07

593 62 1
                                    

note: sebenarnya gw ud lupa sama chapter 1-6 isinya apa. ini gw nulis lagi karena pengen aja. jadi harap maklum kalo ga nyambung ya 😭🙏

*

*

*

Latihan menjadi rutinitas. Sejak memiliki agensi baru, arah yang semula tak menentu, kini memiliki tujuan baru.

Bagi Yechan sendiri, belajar akting dan membuat lagu adalah tujuannya nomor satu.

Tak pernah ia absen untuk ke studio pribadinya. Entah melanjutkan pekerjaan yang tertunda atau hanya sekedar mencari waktu sendiri untuk mengisi tenaga.

Biasanya ia sendirian saja, tapi malam ini berbeda.

"Lelah?"

Jaehan yang duduk bersandar di sofa mengangguk atas pertanyaannya.

"Tapi, hyung senang, 'kan?"

Senyum lebar dihiasi gigi gingsul yang manis sekali itu cukup menjadi jawaban atas pertanyaannya barusan.

Fanmeet, konser, dan beberapa acara yang lainnya, semua cukup membuat Jaehan bahagia.  Yechan bisa merasakannya, karena ia pun sama.

Walau tak mudah sebenarnya bagi mereka, karena saat cahaya yang mereka tunggu akhirnya tiba, mengapa juga ada kegelapan yang menyertainya.  Semua luka terpaksa kembali mereka buka. Itu masih belum kering sepenuhnya, sayangnya dunia tak peduli atas kesakitan yang mereka rasa.

Jika dulu mereka akan menangis setiap ada masalah, kini baik Jaehan maupun yang lain terlihat jauh lebih tenang dan mampu mengendalikan diri dan juga emosi.

Tidak tahu apakah Yechan harus senang atau khawatir akan perubahan yang mungkin tanpa sadar sudah mereka lakukan.

Yechan menghentikan sejenak apapun yang ia lakukan di depan komputer dan menghampiri Jaehan. Tanpa menunggu, bahunya langsung dijadikan sandaran. Tak keberatan, Yechan justru membuka lengan cukup lebar.

"Kita masih ada fanmeet di Thailand, hyung harus menjaga kesehatan."

Yechan menunduk, mengusap lingkaran hitam di bawah mata Jaehan yang sudah terpejam.

"Katakan itu juga pada dirimu, Yechan-ah ..."

Yechan tertawa kecil, tak menyiakan kesempatan, pria itu mencuri satu kecupan.

Jaehan membuka mata, bukan terkejut, tapi ikut tersenyum dan balas mencium.

"Yechan-ah ..."

"Mm?"

"Apa menurutmu kita yang berusaha tetap berlari ini padahal akhirnya akan terus begini?"

"C'mon, hyung ... bukankah kau sudah bilang untuk tidak akan membuat dirimu sendiri kelelahan?" Yechan sedikit mengencangkan rangkulannya pada leher Jaehan yang berujung mengaduh pelan karena cubitan.

"Tapi, Yechan-ah ..."

"Asal kita selalu bersama, sesulit apapun jalannya pasti akan baik-baik saja."

Mendengar kata-kata itu keluar dari mulut maknaenya, Jaehan tak bisa menahan diri untuk tidak terkikik geli.

"Kau benar. Terima kasih, Yechan-ah. Tapi, ngomong-ngomong, apa kau sudah membereskan kopermu? Kau sudah menyiapkan apa saja yang ingin kau bawa?"

Tentu saja, gelengan disertai cengiran akan selalu menjadi jawaban.

"Sejujurnya, aku ingin meminta tolong pada hyung untuk membantu."

*

*

*

Keduanya pulang ke dorm cukup larut. Tapi, memang seperti itu setiap hari. Tak hanya mereka, member lain pun sama.

Saat tiba, mereka mendapati Hangyeom yang baru pulang juga. Menyapa sebentar dan pria itu langsung ke kamar mandi, berkata ingin membersihkan diri.

Xen sepertinya sudah tidur, karena tak terdengar suaranya.

"Yechan-ah, kau lapar? Ingin kubuatkan sesuatu?"

Gelengan didapat, "Ya, sudah. Aku masuk dulu, ya?"

"Mm."

Jaehan pun mencium pipi Yechan sebelum berjalan ke kamarnya sendiri saat itu.

Sementara Yechan yang sama-sama masuk ke kamar pun mendapati Junghoon sudah memakai piyama, tak lupa dengan masker yang menutupi wajah tampannya.

"Kau sudah dari tadi, hyung?"

Junghoon mengangguk, "Satu jam yang lalu. Kau ke studio dulu?"

"Mm."

"Bersama Jaehanie hyung?"

"Mm."

Junghoon lagi-lagi mengangguk, tapi tetap membiarkan saat Yechan pamit ke kamar mandi.

Begitu ia selesai, barulah Junghoon kembali mengajaknya bicara.

"Kau tahu, rumor tentang kalian beredar semakin liar."

Yechan yang sedang mengeringkan rambutnya menoleh, "Aku dan Jaehan?"

"Mm."

"Memangnya seliar apa? Lagi pula aku tak peduli, selama itu kenyataan, aku akan diam, dan membiarkan."

"Bagaimana dengan hyung?"

"Jaehan tak akan keberatan. Kau tahu sendiri bagaimana dia, 'kan?"

Walaupun Jaehan jarang menunjukkan, bahkan terkadang cenderung selalu menghindar, tapi hubungan mereka bukan hanya karangan.

"Aku tahu. Tapi, Yechan-ah ... aku khawatir pada kalian berdua. Apakah ini akan baik-baik saja ke depannya?"

"Tentu, hyung. Jangan terlalu mengkhawatirkan hal yang tak perlu begitu."

Junghoon menatapnya, tak tahu juga apa artinya. Apa itu ekspresi tak percaya atau hanya ketidak-setujuan akan keoptimisan yang tadi ia tuturkan.

"Mungkin awalnya kita berdua melakukannya karena itu pekerjaan yang memang harus dilakukan. Tapi, sekarang berbeda."

Yechan menatap Junghoon dengan sorot mata seriusnya, "Hyung, aku ... sungguh ingin bersamanya bukan hanya sebagai rekan kerja."


"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Drama✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang