Bab 3: Antara luka dan ketakutan

3 0 0
                                    

Ketika dia membalikkan punggung, ternyata ada orang lain yang keluar dari belakang rak buku tebal di kelas itu. Sosok itupun datang menghampiri Yuda sembari berjalan mendekat

"Yuda"

"Maaf, dari mana anda tau nama saya?"

"Saya tau, saya tau betul. Kamu ngga salah nak, tadi mahasiswi yang kamu temui memang gadis itu. Gadis yang kamu cari"

Sosok pak tua berambut putih dengan pakaian berwarna cokelat gelap itu menjelaskan dan memberikan informasi yang tak diduga Yuda sebelumnya.

"Kenapa bapak ini tau kalo saya cari dia" dalam hati Yuda berucap

"Saya tau nak, karena saya mendengar langsung dari mulutnya, dia selalu bercerita kepada saya tentang apapun termasuk kisah cintanya"

"Maaf, kalo boleh tau bapak siapanya ya?"

"Iya nak Yuda, saya kakeknya. Saya kakeknya Cellyn, si gadis yang kamu cari"

Yuda yang mendengar hal itupun terkejud, ternyata Cellyn punya kakek di sini.

"Iya nak, Cellyn itu anak yang bisa dibilang berbeda dengan kebanyakan anak seusianya. Mungkin sedikit sulit untuk dia bisa dekat dengan kamu" ucap pak tua itu

"Saya bekerja di sini sebagai penjaga kelas ini, merapikan kelas, dan membersihkan rak buku-buku di sini. Oleh karena itu Cellyn masih mau melanjutkan studinya. Padahal kalo tidak ada saya yang menemani mungkin dia ngga bakalan mau melanjutkan studinya"

"Kenapa pak? Karena dia introvert? Saya juga demikian pak. Atau emang ada sesuatu yang membuat dia trauma?"

Terlihat si pak tua berpikir sejenak

"Mungkin untuk soal itu, nanti kamu cari tau sendiri ya sama anaknya. Kamu siap-siap aja bakal ada banyak kejutan dalam pencarianmu itu. Kamu harus siap nak"

Yuda yang merasa bingung akan hal itupun hanya diam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada Cellyn tersebut.

"Yasudah, ini hampir udah malam. Nak Yuda sebaiknya pulang. Kasian orang tuanya pasti menunggu. Untuk masalah Cellyn lambat laun pasti akan terjawab"

"Baik pak, kalau begitu saya pamit ya. Terima kasih banyak atas informasinya ya kek"

"Ingat nak Yuda, jangan sampe berhenti di tengah jalan ketika menerjang misteri. Akan ada hal-hal yang membuat kamu menyerah, tapi selalu ingat tujuan kamu kenapa kamu melakukan itu"

"Baik kek, saya akan selalu berusaha untuk terus maju" ucap Yuda dengan mantap

"Kalo butuh apa-apa tinggal panggil kakek aja, kakek selalu di sini. Inilah rumah kakek jangan sungkan untuk mampir kesini"

"Baik kek, saya permisi dulu"

Sembari yuda berjalan keluar dari kelas itu, tiba-tiba pintu tertutup sendiri. Yuda pun merasa ada yang janggal dari kejadian tadi namun Yuda acuh dan pergi dari kampusnya karena hari terlihat semakin larut.

Setelah pertemuan pertama di kelas sastra, Yuda merasa campur aduk. Hatinya berbunga-bunga akibat pertemuan yang begitu dinanti-nantikan, namun ada sesuatu yang juga membuatnya bingung. Cellyn, gadis yang selama ini dia anggap sebagai jiwa kembar dalam mimpinya, ternyata memiliki sifat yang sangat berbeda di dunia nyata. Cellyn terlihat sangat cuek dan terkadang tampak seperti tidak peduli dengan sekitarnya. Dia duduk di sudut kelas, sambil mengamati dunia dengan tatapan datar sembari berkelana di dunianya sendiri.

Sesampainya di depan rumahnya, di sebuah rumah sederhana berbahan dasar kayu dengan halaman luas berpohon rindang. Sebelum membuka pintu Yuda rasa ada sesuatu yang serasa menatapnya di belakang sana. Mungkin hal itu udah biasa baginya, karena memang di sekeliling rumahnya hanyalah pepohonan, tidak ada rumah lagi, kenapa? Karena rumah Yuda ada di ujung desa tempat ia tinggal.

2-INT (tentang introvert, sastra dan mimpi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang