8| ketemu bunda

55 3 0
                                    

"Anjir Uut! Kalo mau ngajak ketemu bunda lo bilang dulu dong. Gue gak bawa apa-apa, trus dandanan gue-"

"Syuuttt! Yang mau bunda tau itu kamu, Joy. Bukan penampilan apalagi buah tangan. Cukup dateng aja udah seneng."

Joy hanya pasrah ditarik masuk rumah Yuta. Di ruang tamu disambut oleh Nuca yang sedang belajar dengan seorang teman laki-lakinya. Yuta berhenti sejenak, "Ca, Bunda dimana?"

"Kamar. Bang, mending jangan ditemuin dulu. Tadi gue denger bunda sempet nyebut nama ayah. Gue udah telfon bibi sih buat jaga-jaga. Gue gak berani masuk kamarnya," jawab Nuca dengan kekhawatirannya.

Yuta hanya mengangguk lalu dengan dagunya menyuruh Joy duduk bersama Nuca. Sedang langkahnya menuju kamar bunda.

Joy terdiam. Kegugupannya entah kenapa semakin terasa.

"Bunda emang sekarang gak senormal ibu lainnya." Nuca angkat bicara seraya menatap Joy. "Tapi gue yakin bunda bakal suka sama Kak Joy."

Ucapan Nuca sedikit membuat Joy lega. Tepat disaat itu Yuta keluar disusul bunda di belakangnya.

Joy bangkit menyalimi bunda yang memasang wajah datar. Bibirnya cukup pucat, membuat Joy khawatir.

"Kamu yang namanya Joy?"

Joy mengagguk. "I-iya Bunda. Eh, Ibu, maksud saya."

Joy melihat Yuta yang sedang menahan senyumnya. Sialan ini monyet satu malah ngledek.

"Sangat cantik. Sini duduk Nak." Seketika bunda tersenyum. Wajahnya ceria dan semangat seperti 'ibu-ibu protagonis di film'. Intinya berbanding terbalik dengan pertama kali keluar tadi.

"Jadi gimana kabar mama kamu? Masih kerja dikantor? Bisnis bajunya lancar?"

Pertanyaan Joy hanya satu, darimana bundanya Yuta tau itu semua? Apa Yuta menceritakan hal itu?

"Bunda satu-satu nanyanya dong." Yuta menyaut seraya berjalan ke dapur.

"Bunda excited tau. Baru kali ini kamu bawa cewek ke rumah. Ternyata mamanya temen bunda dulu. Pinter kamu Yut carinya."

Hal itu sukses membuat Joy tak berkutik. Apa katanya? Mama temenan sama bunda?

"Kemarin Yuta cerita." Bunda menjulurkan tangan mengelus lengan Joy seolah tau isi pikiran Joy. "Yuta mau bawa seseorang katanya. Namanya Joy. Terus Yuta kasih tau semuanya tentang kamu. Saat Bunda denger nama J's Collection, gak salah lagi itu pasti punya Jennifer." Senyum bunda semakin lebar.

Joy ikut menarik bibir. "Tante temenan sama mama dari kapan?"

"Dari SMP Joy. Jenni salah satu dari geng bunda dulu. Kamu tau, nama gengnya itu Cancut, Cantik dan Cute. Bahkan sampai masa kuliah masih ada."

Bunda terbahak begitu juga Joy.

"Yang paling suka heboh kemana-mana itu jelas Jenni. ..." Bunda semakin excited bercerita masa mudanya. Joy mendengar dengan santai, dia juga suka mendengar sesuatu tentang mamanya.

Nuca menatap Yuta yang baru saja keluar dari dapur sekaligus membawa minum dan cemilan. Dagu Nuca mengarah pada dua perempuan yang masih asik bercerita itu.

Yuta mengedikan bahunya. "Syukur dong kalo gitu. Eh, lo pindah sana Ca. Iqbal kalo mau makan ke dapur aja ya."

Iqbal, temen Nuca itu mengacungkan jempolnya. Kemudian Nuca dan Iqbal pindah ke ruang TV.

"Asik banget ngobrolnya."

"Yuta, Bunda seneng deh katanya Joy mau ajak mamanya next time."

Joy semakin melebarkan senyum. Padahal dia tidak yakin mamanya ada waktu luang untuk ikut main. Sepulang ini Joy harus bujuk mamanya, dia tidak tega melihat bunda excited begitu.

"Ya bagus. Bunda besok tunjukin ya karya paling enak Bunda."

"Itu jelas. Jadi kapan Joy mau main lagi? Besok gimana?"

Joy dan Yuta bersitatap. Yuta yang tau mamanya Joy selalu sibuk hanya menggaruk tengkuknya. "Ya gak besok juga kali bunda. Liat jadwal kosongnya mamanya Joy dulu.

"Ya udah deh. Bunda nurut."

Huh, lega.

"Tapi kalo bisa besok. Minimal lusa deh. Ya Joy?"

Mampus sudah. Mana bisa Joy menolak sengan wajah melas bunda seperti itu?

»»»

Cie yang disukai camer🤗 TBC❤️

I'm Your JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang