Setelah tiba di rumah Bumi segera memarkirkan motornya dan masuk ke rumah.
"Assalamualai-" bahkan kata salam saja baru terucap setengah tetapi, Bumi sudah merasakan rasa panas yg menjalar di pipinya.
Sambil mengusap pipinya yg sudah memerah, Bumi mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yg menamparnya "KAMU ITU APA²AN SIH BUMI! BUKANNYA BELAJAR YG BENER BIAR BISA PERBAIKI NILAI KAMU, TAPI SEKARANG KAMU MALAH BIKIN MASALAH YG BUAT NAMA PAPAH DIPANDANG JELEK SAMA TEMEN² PAPAH!!" Mendengar ucapan dari sang ayah bumi hanya menatapnya dlm diam, tidak membantah dan mengeluarkan suara sama sekali.
"KEMARIN KAMU KE RUMAH BINTANG, KAMU NGADU SAMA TANTE GINA DAN OM FERDI KALO KAMU PAPAH MARAHIN DAN PUKULIN KALO NILAI KAMU ENGGAK JELEK DAN KAMU ENGGAK BUAT MASALAH, ENGGAK AKAN JUGA PAPAH MARAHIN DAN PUKULIN KAMU BUMI!!" dengan amarah yg masih menggebu-gebu ayah Bumi trs menampar pipi Bumi hingga kini sudah ada cairan merah yg mengalir di pinggir bibirnya.
"NGAPAIN KAMU NGADU SAMA MEREKA!? NGAPAIN!!!."
"Bumi-" ucapan Bumi terhenti karena tangan sang ayah yg memukul perutnya dgn sangat keras.
Alasan Bumi tidak menjawab sang ayah ya karena itu, akhirnya sama saja, ia tidak akan dapat kesempatan untuk berbicara "HARUSNYA KAMU GAK USAH NGADU SAMA MEREKA, ITUKAN SALAH KAMU, KAMU NGAPAIN NGADU SEGALA, HARUSNYA KAMU SADAR DONG BUMI!, PAPAH NGELAKUIN ITU SEMUA JUGA BUAT KAMU, BIAR NILAI SAMA PERILAKU KAMU ITU GAK JELEK!."
"Contoh dong adek kamu, kamu gak pernah liat kan adek kamu papah pukulin atau papah marahin? Enggak kan?, Itu semua karna dia pinter, gak pernah buat masalah, gak pernah ngebantah orang tua, gak ngadu atau bicara aneh² soal papah dan mamah ke orang lain, gak kayak kamu!!" ujar sang ayah dengan sedikit menurunkan nada bicaranya, setelah itu ia menarik kerah baju Bumi dan menariknya ke arah kamar sang ayah.
Bagaimana dengan ibu dan adiknya, adiknya sudah tak terlihat dari tadi, mungkin di dalam kamarnya. Kalau ibunya, ia asik menonton televisi sambil memakan camilan tanpa sedikitpun melirik atau memperhatikan Bumi yg sedang dipukuli oleh ayahnya sendiri.
---
"KAMU TUH PUNYA OTAK TUH DIPAKE DONG, PINTER ENGGAK, BERETIKA JUGA ENGGAK, SUKANYA NGEBANTAH ORANG TUA AJA. PAPAH TUH CAPEK BUMI, KERJA TIAP PAGI SAMPE MALEM CARI UANG BUAT SEKOLAH KAMU SAMA ADEK KAMU!!" bentak ayah bumi sambil lagi² menampar anak sulungnya yg sudah tertunduk lemah diatas kasur, pipinya kini sudah sangat² merah dan ada beberapa goresan yg mengeluarkan darah juga luka lebam di wajah maupun badannya.
"UNTUNG ADEKMU SEKOLAH TAMBAH PINTAR, BUKAN KAYAK KAMU!! SEKOLAH BUKANNYA MAKIN PINTER MALAH MAKIN BODOH!, BERSYUKUR BUMI! BANYAK ANAK² DILUAR SANA YG TIDAK PUNYA ORANG TUA DAN BAHKAN TIDAK SEKOLAH, KAMU DISINI PUNYA ORANG TUA, HARUSNYA DIBANGGAKAN BUKAN DIRENDAHKAN!!" sekarang bukan lagi tamparan yg Bumi dapatkan, melainkan tendangan dari sang ayah.
'Punya orang tua atau enggak sama aja, toh kalian juga gak pernah ada kalo aku lagi butuh kalian, mending gak punya orang tua kalo kyk gini caranya' batin bumi dlm hati, dan tanpa ia sadari, pipinya kini sudah basah dengan cairan bening yg keluar dari matanya.
"Papah tuh capek Bumi punya anak kayak kamu! Papah capek!! Dibilangin ini gak ngerti, itu gak ngerti, susah² papah sekolahin kamu, tapi cuma ini hasilnya? Bahkan sekarang aja kamu nangis, mau jadi apa kamu kalo kyk gini terus?!" Ucap ayahnya sambil memukul kepala Bumi berkali-kali.
"Keluar kamu dari ruangan papah!" Bentak sang ayah setelah puas untuk memarahi dan memukuli Bumi.
Dengan langkah gontai, Bumi keluar dari kamar ayahnya dan pergi menuju ke kamarnya.
---
Setelah dari kamar sang ayah tadi, Bumi lbh memilih untuk merebahkan tubuhnya dan menutup matanya daripada mandi, bahkan beberapa lukanya masih sedikit mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bianglala Yang Amerta
Teen FictionTentang senandika yang gulana dengan asmaraloka .......... Cerita tentang seorang lelaki yg ingin menuruti semua keinginan orangtuanya, ingin menjadi apa yg orangtuanya inginkan, tapi nyatanya belum sempat ia mencapai garis finish ia malah menyerah...