PROLOG

4.6K 267 15
                                    

Tangis.

Entah sudah seberapa banyak butir menggelinding, menemukan jalan, mengalir, meninggalkan wajah pucat Aita. Setiap tetes sarat muatan kepedihan. Sebuah kepiluan mendalam.

Tangannya meremas kain pelapis ranjang. Erat mengepal. Sesekali terdengar isak perih yang tenggelam di ujung keluhannya. Tersamarkan oleh decit ranjang, juga gaduh akibat tubuh kecil yang sedang ditunggang, digerakkan dengan kuat dan teratur oleh seorang lelaki bertubuh proporsional.

Pilu. Naas. Memprihatinkan. Aita kembali gagal menghentikan perbuatan bejat lelaki yang ia segani, sahabat karib kakak kandungnya sejak belasan tahun silam, lelaki yang memanfaatkan peluang setelah mengetahui perasaan terpendam Aita.

Gadis itu diperdaya, tapi ia tak bisa bersuara. Lelaki itu terlampau pandai mengelabuhinya. Mencari kesempatan dari setiap kesempitan yang ada. Sementara dirinya mungkin terlalu lugu hingga mudah tertipu.

Terhitung hari ini, sudah dua kali kamar Aita menjadi saksi. Bahkan cermin di lemari yang memantulkan bayangan Raga kini menancapkan memori pedih. Miris. Sudah seminggu terakhir ia mencoba mengubur bayang-bayang kebiadaban Raga yang pertama, tapi saat belum tertimbun sempurna, Raga kembali menggali dan membuat lubang trauma yang jauh lebih menganga.

"Makasih, Ta," bisik Raga mesra setelah menggulirkan tubuh ke samping. Selepas dengan tega menumpahkan hasrat pada gadis yang seharusnya dianggap adik.

Ia masih terengah-engah saat melihat Aita cepat-cepat memunggungi. Di situasi yang semacam ini, ia masih sempat tersenyum puas saat punggung gadis itu bergetar oleh guguan tangis naas. Kejam.

Untuk beberapa saat ia mengamati tubuh ringkih Aita usai menjadi pelampiasan nafsu bejatnya. Punggung putih mulus itu seakan mengeluarkan aroma keringat yang sedap saat terhirup. Membangkitkan jiwa kelelakian. Mengundang belaian gemas meski kini tertutupi oleh rambut sebahu yang selama ini tersembunyi di balik lembar hijab.

Seiring dengan berkurangnya sensasi pelepasan, perlahan timbul nyeri di dalam dada Raga. Benih rasa kasihan bertebaran dijemput logika. Muncul rasa iba kala menyaksikan seberapa menyesakkan tangis Aita. Seberapa miris setelah dua kali ia rudapaksa.

Meski terlambat menyadari, Raga mulai mengerti, betapa kejam ia pada gadis polos itu. Betapa biadab perbuatannya, sudah memanfaatkan perasaan yang diam-diam Aita taruh untuknya.

Tapi, Raga tak menemukan alasan yang masuk akal. Dari sekian banyak wanita mendekatinya, bahkan tunangannya sendiri, tak sekalipun ia tertarik untuk menyentuh apalagi muncul nafsu bercumbu. Tapi dengan Aita, gadis itu membangkitkan kebinatangannya. Padahal penampilan Aita selalu tertutup. Auratnya terjaga. Lalu kenapa ia tega berbuat sejauh ini? Tega sekali menghancurkan hidup seorang gadis tak berdosa.

Mungkin setan dengan kasta tertinggi lah yang merasuki jiwa Raga, hingga ia yang dari keluarga berpendidikan tinggi untuk pertama kalinya berzina, memperkosa pula, yang jika terendus media akan menjadi tajuk berita nasional.

"Putra Seorang Guru Besar Di Salah Satu Perguruan Tinggi Negeri Memperkosa Adik Sahabatnya Sendiri"

Mengerikan.

***

Kisah ini ada di Karyakarsa ya say, link ada di bio Wattpad aku. Jangan lupa follow IG lapanbilan bait tahu info update karya2ku... 🥰

SILAM 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang