8 I Rumah Sagara

9 0 0
                                    

Arabella girl


"Bang, martabak telornya satu, martabak manisnya satu"

Penjual martabak itu mengacungkan kedua jempolnya, "Siap, Mas. Rasa kayak biasannya kan?" Gara tersenyum menanggapi pertanyaan penjual martabak tersebut yang berarti iya.

Gara mengamati penjual martabak tersebut. Sepertinya usianya masih muda, mungkin hanya terpaut beberapa tahun dengannya. Namun gerobak dan banner dagangannya sudah using, seperti sudah lama sekali berjualan.

Dilihat dari skil membuatnya, seperntinya abang-abang ini sudah professional. Gara mengangkat sudut bibirnya sedikit, mengapa juga ia memikirkan hal-hal seperti ini. Toh lama tidaknya Abang ini berjualan juga bukan urusan Gara.

"Mas, sudah" panggilan itu membuyarkan lamunan Gara. Ia segera mengeluarkan selembar uang bewarna merah dari dalam dompetnya, "lebihnya buat Abangnya"

"Eh? Ini kelebihan banget, Mas. Saya ambilkan kembalian dulu"

"Ambil aja, Bang. Asal waktu pemilihan gubernur nanti jangan pilih Pak Atmaja. Oke?" penjual martabak itu tampak kebingungan dengan tawaran Gara yang dianggapnya sembarangan. Dengan ragu Abang martabak itu mengangguk seraya tersenyum.

Jangan lewat depan, lewat balkon aja kayak biasanya. Orang rumah udah pada tidur soalnya

Pesan itu masuk sesaat setelah Gara kembali masuk mobilnya. Gara cukup membacanya dan segera menuju kerumah Arabella Girl?

---

Gara menatap rumah yang ada dihadapannya saat ini, disinilah Gara akan melarikan diri dari para koruptor dirumah. Dan hal yang paling Gara sesali adalah ia selalu mendatangi rumah ini saat sudah larut. Sehingga ia harus memanjat tangga dan mencapai balkon kamar Araabella Girl-nya.

TOK TOK TOK

Gara mengetuk jendela kamar Aleena Oretha, dan mengintipnya sedikit. Gadis itu dengan segera membukakan pintu untuk Gara yang baru saja datang, takut tetangganya ada yang melihat

"Wiih emang gue udah lama ya ga kesini, kenapa udah ada Bang Alex disitu"

"Udah lama tai, tiap hari lo kesini bangsat" sarkas Nao sembari mengunci pintu balkonnya. Gara hanya tertawa menjengkelkan. "Gue baru pasang tadi"

Gara meletakkan martabaknya diatas meja lalu berbaring diatas kasur, "Oh" tanggap Gara

"Tumben irit ngomong, kesambet apa lo?"

"Cemburu gue"

Mata Nao terbuka lebar saat mendengarnya, niat awalnya untuk memakan martabak ia urungkan. Nao menghampiri Gara yang berbaring diatas kasur. Tentu saja Nao sangat tertarik dengan apa yang membuat Gara cemburu, semoga saja kali ini bukanlah hal-hal aneh lagi. "Cemburu kenapa lo?"

"Tau ah, ga mood. Ga asik lo, ga peka"

Gara membalikkan badan membelakangi Nao yang duduk disampingnya, Nao ikut kebingungan saat melihatnya. "Ngambek lo? Najis lo kayak cewek" Nao memukul lengan Gara keras

Gara ikut duduk, "Cemburu gue liat Bang Alex yang dipajang bukan gue, pasti abis ini si Nick, Nick itu ikut lo pajang kan?"

"HAHAHAHAHA, kocak lo, Gar. Seriusan gue udah nanggep banget lo cemburu kenapa, sialan" Nao tertawa seraya turun dari kasur, karena biasnya mereka akan nongkrong di atas kambal kamarnya. Gara pun mengikuti Nao dan ikut menikmati martabak yang ia bawa.

"Hmmm, seriusan, martabak depan indomart situ emang enak banget"

"Lo tau ga, gue abis nyogok nih abang-abang martabak"

STAGNANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang