5| minta tolong

80 9 0
                                    

Joy menikmati angin pagi di depan perpustakaan kampusnya. Duduk diundakan tangga teras seraya menulis sebuah jurnal. Senyum Joy boleh terlihat tapi hatinya tidak secerah senyumnya. Segala kegundahan akan ditulisnya dalam notebook pinknya, yang hanya dia yang boleh baca.

Sesaat Joy berhenti menulis. Tiba-tiba saja teringat Yuta. Sudah dari lama Joy- ya sebut saja, berteman dengan Yuta, meski isinya berantem terus. Tapi ada banyak hal baik juga yang Yuta lakukan.

Tidak dapat tebengan pulang, Yuta solusinya. Nemenin nugas, bantu ngerjain makalah, juga saat Joy sedih semua akan dilampiaskan ke Yuta, dan anak itu tidak marah. Hampir semua hal Joy lakukan dengan Yuta, yang baru disadarinya sekarang. Ternyata sedalam itu Yuta masuk ke hidupnya.

Bila ada yang tanya, "Lo cinta sama Yuta?" Joy pasti akan menggeleng. Tidak tahu. Joy tidak tahu apakah dia suka, sayang, dan cinta dengan Yuta. Semua masih abu-abu dibenaknya.

Joy percaya jatuh cinta itu tidak melulu soal bahagia. Joy saja kerap kali benci pada Yuta. Tapi bukan berarti itu Joy sedang jatuh cinta pada Yuta kan?

Sekali lagi Joy menggeleng, menepis pikiran tidak penting itu.

"Gue ga boleh suka sama dia. Joy ayo fokus! Sebelum dapet IPK minimal 3,7 lo ga boleh pacaran." Yakinnya pada diri sendiri.

"Yakin?"

"Bajingan!!!" Reflek Joy begitu sebuah tepukan mendarat dibahunya. Helaan napasnya kasar. Baru saja diomongin itu anak. "Ngapain kesini?"

Yuta, lekaki itu ikut duduk disamping Joy. Bibirnya terangkat lebar. "Apel lo lah."

"Najis."

Tawa Yuta pecah. "Eh, nanti ikut yuk."

"Kemana?"

"Jemput adek gue di klinik."

"Nuca kenapa?"

"Biasa."

Joy tahu meski Yuta setenang itu dalam hatinya pasti gundah. Beberapa hari lalu setelah Yuta bilang orangtuanya cerai, Nuca- adik Yuta yang masih SMP itu-, kerap kali jadi pelampiasan amarah ibunya.

"Kenapa gak lo pisahin Nuca aja? Tinggal di rumah nenek sementara kan bisa."

Gelengan lemas Yuta membuat Joy menyesal bertanya seperti itu.

"Disisi lain bunda marah-marah, bunda masih sayang sama Nuca, Joy. Gue masih lebih banyak liat Nuca diperlakuin baik sama bunda. Amarah bunda memuncak kalau tiba-tiba teringat gimana ayah selingkuh."

Usapannya pada pundak Yuta mungkin kurang menguatkan tapi itu berarti Joy disisi Yuta, menemaninya.

"Joy, menjalin hubungan itu seram yah. Bagi gue aja sih mungkin. Padahal diekspektasi gue jatuh cinta itu menyenangkan."

Joy mengagguk yang buat Yuta sedikit terkejut. "Seram emang. Gue aja takut. Tapi bukan berarti gue gak mencoba. Karena gue percaya jatuh cinta emang gak melulu soal bahagia. Resikonya jelas sakit hati, bahkan gue sampe demam berhari-hari saking stressnya. Goblok emang gue." Kekehan Joy terdengar diakhir kalimat.

Reflek tangan Yuta terulur mengusap lembut kepala Joy. Mendadak butterfly effect dalam perut Joy tercipta.

"Joy, gue boleh minta tolong?" Yuta seraya menarik tangannya. Berganti menggenggam jemari Joy.

"B-boleh. Apa?"

"Tolong ajari gue jatuh cinta ya. Yang bisa buat gue bahagia sekaligus sedih, tapi gue tetep berjuang karena gue udah jatuh sedalam-dalamnya. Ajari gue itu pada perempuan bernama Joy."

»»»

"Joy maaf sih! Gue tadi confess loh malah ngambek."

Joy bukan menolak Yuta. Joy hanya masih bingung dengan perasaannya. Dia bingung ingin memberi jawaban seperti apa pada Yuta.

"Nanti ketemu lagi Ut. Gue masuk dulu."

"O-oke."

Ya sudahlah. Ketimbang Yuta tidak dapat bertemu Joy lagi. Sebenarnya sih Yuta asal ceplos saja tadi. Tapi dilain itu dia juga serius. Ingin mendapat jawaban memuaskan meski- benar kata Joy, resikonya sakit hati, dan Yuta sudah menyiapkan hal itu mulai detik ini.

"It's okay. Will be fine."

»»»

Tebak Joy bakal nerima enggak ya???😅

TBC❤️ vote and comments kuyyy kasih dukungan buat pasangan enemy ini.

I'm Your JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang