Terlatih.

25 6 0
                                    

      Naila adnan husein, itu nama lengkap ku. Orang orang sering memanggil ku dengan panggilan nai,ila, Naila.
   seorang gadis berusia 18 tahun, Remaja labil yang sedang memasuki fase dewasa.
dimana dewasa itu ada yang namanya cinta, perasaan pengorbanan.

"Nai,saya nitip ini buat Nida ya!".

"Oh,iya Boleh mana? nanti saya sampein ke Nida".

"Terima kasih, bilangin ke Nida cepat sembuh kata saya."

"Iya".

      Cukup menguras tenaga untuk berpura pura bahwa aku baik baik saja, Meskipun pada kenyataan nya ada sebuah goresan yang tertera di sana.Tenang,aku sudah terbiasa dengan ini. Bahkan lebih dari sekedar tempat penyampaian perasaan, aku juga seseorang yang di jadi kan pelampiasan.

"Assalamualaikum? Nida ini ada titipan dari mas Alden buat mu."

"Waalaikumsalam, wah terima kasih. Apa kata nya?"

"Kata nya cepet sembuh". Jawab ku dengan senyuman selebar mungkin

"Aaaa, Nai aku jadi baper banget tau!".ujar nya senang

"Nai doain ya, semoga mas Alden serius sama aku". Ujar Nida, dan itu cukup membuat ku menjadi merasa orang terjahat karena sudah menyimpan perasaan pada Mas Haidar, Yang Notabene nya pacar teman ku sendiri.

"Kok diem, nggak Aamiin nih". Rengek Nida, karena Aku tak kunjung menjawab, Aku hanya diam saja.

"Ehmmm, ii- iya Aamiin".

    Entah kenapa lidah ku kelu untuk mengucap kan kalimat itu. Karena untuk ikhlas dan Rela itu sulit, siapa yang akan mudah untuk melepas seseorang yang kita cinta dengan orang lain, sekalipun itu sahabat sendiri. Ada, namun tak semua orang mampu. Meskipun Mampu pasti untuk rela dan ikhlas itu lama.

"Sudah, Sekarang Istirahat lagi Nida!biar cepet sembuh! Kalo kamu sembuh Mas Haidar juga akan senang benar gak?".

"Iya ya, kalo gitu aku tidur dulu".

'ting'. Suara notif ponsel.

  Notif itu berasal dari ponsel ku, aku segera melihat nya, dan itu pesan dari Mas Alden, Tumben mau apa dia?

"Nai? Nida sudah makan obat belum?

Lihat, berapa beruntung nya Nida, bisa mendapatkan Mas Alden yang begitu perhatian, Meskipun Aku muak namun, aku juga harus ikut senang karena Nida bahagia.

"Nida sudah makan obat?".

"Sudah Nai tadi".

"Bagus deh Nid kalo gitu, Mas Haidar Nanyain tadi".

"Hmm Perhatian nya, Bilangin ke dia Aku sudah makan obat". Ucap Nida sumbringah

"Sudah"

    Cukup singkat, Harus nya Ia cukup menyadari jika aku kurang menyukai itu, di tanyai setiap saat tentang hal yang bersangkutan dengan Nida.Meskipun Nida teman ku, setidak nya ia menghargai perasaan ku.

    Cukup lama Nayla memandang layar ponsel, yang tertera ikon kontak yang bernama 'Mas Alden'.

"Aku harus move on, ngapain berharap terus, bisa yuk bisa!". Gumam Nayla menyemangati diri nya sendiri

      Sebelum pulang ke rumah, Naila memasukan nomor ponsel baru nya ke ponsel milik Nida.Karena saking dekat nya Nayla tau Kata sandi ponsel Nida, Dan begitu pun sebalik nya.Jadi, cukup disayangkan sekali jika ke dekatan mereka harus merenggang hanya karena laki laki.

"Bi? Aku mau pulang dulu ya, Aku nitip Nida bi, oh iya bi kalo ada apa apa kabari naila ya!". Ujar Naila kepada bi Minah.

     Bi Minah ini adalah pembantu di rumah keluarga Nida, Bi Minah lah yang selalu membantu Nida selama orang tua nya sibuk di luar rumah untuk bekerja.

     Perbedaan antara Nida dan Naila itu cukup jauh, dari segi finasial,Nida itu terbilang orang berada atau kelas menengah Atas, sedang kan Naila Adalah Kelas menengah ke bawah. Tapi Nida tak memandang Naila itu miskin atau kaya, katanya ia akan berteman dengan siapapun selagi orang itu baik.

Nida itu terlalu baik, Bahkan Naila Malu untuk berteman dengan nya.

"Hati hati di jalan neng, kabari ibi atau non Nida kalau sudah sampai". Ujar Bi Minah.

"iya bi, kalo gitu Naila pamit, Assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

      Naila pun berlalu dari halaman menuju gerbang depan yang langsung menuju arah jalan raya untuk menunggu angkutan umum.

5 menit

10 menit

15 menit

      Tak ada satu pun angkutan umum yang lewat jalan mungkin karena cuaca sudah lagi tak mendukung , bahkan langit pun sudah mendung dengan gerimis yang turun mulai membasahi jalanan tak lupa orang orang yang berlalu lalang segera berjalan menepi untuk meneduh terlebih dahulu, membiarkan hujan turun terlebih dahulu.

"Aduh gerimis lagi, tumben gak ada angkutan umum yang lewat ya, padahal weekend". Ia mengadu pada dirinya sendiri.

"Naila, kamu lagi apa di sini?". Suara, itu rasa nya niat bula untuk melupakan semua hal tentang nya meredup begitu saja.

'' enggak lagi apa-apa"

My first wp, jadi mohon maaf kalo banyak salah nyaa..

SENYAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang