• identity •
_
| Harry –atau sekarang Aciel– belajar mengenai dirinya sendiri di tengah kemelut dalam kepalanya. |
***
꯱ׁׅ֒etelah menyortir tumpukan kado ulang tahunnya –yang sebenarnya juga bukan miliknya– Harry menjalani satu hari bagai kedipan. Ia hampir tidak mengingat jelas setelah hadiah buku dari Snape.Duduk bersama keluarga Malfoy masih begitu asing. Makan siang dengan hidangan fantastis yang tentu bukan makanan inggris tradisional bibi petunia, atau masakan rumahan ala Molly Weasley. Dia bahkan tidak tau nama kebanyakan sajian di meja.
Itu hal baru untuk dicicipi, sayangnya tidak terlalu bisa ia nikmati di situasi seperti ini.
Draco, Narcissa, dan Harry pada akhirnya berakhir di taman keluarga ketika sore tiba. Bersandar di pohon besar dengan sebuah alas sutra yang lembut dan hembusan angin. Jujur saja Harry hampir tertidur. Jika bukan karena dampingan Draco yang membuatnya tetap membumi.
Anak itu kini sibuk menggali fakta tentang naga biru dalam buku Fantastic Beast and Where to Find Them. Sementara mainan sihir berbentuk miniatur naga terbang mengelilingi mereka selama beberapa detik. Sebelum mendarat di bahu Draco atau terkadang di atas kain sutra putih alas mereka.
Melihat raut serius Malfoy, membuat Harry terhibur dengan gagasan betapa bocah itu mencintai naga. Ini membuat dia ingat dengan hagrid dengan obsesi anehnya untuk memelihara makhluk itu.
Walaupun sudah tidak begitu sejak insiden baby Norbert di tahun pertama.
"Lihat ternyata dia berasal dari Swedia," Draco menunjuk sebuah baris di buku.
"Oh apinya bisa membuat tulangmu jadi abu seketika, jahat. Bukankah dia keren, Aciel." Seru Draco memusatkan perhatian pada mainan naga yang terbatuk dan bersin api biru –hampir tampak secantik percikan veela.
"Tidak keren kalau harus berhadapan langsung, tidak mau dia mengkremasimu hidup-hidup." Harry bergumam, mengingat efek naga di turnamen Triwizard.
Draco menepis tangannya ke udara, "Oh ayolah kita bukan mau bertarung, Naga tidak akan menyerang sembarang orang. Dia akan tau kita cuma mengagumi."
"Lagipula kita punya sihir, kenapa harus takut," Draco berujar naif.
Harry mencibir, "You want to see the dragon, don't you?"
Draco memiringkan kepala, "Who doesn't? They're cool!"
Ha! Sekarang Harry curiga kelakuan menyebalkan Malfoy yang berujung penahanan di hutan terlarang dulu adalah buah dari rasa penasarannya terhadap naga. Astaga Draco bisa saja bilang kalau ingin melihatnya bukannya malah bersikap dramatis dengan melaporkan ke guru.
Sebuah deheman merebut atensi keduanya, Narcissa yang rupanya sejak tadi bersenang-senang dengan secangkir teh di meja kecil teras –memutuskan untuk menginterupsi sedikit.
"Naga memang keren tetapi berbahaya. Kamu tidak bisa mencari mereka begitu saja, Draco" Kata Narcissa.
"Lagipula sihir bukan senjata terkuat jika kamu datang dengan kecerobohan tanpa akal sehat." Lucius bergabung, entah sejak kapan sudah duduk dengan secangkir teh di seberang Narcissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to Survive as Draco Malfoy Little Brother
Fiksi PenggemarDimana Harry Potter menemui takdirnya untuk mati. Namun sesaat setelah gelap menghilang, bukan orang tuanya, Sirius, ataupun Remus yang ia lihat. Tapi.. Draco Malfoy. Dan tunggu.. kenapa dia terus menyebut-nyebut adik sejak tadi. Apa Malfoy lupa dia...