.
.
.
.
Lisa PovPagi ini aku melupakan jadwal yang diberikan Oppa beberapa hari lalu. Sekarang aku sudah berdiri di depan gedung yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu megah namun di sinilah aku memulai karirku sampai saat ini. Aku melemparkan beberapa tas yang isinya perlengkapan yang harus ku pakai nanti kepada asistenku yang masih berumur 21 tahun bernama Byung.
Ketika kami sudah sampai di dalam aku menunggu pintu lift yang masih tertutup. Dengan perasaan campur aduk aku mencoba terlihat santai namun asistenku malah menatapku khawatir seperti biasanya. Ya dia tidak salah, aku memang ketakutan saat ini karena harus berhadapan dengan seseorang yang sangat membencinya.
"Kamu duluan!" ucapku kepada Byung sambil mendorongnya ke depan.
Byung menggeleng beberapa kali menolak perintahku dan terus meminta maaf seraya membungkukan kepalanya membuatku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Alhasil akulah sekarang yang membuka pintu dan menobraknya dengan keras. Aku berjalan tergesa-gesa seraya menatap ke depan dan melihat ada orang lain di dalam.
Dan saat itu juga aku menghentikan langkahku membuat Byung menabrak punggungku sehingga barang-barang yang dibawanya jatuh terpencar di lantai.
Kami berdua membulatkan mata serempak. Aku menutup mulutku yang menganga dan menunjuk seseorang itu tanpa perintah.
"Jennie?!" ucapku sambil berteriak.
"Lisa?!"
Satu jam sebelumnya.
Pov Jennie
Saat ini aku tengah mempersiapkan barang-barangku dan memasukannya dalam bagasi mobil milik manajerku, Lee Kwang.
Hari ini, akhirnya aku bisa bertemu langsung dengan seseorang yang sudah bertahun-tahun ku tunggu dan sekarang akhirnya aku bisa melihat secara langsung di depan mataku sendiri. Bukankah ini luar biasa?
Memang lebay. Tapi inilah kenyataan yang aku rasakan selama ini. Menunggu dan terus menunggu karena tentu saja tidak mudah bagiku untuk bisa bertemu dengannya. Dan mungkin tidak akan pernah bisa jika aku tidak berusaha sampai titik ini dan memilih untuk bekerja di perusahaanya.
"Oppa, apa kita bisa berhenti dulu di depan sana? Aku mau beli sesuatu untuk diberikan padanya."
Oppa Lee langsung menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah cafee mini. Aku langsung bergegas membuka pintu mobil namun tiba-tiba Oppa Lee menghentikanku dan menyuruhku untuk tetap diam di dalam mobil. Ia lalu pergi dan akan meneleponku saat sudah masuk ke dalam cafee untuk memesan minuman rasa apa yang ingin aku beli.
Iya juga. Aku tidak tahu harus membeli minuman rasa apa untuk diberikan kepadanya. Sedangkan ini baru pertama kalinya juga aku bisa bertemu dengannya apalagi tahu tentang kesukaannya dan yang tidak disukainya.