Bagian 5

2.1K 151 14
                                    

Hai hai ...
Lama ga update ya gaes

Yuk yuk baca yuk kisahnya Raga, Aita, Jundi, dan Diantri yg makin gemesin hehehe

***

"Ya, Bang!" Teriak Aita saat bel terus berbunyi. "Duh sabar kenapa sih, Bang! Tunggu!"

Ia berlari sambil menggerutu, tergopoh-gopoh dari arah dapur. Tapi lantas bersemangat saat sekilas melihat ke arah jam. Ternyata belum terlalu malam. Jundi memenuhi janji untuk pulang lebih awal, demi merayakan ulang tahunnya bersama Aita.

Klek! Aita menarik daun pintu.

"Bang Jun..." antusiasme Aita surut. Suaranya memelan, terkatung di tenggorokan. Parau. Ia salah, ternyata bukan Jundi yang datang, melainkan Raga.

Leher Aita menegang karena saliva yang kental. Degup jantungnya acak-acakan. Tersadar yang datang bukan mahromnya, ia meraba rambut yang tak berpenutup. Lalu sebisanya menutupi dengan kedua tangan.

Saat melirik sepintas ke garasi, memang benar mobil suv hitam itu yang biasa Jundi kendarai akhir-akhir ini. Lalu mengapa yang datang bukan kakaknya?

"Ini aku, Ta. Bukan Jundi. Dia akan datang lima belas menit lagi."

Aita panik. Belum menentukan sikap. Terlalu beresiko jika harus mempersilakan Raga masuk, mengingat yang terjadi terakhir kali membuatnya sangat takut. Tapi jika membiarkan Raga berdiri di luar tanpa dipersilakan terkesan sangat tidak sopan. Atau mungkin berlari saja ke kamar, memakai hijab, baru menentukan pilihan.

"Aku boleh masuk?"

Mata Aita bergerak gugup. Tangannya otomatis mendingin.

"Kamu bisa lanjutin masak," imbuh Raga sebelum nyelonong memasuki ruang tamu. Melewati si pemilik rumah yang bengong menyaksikan kelancangannya.

Usai berkeliling Jakarta setelah kabur dari interfenso ibunya, Raga memikirkan banyak tujuan, acak, dan rumah Jundi yang berulang kali muncul di benak. Berharap sahabatnya bisa meringankan sedikit beban yang ibunya hadiahkan.

Namun, lihat betapa beruntungnya. Seorang yang jauh lebih berharga dari Jundi membukakan pintu untuknya. Bahkan menyadarkannya, bahwa bukan Jundi yang ia tuju, melainkan gadis yang baru saja memutar tubuh sambil menatapnya keheranan.

Mereka bertatapan. Hingga Raga punya kesempatan untuk menamatkan tampilan Aita. Gadis itu mengenakan t-shirt mini dan celana pendek sebatas paha. Sementara rambutnya dicepol ke belakang tapi beberapa helai jatuh menjuntai, memamerkan leher putih mulus yang dua hari lalu aromanya sempat terhirup, terendus saat ia mengecup.

Raga membuang muka. Ia takut sakit jiwa. Khawatir hasratnya membuncah. Aita adalah makhluk ajaib baginya. Gadis itu mampu bisa mengubah nafsu yang menggigil dingin menjadi sepanas padang pasir. Tubuhnya seperti magnet, yang sewaktu-waktu bisa menarik kuat-kuat, agar terus mendekat dan semakin dekat. Memicunya berbuat nekat.

Ah melarikan pandangan ternyata tidak semudah itu. Lihat betapa seksi gadis dengan apron lusuh dan penampilan seadanya itu. "Aku akan tunggu Jundi di sini."

Situasi cukup terkendali. Raga duduk di sofa ruang tamu, dengan tenang melipat kakinya. Sepertinya lelaki itu cukup jinak. Aita menyemogakan. Tak punya pilihan.

SILAM 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang