Setelah kejadian kemarin malam Javier semakin menunjukkan eksistensinya, dengan menjaga kehadiran Illivien untuk tetap berada dalam pengawasannya.
Sejujurnya Illivien tidak terlalu nyaman karena semua aktivitasnya dibawah pengawasan Javier, tetapi tidak ada yang bisa ia lakukan di kediaman Javier.
Bosan sepertinya sudah menjadi kata-kata yang paling sering terucap setelah ia berada disini, tidak boleh keluar dari wilayah Javier, tidak melakukan hal berat apapun kecuali latihan fisik seperti ucapan Javier.
Poros hidupnya hanya berpusat di lingkungan ini, bertemu dengan orang yang sama, melakukan aktivitas yang sama.
Jika ditanya apakah ia ingin mempertahankan wilayahnya? Jawabannya masih sama, ia masih tetap ingin membela wilayahnya sekeras apapun pihak luar menerjang wilayahnya Illivien masih kokoh dengan pendiriannya.
Ia sudah mencoba berbagai cara untuk menghubungi kakaknya, entah dengan mengirimkan surat dengan burung yang ia temui saat sedang merenung, tetapi hasilnya tetap nihil. Seperti kembali pada semestinya, burung yang ia titipkan surat tidak kunjung kembali entah telah kemana surat yang ia tulis itu pergi.
"Aku ingin keluar" ucapnya pelan, menatap pergerakan lawan bicaranya dengan berharap bahwa ucapannya barusan akan menarik atensi laki-laki di sampingnya.
Bunyi dentingan sendok dan garpu yang tadinya saling beradu seolah sirna, Javier menghentikan acara makan malamnya mencoba untuk fokus dengan kalimat singkat yang akan diutarakan oleh Illivien.
"Aku ingin menghirup udara bebas, tidakkah kau pernah berpikir kalau aku akan mati kebosanan didalam sini?" Nada lesu yang di keluarkan oleh Illivien seolah berhasil menarik perhatian sang lawan bicara.
"Kau mau kemana?" Jawabnya datar dengan masih terus menatap sang lawan bicara.
Illivien tau bahwa ada secerca harapan untuknya bisa keluar dari rumah ini, ia tersenyum dengan lebar menunjukkan bahwa ini pertanyaan yang sudah lama ia tunggu dari pemilik wajah datar itu.
"Tidak tahu yang pasti aku ingin keluar" jawabnya cepat, sejujurnya ia tidak memiliki tempat yang ingin ia kunjungi, bagaimana mungkin ia bisa mengetahui seluk beluk wilayah ini jika di hari pertama kedatangannya saja semuanya sudah hancur akibat aksi penculikan yang dilakukan oleh Javier.
"Aku akan jadi anak baik, janji" ucapnya meyakinkan, dilihat dari rautnya Javier tampak berpikir untuk menimbang keputusannya mengajak Illivien keluar.
Javier pun tampak bersimpati dengan perempuan ini karena tidak pernah keluar dari kediamannya dan menurutnya mungkin sudah waktunya mengajak Illivien berkeliling diwilayahnya.
"Baiklah" jawaban singkat yang dihadiai senyuman lebar yang sebelumnya belum pernah Javier lihat.
"Terima kasih Javier!" Jawabnya semangat masih menunjukkan senyum tulusnya itu.
"Habiskan makananmu" turunya lagi, sepertinya jawaban singkatnya dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Illivien membuat perempuan itu senang.
Setidaknya hanya itu yang bisa Javier lakukan sekarang untuk perempuannya, membuatnya nyaman berada di dekatnya.
**
Seperti yang telah dijanjikan Javier, mereka berdua sedang berada di pusat kota. Illivien sangat senang saat tau bahwa Javier benar-benar menepati janjinya kali ini.
Illivien sangat antusias, ia melihat kesana kemari tanpa mengangkatkan kakinya untuk menuju tempat yang ia inginkan.
"Ada apa? Kau tidak suka?" Tanya Javier, karena melihat Illivien hanya memandangi setiap inci pusat kota di wilayah timur
KAMU SEDANG MEMBACA
The Warlord Worst
FanfictionPerang saudara antara wilayah barat dan timur tidak dapat dihindari, kedua wilayah sudah sama-sama siap dengan perang ini yang membuat duke Hendry harus menjadi pihak garda terdepan untuk melindungi wilayah mereka. Illivien Isabella Royanne yang seh...