Bab 10

5.8K 508 14
                                    

"Kenapa masih disana? Cepetan mandi mau aku obatin ngga?" Bisa Alan lihat Rasya mengintip diambang pintu, Alan beranjak dari sana dan mereka berdua berjalan berdampingan.

Rasya bersikap biasa saja saat Alan mengikuti dibelakangnya, tapi setelah melewati tangga dia berpikir kenapa Alan tidak menuruni tangga dia justru masih mengikuti Rasya "Mau kemana?" Tanya Rasya setelah membalikkan badan, dijawab dengan santai oleh Alan "Mandi" tentu Rasya bingung karena kamar tamu berada dilantai bawah. Sebelum Rasya sadar dari lamunannya Alan mendahului berjalan dengan santai kearah kamar Rasya.

Saat sudah sampai didepan pintu, terdengar langkah kaki yang cepat nyaris lari saat ia ingin menggapai gagang pintu sebuah tangan mencengkal lengan tangannya guna menghentikan gerakannya untuk membuka pintu.

Alan menengok ke samping "Mau nga-pa-in?" Terdapat penekanan pada beberapa kata "Mandi, sayaang" Rasya meneguk ludah saat mendengar panggilan itu. Tidak! dia tidak boleh lemah oleh godaan ibli-

Cup

Cup..

'sialan'

Alan mengecup kedua pipi Rasya, dia sungguh menikmati berbagai ekspresi yang ditunjukkan oleh kekasihnya.

Ceklek..

"Silahkan masuk, Yang Mulia" Kedua tangannya mengarahkan untuk masuk kedalam, tak lupa senyum manis nan lebar tapi berbeda dengan batinnya.

**

"Ngga mau! sana keluar"

Sekarang Alan tengah didorong keluar dari kamar, sesudah mandi dan diobati dia ingin tidur bersama Rasya tapi berkali-kali Rasya menolaknya katanya belum sah jadi ngga boleh tidur bareng.

Brakk..

Setelah berhasil mendorongnya keluar, pintu didepannya ditutup dengan keras oleh Rasya, Alan Mengendikkan bahu dia hanya bisa pasrah mungkin di lain waktu saja.

-✧覇✧-

Jederr

Gluduk..

Gluduk..

Gemuruh petir serta kilatan cahaya memenuhi langit malam, rintik hujan semakin deras. Didalam satu kamar terlihat dua pemuda terbalut selimut saling memeluk.

"Sudah tenang? Ayo tidur" salah satunya menenangkan pemuda yang meringkuk dipelukan sesekali mencium pucuk kepalanya "Teo jangan pergi lagi ya temenin Rasya, Rasya janji bakal nungguin Teo terus, janji gak akan nakal kalo Teo pergi lagi" jujur saja Alan bingung dengan racauan Rasya mungkin ini efek demam yang tiba-tiba menyerang kekasihnya.

Alan cukup paham bahwa Rasya mempunyai serangan panik lebih tepatnya phobia terhadap petir dan kilat, tepat pukul 2 tadi kamar Alan diketok pelan bahkan terdengar tidak bertenaga seharusnya Alan tidak mendengar ketukan itu ditambah suara gemuruh diluar sana tapi saat namanya dipanggil meskipun nyaris tidak terdengar, Alan langsung terbangun dan membuka pintu dan benar saja disana Rasya mencoba untuk tetap berdiri dengan napas memburu, dibawahlah dia kepelukannya.

Sejak saat itu Rasya terus meracau memanggilnya Teo, meskipun itu memang namanya tapi Alan merasa cukup aneh karena nama panjang Alan kecuali nama depan persis dengan kakeknya, jika dia sudah pulang ingatkan untuk menanyakan kepada kedua orang tuanya.

Alan mengeratkan pelukannya, dia merasa marah saat Rasya terus memanggilnya Teo.

Dia berpikir apakah Alan kecil sangat dekat dengan Rasya dulunya? Apa yang membuat mereka, lebih tepatnya apa yang membuat Alan menjauhi Rasya bagaikan kekasihnya itu kuman. Dia menghirup rakus aroma omeganya sesekali mencium lehernya mungkin..sedikit menggigitnya.

JAZLAN [J×R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang