Hari Buruk (2)

83 10 0
                                    

Hati Handoko menjadi berat setelah mengantarkan Ira, mata berkaca-kaca Ira masih terngiang jelas di benaknya. Ia menyadari bahwa Ia sudah keterlaluan menggoda Ira.

Ia akan meminta maaf saat menjemput Ira nanti. Tapi tunggu, Ia tidak tahu Ira pulang jam berapa. Ia ingin menanyakan hal itu kepada Ira, tapi ia sadar bahwa dirinya tidak memiliki nomor calon istrinya tersebut.

"Halo, Pak Kunto." Akhirnya, Ia memutuskan untuk meminta nomor Ira melalui Kunto.

"Oh iya, gimana Pak Handoko? Ira bikin masalah ya, Pak?"

"Nggak Pak, nggak sama sekali."

"Syukurlah kalau gitu. Terus ada apa, Pak?"

"Saya pengen minta nomornya Ira, Pak."

"Oalahh, baik tunggu sebentar akan saya kirimkan."

"Baik, terima kasih Pak Kunto."

Ia langsung mengirim pesan kepada Ira setelah mendapatkan nomor teleponnya. Pesan yang Handoko kirim sudah terbaca, langsung malah. Tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya Handoko memutuskan untuk menelfonnya. Hasilnya? Langsung di tolak.

Ia lupa menanyakan, jam berapa Ira pulang kepada Kunto. Jadi ia memutuskan untuk menunggu Ira di depan sekolah dari jam sepuluh. Ia melihat guru-guru pulang saat Ia sampai di sana. Tetapi Ia tidak melihat Ira.

"Permisi Pak, saya mau tanya. Ibu Ira tadi sudah keluar apa belum ya?" Handoko bertanya kepada satpam.

"Bu Ira belum keluar Pak. Beliau biasanya pulang jam sebelas."

Jam sebelas, akhirnya Ia mendapatkan jawaban. "Baik, terima kasih Pak."

Setelah menunggh satu jam, Handoko melihat siluet Ira. Ia merasa senang. Handoko ingin menghampiri Ira, tetapi Ia urungkan niatnya tersebut. Ia takut Ira akan tambah kesal nantinya.

Ira berjalan mendekati mobil sialan itu, Ia melihat Handoko keluar dari mobil. Sama seperti tadi, Handoko membukakan pintu untuknya. Tidak lupa Ira mengucapkan terima kasih. Handoko tersenyum mendenganya.

Setelah mereka masuk. Handoko tidak langsung menyalakan mobilnya. Hal Ini membuat Ira bingung. Ia menoleh ke Handoko. Entah berapa kali Ia sudah melihat wajah sialan itu hari ini.

"Maaf."

Saat Ira menolehkan wajahnya, tiba-tiba Handoko meminta maaf. Ira bingung.

"Saya tadi buat kamu ngerasa ngga nyaman."

Ira masih tidak paham, bukannya sejak kedatangan Handoko di rumahnya membuat Ira tidak nyaman?

Handoko yang melihat Ira masih kebingungan, mendecakkan lidahnya.

"Tadi pagi, saya hampir buat kamu nangis."

Hah, Ira tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Berani-beraninya Pak Tua ini mengingatkannya kalau Ia hampir menangis? Harga dirinya terluka.

Ira mendengus kesal, "Iya, ngga apa-apa."

Handoko tersenyum mendengar jawaban Ira. Akhirnya Ia menyalakan mobilnya. Masih lenggang jalan raya. Karena ini belum waktunya pekerja pabrik dan kantoran istirahat.

Seharusnya di pertigaan, mobilnya berbelok ke arah kanan. Tetapi tidak, mobil ini tetap lurus. Ira kebingungan, Ia ingin bertanya, tetapi Handoko sudah menjelaskan.

"Kita ke rumah orang tua saya."

Ira syok entah untuk yang keberapa kalinya. "Hah, sekarang? Kok mendadak gitu sih!" Ira mengerutkan alisnya.

"Mendadak? Saya udah chat kamu tadi pagi."

Ira yang tidak percaya segera mengatifkan ponselnya. Dan benar saja, setelah ponselnya hidup, ada dua pesan masuk dari Handoko.

MY LOVE LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang