Semuanya kembali seperti semula, pertemuan itu berjalan dengan lancar meski masih tersirat kecanggungan antara keduanya.
Baik javier maupun Illivien kembali fokus pada dunianya masing-masing, Javier dengan sikap tak acuhnya dan Illivien yang lebih memilih diam seribu bahasa.
Seperti sudah ditakdirkan seperti semula mereka hanya melakukan semuanya dengan sama, semua terlihat buram sekarang.
Illivien menghembuskan nafasnya kasar, termenung dibalkon tempat kamarnya berada sepertinya sudah menjadi salah satu kebiasaannya mulai sekarang, lebih tepatnya tidak ada hal yang bisa ia lakukan selain hal itu.
Javier masih tetap pada pendiriannya untuk mengurung Illivien di kamar itu, walaupun begitu Illivien masih tetap melakukan aktivitasnya seperti yang telah Javier bicarakan kepadanya sebelumnya.
Illivien larut dalam pikirannya tidak sadar jika waktu malam sudah datang membuat cahaya yang tadinya terasa pekat dan terik sudah tergantikan dengan langit malam, pikirannya kalut akan banyak hal.
Memilih untuk tidak terlalu lama dalam kegelapan malam Illivien beranjak dari tempatnya termenung, menyadari bahwa meski langit telah berubah menjadi gelap penjagaan di sekitar balkonnya tetap tidak ada yang berjaga, membuatnya menyeritkan kening heran.
Tidak biasanya mereka tidak berjaga?
Menjadi pertanyaan besar mengapa penjaga-penjaga yang ditugaskan oleh Javier untuk menjadi sekitaran pekarangan rumahnya tidak kunjung datang.
Seperti sudah menduga hal aneh lainnya yang akan terjadi, Illivien menjadi sedikit was-was. Kita tidak akan tahu akan apa yang akan terjadi setelah ini, bagaimanapun Javier adalah salah satu jenderal terbaik masanya yang membuat semua orang memiliki rasa iri dan dengki sebab diusianya yang muda dia sudah diberikan tanggung jawab yang besar.
Melangkahkan kakinya dengan perlahan mencoba untuk tidak membuat suara untuk sampai pada ruang kamarnya, disaat itu Illivien menyadari bahwa ada bayangan hitam lain selain bayangannya yang tepat berada dibelakang tempatnya berdiri.
"Masuk" ucap seseorang yang Illivien yakini adalab seseorang dibelakangnya dan menodongkan pistoltepat di pelipis kepalanya.
Illivien yang masih menyayangi nyawanya itu lebih memilih untuk menuruti kemauannya, masuk perlahan kedalam kamarnya.
"Berlutut" ujarnya lagi, memerintahkan perempuan untuk berlutut dihadapannya.
"Katakan pada Javier bahwa kami akan melanjutkan perjuangan yang sempat tertunda waktu lalu" ucapnya dengan tegas dan tajam menatap Illivien.
"Katakan kepadanya sendiri brengsek!" Jawab Illivien cepat, ia benar-benar sedang memutar otaknya sekarang bagaimana cara supaya ia bisa membuat laki-laki ini menembus perbuatan yang telah ia lakukan sekarang.
"Aku bahkan tidak sudi menatap wajahnya" jawabnya lagi dan mengeratkan pegangan tangannya pada pistol itu.
"Kau pecundang, hanya bisa mengancam orang didekatnya tanpa langsung menemuinya" ucap Illivien tidak kalah sengit.
"Berhenti menguji kesabaranku, jalang" ucapnya keras.
"Tidak kau kau sadar bahwa kau yang dengan bodohnya datang ke tempat musuhmu sendiri dengan hanya membawa pistol kecil itu, brengsek" jawab Illivien mencoba menggulur waktu supaya atensi laki-laki ini teralih
Namun bukannya teralih bunyi ledakan yang memekakkan telinga terdengar, bunyi itu berasal dari laki-laki ini. Ia melepaskan tembakannya tepat di kaca sebelah Illivien yang menyebabkan daun telinganya terlihat menggeluarkan darah.
Illivien menggerang kesakitan, ia tidak bisa terus mengikuti permainan laki-laki ini bagaimanapun Illivien harus keluar hidup-hidup dari rumah ini.
Kaca yang tadi sudah hancur berkeping-keping hingga sampai ke sebelah tubuh Illivien, ia mengambil potongan kaca itu dan melemparkannya tepat di mata sang laki-laki yang membuat tangan Illivien bedarah akibat kaca tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warlord Worst
FanfictionPerang saudara antara wilayah barat dan timur tidak dapat dihindari, kedua wilayah sudah sama-sama siap dengan perang ini yang membuat duke Hendry harus menjadi pihak garda terdepan untuk melindungi wilayah mereka. Illivien Isabella Royanne yang seh...