lembayung

200 19 11
                                    

Tw// harshwords, suicide (attempted), abuse, etc.
_

"Gimana, Jean? Jean mau sayang?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana, Jean? Jean mau sayang?"

Jeno masih termenung menatap Taeyong, sang ibu yang melontarkan pertanyaan tersebut.

"Kalo Jean menolak, bubu gimana?" Tanya Jeno.

"Kalo Jean nolak ya gak kenapa-napa, itu kan keputusannya Jean, bubu gak bisa memaksa Jean." Jawab Taeyong.

Jeffrey, ayahnya juga mengangguk membenarkan.

Jeno mengulum bibirnya sembari termenung. Tiba-tiba sang adik berceletuk, "kalo kakak nggak mau, biar aku aja!" Ucap sang adik, Surya Dwi Kencana.

"Oke, bu. Jean mau!" Jawab Jean cepat seletah itu melihat adiknya tajam.

"Oke, sepakat ya?"

Mereka akhirnya memutuskan, untuk menerima perjodohan yang diusulkan oleh keluarga Jepang. Nakamoto Yuta, dan istrinya yang berdarah China, Dong Si Ceng yang menetap di Indonesia, dan mempunyai dua anak laki-laki, Nakamoto Jemian dan Nakamoto Tara.

"Jean pasti suka, soalnya ini typenya Jean banget!" Ujar Taeyong membuat Jeno tersenyum tipis.

Setidaknya, dengan menerima perjodohan ini, Jeno bisa menghindari satu manusia bernama Renjana.

"Kalau bisa, Jean langsung menikah aja, bu. Jean sudah siap lahir batin, finansial, mental dan fisik."

Jeffrey tergelak. Dirinya tau, Jeno pasti menerima perjodohan ini. Asalkan bukan dari keluarga yang sekarang menjadi teman bisnisnya. Bukan dari keluarga Garananda.

"Kalau benci sama orang jangan berlebihan ya, Jen. Kamu nggak boleh bikin seseorang benci dirinya sendiri karena kamu benci."

Jeano menggeleng kecil, tak setuju. "Kalo orang modelannya kayak yang itu, nggak dulu deh, dad. Udah terlanjur benci."

Taeyong mengelus surai Jeno. "Jean, bubu sama daddy aja udah ikhlas, masa Jean masih nggak ikhlas, sih? Liat Surya, adek aja bisa, kenapa Jean nggak bisa?"

Jeno melirik ke arah sang adik, lalu bangkit dan duduk menyamakan tinggi sang adik yang tengah duduk.

"Disini, udah nggak sakit?" Melihat tangan Jeno yang menyentuh kakinya, sang adik mengangguk dan mengelus surai sang kakak.

"Udah lama, dan seharusnya kakak juga gitu. Disini nya juga seharusnya hilang udah lama. Adek bisa, adek ikhlas, kak." Ujar Surya sambil mengarahkan tangan Jeno ke dadanya sendiri.

Surya mau, Surya mau kakaknya bisa melepas dendam yang bertahun-tahun lamanya dia bawa.

Tentu siapa yang ikhlas jika sang adik duduk di kursi roda karena lumpuh. Dan lebih parahnya, pacarmu yang menjadi alasannya.

"Kalau kakak nggak kenal dia, mungkin kamu masih bisa kejar impian kamu, jadi pemain sepak bola. Kayak Messi!"

"Kakak nggak boleh gitu, kan dia nggak salah. Aku yang salah. Kakak nggak boleh nyalahin dia, ya?"

RENJANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang