mala

401 27 7
                                    

Tw// harshwords, bullying, broken home, etc.
_

Renjana Sandyakala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjana Sandyakala. Anak kedua dari tiga bersaudara. Anak tengah yang selalu mengalah, anak tengah yang selalu di-salah, anak tengah yang selalu menjadi sasaran sang ayah jika marah.

Siapa bilang enak jadi anak tengah?

Mari bandingkan.

Kalau kakak batuk dikit aja, ibunya akan berkata, "kakak lagi nggak enak badan? Besok nggak usah kuliah dulu."

Atau adiknya yang berdehem, ayahnya akan berkata, "ayo ke puskesmas, adek sakit kayaknya."

Tapi kalau sang anak tengah bilang, "mah, pah, kepalaku sakit banget, bisa tolong beliin aku obat sakit kepala? Ke warung aja nggak papa kok."

Maka sang adik dan kakaknya kompak berkata, "lebay banget sih! Beli aja sendiri!"

Nggak ada yang adil, bahkan dari segi pakaian dan peralatan sekolah. Boro-boro tas baru, pensil saja pakai punya sang kakak yang tinggal separuh, crayon yang sudah patah.

Renjana mana berani meminta itu kepada kedua orang tuanya? Yang ada malah dimarahi.

Pagi ini, Renjana ditinggal sendiri. Kedua adiknya dan kedua orang tuanya sudah berangkat. Memakai satu mobil yang sama. Padahal dia dan sang adik berada di SMA yang sama.

Nggak papa, kata orang tuanya kalau Renjana ikut mobilnya gak muat. Jadi Renjana milih buat naik bus aja. Toh cuma jalan seratus meter dari halte. Itung-itung olahraga pagi.

"Loh, Aden kok makan pake tempe sih? Bentar mbok masakin nasi goreng dulu!"

Sang pembantu buru buru memakai apron dan hendak mengambil nasi di meja saat melihat sang majikan memakan sisa makanan dari kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya.

"Eh, gak usah mbok! Beneran, ini juga udah mau selesai, mau telat juga."

Si pembantu tersenyum miris. Inilah pemandangannya setiap hari yang menjadi pembantu selama 10 tahun terkahir.

Syukur syukur saat dia masih lebih dulu memasakkan makanan yang lebih layak. Tapi dirinya tadi sedang dipanggil satpam rumah. Jadi tidak sempat.

Si pembantu nampak biasa melihat Renjana yang masih sempat-sempatnya mencuci piring bekasnya. Karena itu memang kebiasaan yang tidak akan dia tinggalkan.

"Renja berangkat ya, mbok!"

Setelah seperti biasa menyalimi tangan si pembantu dan mencium punggung tangannya, Renjana segera berlari keluar rumah. Mendapatkan pemandangan haru dari sang pembantu.

Sembari membereskan piring piring lainnya dan sesekali mengusap sudut matanya, si pembantu bergumam, "andai nyonya dan tuan tau seberapa berharganya aden Renja."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang