Teman

73 6 9
                                    

Hai. Aku Stungun.

Orang bilang circle-ku luas. Alias aku banyak teman.

Oh, tentu. Aku ini kan mudah bergaul. Iya, kan? (Aduh- seseorang dari ujung ruangan melemparku dengan sendal. Teganya--)

Ah, ngomong-ngomong soal teman, teman-temanku itu menakjubkan. Ya, mereka semua punya banyak keunggulan, yang kalau dipikir-pikir lagi membuatku jadi minder.

Yah, itu tidak mungkin terjadi, sih. Seseorang yang tampan dan berkharisma sepertiku seharusnya tidak perlu minder. Bukankah aku sudah lolos kualifikasi boyfriend material? Eh, aku mau lho kalau ada cewek cantik yang menembakku /menyisir rambut dengan jari.

Oh, iya. Kembali soal teman.

Sebagian besar teman-temanku adalah orang-orang keren. Sebut saja mereka Mafumafu—yang pandai main 32 alat musik berbeda, atau Shakemii—yang bisa ambil nada #hihihiG sekali tarikan napas, atau mungkin juga Honkon—yang memberiku mikrofon seharga seratus tiga puluh ribu yen untuk ulang tahunku (aku sungguh senang sampai tanganku bergetar setiap kali memegang kartu ATM).

Tapi di antara mereka semua, kupikir ada seorang temanku yang paling luar biasa dan membuatku benar-benar merasakan rasanya punya teman.

Hohoho, apa kalian tahu siapa yang kumaksud?

"Petunjuk: Jendela"

Ah, kalian menyita terlalu banyak waktu. Para staff sudah meneriakiku "Durasi! Durasi!,"

Baiklah, kurasa semuanya juga sudah tahu. Dia adalah Madotsuki.

Yaaa... bagaimana, ya? Biar kuingat-ingat dulu. Dia ini orang yang sangat sempurna...

"Stun-chan,"

Ganteng...

"Lihat, deh! Aku bisa niruin muka bekantan!,"

Manly...

"Hmmm... enaknya cosplay maid atau heroine anime, ya?,"

Rajin...

"Nee, Stun-chan... masakin nasi goreng dong. Sekalian beresin dapurnya, ya,"

Pinter... (Bukan nggak pinter, tapi entah kenapa Madotsuki kadang hobi pura-pura bego)

"Besok tanggal berapa? 32 kan?,"

Dia juga lembut...

"ARGGHH F**K KALAH LAGI SI***N,"

Penyayang...

"Imou! Ayo lawan aku, yang kalah jadi babu 24 jam!,"

Oh, ya ampun. Dia benar-benar keren, kan?

Aku selalu bertanya-tanya kenapa dadaku jadi bergemuruh setiap ada di dekatnya. Entah kenapa, hasrat ingin melemparkan batu bata padanya memuncak dan aku jadi salah tingkah sampai membakar penggorengan dan memasukkan satu botol merica ke nasi gorengnya (Shakemii bilang aku sangat marah sampai ingin balas dendam. Ah, Itu tidak mungkin). Astaga, apakah aku sedang jatuh cinta?

Dan ketika ia memakannya dan berkata padaku dengan wajah memerah, "Stun-chan, apakah kau mau menikahiku?!!,", aku jadi tersipu malu.

Kujawab saja dengan hati berdebar, "Ya! Aku mau!,"

Tapi aku malah dilempar Nintendo.

Setelah kupikir-pikir lagi, ternyata saat itu dia sedang kepedasan sambil mengatakan "Stun-chan, apakah kau mau membunuhku?!!,"

Yaa... yang itu aku juga mau, sih. Rupanya aku terlalu senang (baca: marah) hingga telingaku budek.

(R♤: Maaf menginterupsi. Stun-san, bisakah kau berhenti berpura-pura? Aku lelah membandingkan kalimatmu dengan isi hatimu. Sungguh kontras dan tidak relevan)

-Utaimashou- Let's Sing!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang