08

918 75 5
                                    

Tentu saja, Thailand adalah surganya makanan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentu saja, Thailand adalah surganya makanan.

Yechan kelaparan setelah melakukan gladi resik. Bersama Jaehan dan para staff, ia menyantap apapun yang sudah dipesan.

Tentu saja, daging adalah apa yang paling menarik perhatian Yechan.

Melihat bocah itu moodnya sudah kembali, Jaehan bertanya, "Sudah mendingan?"

"Hm? Apanya?" tanya Yechan di sela kunyahan.

"Suasana hatimu itu."

"O-oh ... sebenarnya belum, tapi mau bagaimana lagi?"

Jaehan menghela, pasalnya maknae-nya itu sempat merajuk karena mereka tidak di tempatkan di kamar yang sama.

Sempat tawar menawar juga dengan staff yang mengaturnya, namun Yechan tetap kalah suara.

Sudah begitu ditambah Yechan yang sedikit uring-uringan karena tak bisa berenang, padahal Yechan sudah menantikannya.

Mungkin juga udara panas di sini sedikit mempengaruhinya.

Jaehan hanya bisa mencoba menenangkan sebisanya.

"Lagi pula itu salah kita kenapa tidak minta sejak awal. Jadi, berhenti lah merasa kesal."

Yechan tahu itu, tapi kan mereka tak pernah ditawari atau pun ditanya soal ini. Meski begitu, ia juga tak ingin berlama-lama merasa kesal karena itu akan mengganggu mood-nya selama di sana. Mereka juga bukannya ingin liburan atau apa, ini semua adalah pekerjaan yang harus mereka lakukan.

"Aku tidak kesal. Lagi pula, aku bisa menyelinap ke kamar hyung nanti."

Cengiran menyebalkan Jaehan dapatkan. Akan tetapi, bersyukur karena lebih baik melihat Yechan yang bersikap nakal dan main-main daripada Yechan yang murung dan mendadak jadi pendiam. 

Jujur Jaehan merasa sedikit seram. Walaupun dia pemimpin grup, tapi suasana hati Yechan terkadang sangat mempengaruhi member yang lain. Jika sudah begitu, Jaehan bisa kerepotan.

"Keluar sebelum terang, oke?"

Jaehan hanya merasa tidak enak pada staff yang mengikuti mereka. Walaupun dia yakin juga sebenarnya tak akan ada yang mempedulikan apapun yang akan mereka lakukan.

Yang penting pekerjaan selesai dan berjalan lancar.

Tampaknya, Yechan memahaminya. Pemuda itu pun mengangguk sebelum menyantap lagi makanan yang masih tersisa.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Wah! Kita mengambil foto cukup banyak hari ini."

Jaehan mengangguk, "Aku sudah membagi satu tadi."

Yechan tak keberatan, dan seperti janjinya tadi, ia sudah duduk di atas tempat tidur Jaehan. Rambutnya bahkan masih basah.

"Yechan-ah, kenapa tidak mandi besok saja? Masuk angin bagaimana?"

Jaehan mengambil handuk dan mengeringkan rambut pria yang enam tahun lebih muda darinya.

Yechan mendongak, melingkarkan lengan di pinggangnya.  Jaehan tersenyum.

"Tidakkah ini familiar? Tiba-tiba aku merasa deja vu."

Jaehan mengangguk sambil terkekeh geli, "Sayang sekali aku tidak membawa permen ke sini."

Yechan menarik Jaehan agar mendekat, "Untuk apa permen?  Aku bisa memberi yang lebih baik."

"Benarkah?"

"Mm. Hyung menginginkannya?"

"Uhm-hm." Jaehan mengangguk, walau merah di wajah tak bisa disembunyikan dengan mudah.

Ia pun memilih untuk memejamkan mata saat Yechan menelisipkan jemari di sela telinga dan rambutnya.

Sensasi mendebarkan itu kembali, namun Jaehan tak berusaha menghindari.

Lembut bibir yang lebih muda menyapa. Itu dingin dan lambat laun berubah sedikit hangat. Begitu ia memiringkan kepala dengan bibir yang sedikit ia buka, itu segera berganti menjadi rasa manis yang semakin membuat detak jantungnya menggila.

Melakukan perjalanan berdua, awalnya terasa sedikit sepi karena biasanya ada 9 kepala lagi yang menemani.

Kali ini berbeda. Meski terasa cukup sunyi, sejujurnya mereka juga menikmati.

Seolah waktu hanya ia dan Yechan yang memiliki.

Saat ini, Jaehan sedikit berharap waktu berhenti. 

Pagi, bisakah matahari menunggu sedikit lebih lama lagi?



Drama✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang