hiraeth

252 26 11
                                    

Tw// medical procedure, pregnancy, mpreg, gay, hospital, etc.

Tw// medical procedure, pregnancy, mpreg, gay, hospital, etc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua bulan lamanya Renjana hidup sendiri.

Memakai uang hasil kerjanya dari ruko Abah Aheng, dan beberapa kali mendapatkan tawaran kerja menggantikan temannya menjadi florist.

Hidup sendiri sebenarnya bukan pilihan buruk. Jauh dari kota kelahiran, dimana tidak satupun orang yang mengenal.

Pergi tanpa meninggalkan jejak, menyewa rusun dan mencoba bekerja serabutan. Entah itu melamar menjadi penjaga warung seperti dulu, atau menjadi buruh cuci di laundry dekat rusun.

Semua itu dilakukan bukan tanpa alasan. Renjana ingin 'mereka' hidup sehat, dan Renjana akan melakukan apapun untuk itu.

"Dek Renjana mau kemana udah rapi begini pagi-pagi?" Tanya tetangga rusun yang kepo melihat Renjana yang biasanya hanya duduk dirumah saat hari Minggu, kini berdandan rapi.

"Mau ke puskesmas, teh." Ujar Renjana sembari mengunci pintu kamarnya.

Tetangganya mengernyit heran, "dek Renjana sakit?" Tanyanya dan dibalas anggukan kecil.

"Kurang enak badan, teh."

"Ati ati ya, dek Renjana!" Renjana memberikan jempol dan segera mengeratkan jaketnya.

Menelusuri lorong-lorong rusun, dan melihat berbagai macam kehidupan nelangsa disana.

Mulai dari pengamen yang sedang memperbaiki uku lelenya dan sesekali menggenjreng—Renja sempat menyapanya— namanya mas Dandi. Lalu ada mbak-mbak berpakaian mini berwarna merah tengah melamun di dekat pintu, memikirkan nasibnya mungkin.

Renjana tidak pernah menjudge mereka. Semua orang disini tidak pernah menyindir kehidupan satu sama lain, bahkan sekotor apapun mereka.  karena mereka tau, mereka hidup dalam dunia yang kejam.

Jadi, seperti itu adalah hal yang wajar, bahkan tak jarang Renjana mendengar suara tidak senonoh saat dia tidur. Dan lagi-lagi Renjana hanya memakluminya.

"Eh Renja mau kemana, dek?" Tanya mbak-mbak gaun mini yang menyadari kalau Renjana melewati dirinya.

"Periksa, mbak." Balas Renjana sekenanya dengan senyuman kecil.

"Kalo butuh apa-apa bilang sama mba ya, dek. Mungkin mba bisa bantu sedikit-sedikit."

Itulah mbak— ah maaf, kurang sopan jika memanggil dengan mbak-mbak gaun mini. Panggil saja mbak Karin.

Mbak Karin yang senang jika ruang di sampingnya tidak lagi kosong, dan ditempati oleh anak SMA lugu yang terjebak pahitnya hidup, sama seperti dirinya.

"Iya, mbak. Renja pergi dulu ya?"

"Nanti kabarin perkembangannya ya, mbak juga mau tau."

Renjana memberikan gestur oke dengan jempolnya. Lalu pergi sendiri menuju puskesmas terdekat. Tapi ia urungkan, dia ingin 'melihatnya', jadi dia putuskan untuk pergi ke rumah sakit besar. Walaupun merogoh koceknya agak dalam, tidak apa-apa, sekali saja tidak masalah.

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang