas terasa berbeda. Pegawai yang biasanya selalu menyapa lebih awal.

Meski heran, Ajikko tetap menyebutkan satu menu yang selalu ia pesan. Selagi pelayan itu membuatkan kopinya, ia berbasa-basi sedikit.

"Pegawai yang biasanya sedang tidak ada?,"

Pelayan itu menoleh padanya. Raut wajahnya mendadak berubah sedikit sendu. "Anda mengenalnya? Saya tidak terlalu kenal karena saya baru, tapi ia sekarang sedang sakit parah dan tidak bisa bekerja untuk sementara,"

-Utaimashou- Let's Sing!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang