06

789 76 12
                                    

Berkali-kali gagal, akhirnya terlaksana juga Yechan mengajak Jaehan makan malam.

Tidak tahu, tapi memang seberharga itu waktu. Tak hanya tentang sate domba yang ia janjikan saja, tapi meminta waktu hanya untuk bisa live bersama pun sulit rasanya.

Ada saja kendala, juga ada saja jadwal yang tak memungkinkan mereka untuk menghabiskan waktu bersama setelahnya.

Selain karena lelah juga.

Setiap bercermin, Yechan sendiri mulai melihat lingkaran hitam di sekeliling matanya.

Meski benar apa yang Jaehan katakan, bagaimana pun mereka masih bisa latihan bersama, belajar bersama, dan berada di studio bersama-sama.

Mungkin memang Yechan saja yang terlalu banyak meminta.

Bertolak belakang dari sifatnya, Yechan hanya bisa bertahan dan mencoba bersabar meski ia sangat merindukan Jaehan.

*

*

*

"Hyung suka?"

"Uhm. Tadi itu enak sekali, terima kasih ya, Yechanie ... " Jaehan mengangguk. Lucu.

Yechan ikut tersenyum. Yang jelas malam itu ia sedikit keras kepala, cukup memaksa agar Jaehan tetap di sisinya setelah makan malam yang ia janjikan. Akhirnya setelah sekian lama, itu terlaksana juga.

"Kenapa kau sangat manja akhir-akhir ini, Yechanie?"

"Hyung tahu alasannya."

Jaehan tampak menghela sebelum menyibak poni yang kini tak lagi menutupi dahi.

"Mian. Kau kan juga tahu betapa sibuknya kita berdua. Setidaknya kita selalu bekerja bersama, 'kan?"

Tentu saja, Yechan hampir bosan mendengarnya. Selalu kata-kata penghiburan yang sama. Meski terkadang ia mendengar dari orang yang berbeda. Tak hanya Jaehan, tapi sebagian besar hyung-hyungnya memberi kalimat yang serupa padanya.

"Ya. Jika hyung berkata begitu ..."

Jaehan mendekat, memberi satu ciuman sebagai ganti dari waktu yang tak bisa ia beri.

Tak ada penolakan karena Yechan sendiri merasa rindu sampai kesal berhari-hari.

Suasana hatinya yang memburuk, berangsur membaik, mood-nya terangkat kembali hanya karena hyung terlucu, satu-satunya yang ia miliki.

Terlebih tak ada siapapun yang mengganggu mereka saat ini.

Tempat tinggal sementara Jaehan jelas sepi, karena Hwichan yang sengaja pergi. Memberi ruang privasi, tentu atas permintaan Yechan yang memohon berhari-hari.

Meski tak lama, setidaknya Yechan bisa menghabiskan waktu berdua dengan hyung kesayangannya.

*

*

*

Segala hal berjalan cukup lancar. Yechan juga mulai banyak mendapatkan tawaran pekerjaan. Ia bahkan masuk ke agensi yang ia harapkan bisa membantu karir idol sekaligus aktingnya.

Sama seperti Hyuk, ia juga memiliki dua agensi sekarang ini.

Tentu Yechan juga banyak bertanya pada kakak termudanya itu jika ada waktu.

Semua tampak baik-baik saja, dan yang paling mereka tunggu adalah saat pembagian dorm yang memang sudah dijanjikan untuk mereka tinggali.

Dalam hati Yechan berharap bisa sekamar lagi dengan Jaehan, namun tampaknya keberuntungan belum memihak padanya. Setidaknya dia yang mendapat kamar paling besar.

Ia berbagi ruangan dengan Junghoon, sementara Jaehan dengan Hangyeom.

Ada Xen hyung yang keren juga di sana. Yechan tampak puas, kecuali alasan pertama yang tak bisa ia dapatkan.

Composers' dorm. Yechan menyebutnya begitu. Line para pencipta lagu, katanya.

"Hyung, tidak bisakah kau tidur di kamarku?"

Jaehan menggeleng, "Bukankah tak nyaman jika kita menyuruh Hangyeom ataupun Junghoon pindah tempat tidur hanya karena kita ingin bersama?"

"Ya, memangnya kenapa? Kan tidak pindah jauh juga. Hanya berapa langkah saja." Sisi kekanakan mengambil alih Yechan yang biasa dingin dan dewasa.

"Yechanie, kita tidak boleh egois. Tenang saja, hyung akan sering mengunjungimu jika ada waktu."

Tapi, Yechan masih cemberut, "Aku tahu hyung hanya ingin menghiburku."

Karena ia sudah biasa saat Jaehan tak memiliki sedikitpun waktu untuknya.

"Yechanie ..."

"Ne, ne ... aku tahu, hyung."

Yechan berdiri, merajuk lagi.

Drama✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang