Gyuvin dengan pakaian serba hitam kini tengah mengikuti sang semesta bersama kekasihnya, mengikuti setiap langkah yang dilalui oleh kedua pemuda didepannya.
Dengan topi dan kacamata hitam Gyuvin tidak dapat dikenali oleh orang-orang disekitarnya, bahkan Yujin tidak sadar bahwa dirinya tengah diikuti oleh teman sekelasnya.
Melihat adegan mesra yang dilakukan oleh kedua pemuda dihadapannya membuat Gyuvin mengepalkan tangannya dengan kuat sedari tadi, dirinya muak melihat adegan itu.
Dadanya panas
"Kamu mau kemana lagi?" Tanya Gunwook dengan tangan yang mengusap punggung tangan Yujin yang tengah digenggam olehnya,
Yujin menoleh dan tersenyum,
"Ayo kita ke Timezone," kata Yujin riang yang di angguki oleh Gunwook,
Tautan tangan itu tidak terlepas sedari tadi hingga kini, saling menggenggam seakan tak ingin terpisahkan.
Membeli tiket terlebih dahulu dan lanjut berjalan memiliki game yang ingin dimainkan,
Gunwook menoleh "kamu mau main apa?"
"Basket, ayo kita bersaing yang dapat poin paling sedikit harus ikutin kemauan si pemenang gimana?" Riang Yujin dengan menatap kekasihnya,
Gunwook tersenyum senang, karena dirinya yakin akan menang karena dirinya adalah mantan seorang kapten basket
"Ayo sini,"
"Aku hitung ya," kata Yujin yang diangguki oleh Gunwook disampingnya,
"1,2,3"
Yujin mencoba fokus dan terus memasukkan bola basket itu kedalam ring, Yujin sedikit gelisah karena beberapa bola tidak masuk sedangkan saat dirinya melirik kesamping sang kekasih terus saja memasukan bola basket kedalam ring dengan sangat sempurna.
"Ishhh"
"Kenapa bolanya ngga mau masuk sih!"
"Ngeselin banget"
"Yujin kesel!"
"Yujin ga mau main lagi," gerutu Yujin menyerah,
Gunwook tersenyum melihat tingkah lucu Yujin yang tengah kesal, bibir yang mengerucut itu ingin rasanya Gunwook kecup.
"Kenapa senyum-senyum?"
"Kamu seneng ya karena menang? Seneng permintaan kamu bakal aku kabulin? Iya?" Kata yujin dengan kedua tangan yang dilipat di dadanya, memasang wajah sangar.
Lagi-lagi Gunwook hanya tersenyum lalu berjalan mendekati Yujin yang masih memasang wajah sangarnya.
Plis, ini adalah raut wajah paling menggemaskan bagi Gunwook, jauh dari kata sangar ini benar-benar menggemaskan.
Kedua telapak tangan besar itu menangkup wajah Yujin yang mungil,
"Aku ajarin mau?" Tawar Gunwook
Yujin menggeleng dengan raut wajah yang semakin menggemaskan,
"Aku mau main permainan lain aja, ga mau lagi main basket yang ngeselin itu" tutur Yujin menatap Gunwook dengan tatapan lucu dan tangan yang menunjuk bola basket.
Gunwook hanya bisa mengangguk mengiyakan, apalagi yang bisa dirinya perbuat jika si mungil yang menginginkannya.
Dilain sisi Gyuvin benar-benar emosi, melihat keromantisan sang semesta bersama pacarnya.
Tanpa sadar darah menetes ke dasar lantai, mata Gyuvin terus menatap adegan-adegan yang membuat dadanya semakin memanas
"Eh kak, itu tangannya"
"Kak?"
Gyuvin tersadar saat ada tangan yang melambai di depan wajahnya, lalu matanya menoleh kesosok pria yang lebih pendek darinya
Mengangkat sebelah alisnya, bertanya apa maksud dari pria itu.
"Itu tangannya berdarah, ngga sakit?" Tanya pria itu sembari menunjuk tangan Gyuvin yang tengah mengepal yang ternyata ada sebuah pisau kecil digenggaman nya.
Melihat tangannya yang berdarah tanpa pamit dan berterima kasih Gyuvin langsung pergi meninggalkan pria pendek itu dan berjalan kearah kamar mandi.
Membasuh pelan telapak tangannya yang sedikit robek,
Menekan telapak tangannya sendiri tanpa rasa sakit, matanya menatap kearah pantulan cermin tengah membayangkan adegan Yujin dan Gunwook yang membuat dirinya kesal.
"Aku pipis sebentar ya," kata Yujin berhenti didepan toilet
"Aku ikut ya?" Tanya Gunwook dengan tangan yang masih merangkul pinggang kecil Yujin,
"Ga mau, kamu tunggu sini aja"
"Loh kan aku cowo, ga masalah dong ikut kedalem" kata Gunwook yang tetap dijawab dengan gelengan oleh Yujin,
"Kamu diem disini" ujar Yujin dengan nada yang menekan. Lalu dirinya segera berjalan kedalam toilet,
Dilain sisi Gyuvin langsung masuk kedalam salah satu bilik toilet yang kosong saat pendengarnya mendengarkan suara sang semesta yang terasa dekat.
Gyuvin tersenyum saat Yujin masuk kedalam bilik toilet disampingnya, dirinya bisa mendengar suara Yujin yang seperti sedikit mendesah lega, suara itu terdengar sangat indah bagi Gyuvin.
Benar-benar indah.
Gyuvin segera menyalakan kameranya, bersiap untuk memotret sang semesta dari dekat.
Gyuvin terus tersenyum, dirinya merasa sangat bahagia.
Memposisikan kameranya di sela-sela bawah perbatasan antara bilik Yujin dan dirinya,
Tanpa Yujin sadari Gyuvin terus memotretnya dari bawah berkali-kali.
Bahkan tangan Gyuvin yang satunya sekarang tengah mem videokan Yujin.
Yujin bergerak, hal itu membuat Gyuvin langsung menjauhkan kameranya dari sela-sela itu.
Duduk di atas toilet sembari menggeser-geserkan foto-foto yang baru saja dirinya ambil.
Senyuman Gyuvin masih terpancar sedari tadi.
Foto-foto yang cukup tidak senonoh itu cukup banyak, dimana ada beberapa foto yang memperlihatkan kemaluan sang semesta, yang mana hal itu membuat Gyuvin semakin tersenyum bahagia.
Tiba-tiba terlintas ide menarik dipikirannya,
Gyuvin ber smirik dan langsung memakai masker.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION | GYUJIN |
Fanfiction"Han Yujin milikku dan selamanya akan menjadi milikku"