4. Mas Chandra

47 10 3
                                    

"Cara bunuh diri yang tidak sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cara bunuh diri yang tidak sakit." Anak itu mengeja ulang apa yang dia ketik. Menekan tombol enter, sebuah hasil telusuran yang mengerikan keluar. Ajian menelan ludah. "Bisa mati gue kalau lakuin ini!" frustasinya ketakutan. Padahal kan memang itu yang dia cari.

Tidak jadi.

Anak itu kembali merebahkan tubuh ke atas kasur. Bukan tanpa alasan Ajian mencari hal tersebut. Dia kini sedang terkena penyakit paling mematikan di seluruh dunia.

Ajian terserang api cemburu! 

Awal mulanya adalah, Aji yang menemukan bahwa Kak Resya dan Mas Chandra pulang berdua. Duduk berboncengan dengan motor matic Chandra yang menurut Ajian lebih jelek dari ketiak miliknya.

Apa-apaan coba Mas Chandra ini? Iyasih Aji tahu kalau Kak Resya dan Mas nya itu satu kampus, tapi 'kan, mana boleh membonceng istri orang sembarangan begitu?

Kalau mau menikung, bilang bos!
Senggol dong!

Bocah itu misuh-misuh.

"Alay kamu!" Chandra dari sofa sebrang berteriak mencibir. Dia tahu kok Ajian tengah cemburu. Sudah lebih dari dua jam anak itu begitu.

"Mas yang alay!" Si bungsu balas tidak terima.

"Halah." Meletakkan remot tv pada meja, Chandra mendekat. "Ngapain sih pakai acara cemburu segala. Cewekmu bukan juga."

"Kan calon!"

Chandra jadi heran. Aji ini alay nurun siapa?

Yang paling tua mendesah pasrah. "Kan udah kubilang, Resya nebeng karena gaada yang jemput. Motor dia juga lagi dipakai keluarga, katanya. Lagian namanya tetangga, teman pula. Apa salahnya coba ngasih tumpangan?"

Bocah itu mendecih sekali. Lain kali dia mau minta dibelikan motor sajalah sama Ayah. Sebenanrnya Aji belum bisa naik motor sih, sebab izin dari Bunda belum diberi. Tapi dia janji nanti akan belajar. Biar selain Kak Sya yang menjemputnya tempo hari, Ajian juga bisa memberi cewek itu tumpangan pulang.

"Emang biasanya Kak Resya naik motor sendiri ya, Mas?" Ajian penasaran.

Seutas senyum miring terjalin. Chandra menggeleng. "Engga tuh, biasanya ada yang antar jemput."

"Loh, siapa?"

"Pacarnya."

***

"PARAH!"

"APANYA?"

"KAK SYA EMANG PARAH!"

"APESIH??!" Naresya emosi. Coba bayangkan, Ajian datang marah-marah. Mata anak itu sembab seperti bocah tantrum yang tidak dibelikan mainan oleh mamanya.

"Kak Sya punya pacar ga bilang-bilang!"

Anak itu mengambil sepotong cookies dan berlagak akan melempar makanan itu. Tapi saat diangkat, dengan hati-hati dia memasukan cookiesnya ke dalam mulutnya. Ajian diam sebentar guna mengunyah dan menelan.

"Udah? Cuma itu?" Naresya menatap penuh heran sekaligus kesal. Sebenanrnya tidak mau ambil peduli. Anggap saja Ajian ini anak tetangga tantrum yang tiba-tiba main ke rumah.

Yang paling muda menunduk dan mencibir. "Iyasih itu aja...."

Tapi, karena setelahnya Naresya tidak menjawab. Ajian kembali mendongak.

"Kak Resya punya pacar, ya?" todongnya.

"Urusanmu apa?"

"Ya???"

Anak itu bingung sendiri. Sebenarnya tidak tahu urusannya apa. Tapi kan dia suka dengan Naresya. "Aku kan calon pacarmu?"

"Kan baru calon?"

"Sama aja dong, yang penting— apa? Jadi aku beneran boleh nyalon, Kak?"

Naresya memukul paha Ajian keras. "Nyalon jadi cawapres deh lo!"

Anak itu diam lagi dan merengut. Galak sekali seperti nenek lampir —tapi Ajian suka.

Memang problem berat.

"Jadi beneran Kak Resya punya pacar?"

Naresya diam sebentar. Menatap Ajian yang masih setia bertanya. Bukannya bodoh kalau Resya bilang Aji ini sedang cemburu. Tapi kan, kenapa gitu memangnya? Resya kan masih berhak nyoba pacaran sana sini.

"Gapunya," final cewek itu.

Ajian menganga. "Loh, kata Mas Echan, punya?"

Resya tertawa. "Emang Mas mu bilangnya apa?"

Anak itu berdiri. Dengan sigap merubah suara dan mempraktikkan bagaimana cara Chandra bicara. "Biasanya dia ada yang jemput, pacarnya," katanya pasti. 

"Begitu!"

Perempuan fakultas Seni dan Bahasa itu tertawa lagi, dan Aji semakin tidak paham. Yang lucu apanya sih?

"Iya biasanya ada, sekarang engga."

Ajian diam-diam bersyukur dalam hati. "Kemarin emang berapa lama, Kak?"

"Seminggu."

Sumpah. Kepala Ajian Bumantara pusing seperti sedang diayun dalam kora-kora raksasa. Pujaan hatinya berpacaran seminggu belakangan saja sebesar ini efeknya. Bagaimana kalau sebulan atau lebih? Curiga Ajian terkena muntaber sampai tipes. "Kok bisa?" tanya anak itu lemas.

"Gapapa iseng aja."

"Alhamdulillah...." Ajian mengelus dada. "Emang siapa?"

"Mas mu. Si Chandra."

"ASTAGFIRULLAH!"

[][][]

WeirdosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang