1. Pertemuan

3 1 0
                                    

'The Choice is Theirs'

.
.

Di tengah keramaian di kafe yang riuh dengan orang-orang berbincang dan tertawa. Di salah satu sudut, seorang perempuan duduk dengan wajahnya yang sedikit bosan, menunggu kedatangan teman-temannya yang tak kunjung datang. Dengan perasaan kesal, dia menopang dagu dengan kedua tangannya, merasa waktu berjalan sangat lambat.

Di sela-sela kesendirian, ia menyeruput minuman di gelas yang telah dipesannya sejak awal, mencoba mengalihkan perhatian dari rasa frustrasinya. Matanya mengamati dengan seksama orang-orang disekitar. Berharap ada seseorang yang menghampirinya.

"Ini sudah satu jam, aku mulai merasa gila untuk menunggu mereka," ucapnya sambil melihat jam tangan yang ia kenakan.

Tak lama, datanglah 2 orang lelaki dengan berpakaian ala anak rumahan.

"Ada Nicha?" Tanya salah satu dari lelaki tersebut, mendekati perempuan yang sudah bermuka asam karena tanpa sepatah kata pun permohonan maaf yang keluar dari bibir kedua orang tersebut. Seolah-olah kesalahan mereka terlambat datang telah lenyap ditelan angin, mereka justru mencari orang yang sama sekali tidak ada di tempat itu.

Perempuan tersebut yang diketahui bernama Yuna menepuk punggung lelaki yang duduk disebelahnya seraya berbisik kecil ditelinganya, "Bodoh, kau liat sendiri? Aku sendirian selama 1 jam,"

"Bersabarlah sedikit, mungkin dia orang yang paling datang terakhir dari kita semua," sambung Yuna.

Lelaki tersebut bernama Mark, terdiam sejenak. Kemudian teman yang bersama Mark tadi, mengambil tempat duduk disebalah Mark seraya mengelus punggung temannya dengan merasa iba.

"John, kasih pemahaman ke temanmu ini supaya bersabar sedikit," ucap Yuna sambil mengambil gelas yang berisikan kopi dan meminumnya hingga habis.

Menunggu agak lama, kemudian akhirnya yang ditunggu telah datang. Terkecuali Nicha.

"Yakin Nicha akan datang?" Tanya Jane.

"Aku yakin dia pasti datang, mungkin dia akan lebih terlambat karena jaraknya cukup jauh antara rumahnya dengan Kafe ini," sahut Yuna. "Dan berhentilah kalian bermesra-mesraan didepanku!"

Jane bersama kekasihnya yang tidak lain adalah Ethan masih bergandengan walaupun duduk nya sudah bersebelahan dan berdempetan tidak mau melepaskan satu sama lain. Mereka terlihat bahagia dalam kedekatan mereka. Tergambar jelas raut diwajah keduanya mencerminkan kebahagiaan itu.

Didepan Jane, seorang lelaki gagah berjas hitam kemudian memalingkan wajahnya seakan-akan tidak ingin menganggu dengan melihat apa yang sedang terjadi didepannya. Kemudian ia menyibukkan diri dengan handphone miliknya, mencoba mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya.

Semua yang berada didalam pertemanan itu tau, jika Jane adalah mantan kekasih dari lelaki tersebut. Lelaki tersebut memiliki nama Jay. Bahkan, Jake. Lelaki yang sibuk dengan laptop nya sejak awal datang itu juga adalah mantan kekasih Jane.

Sebagai teman bahkan sahabat perempuan Jane, Yuna mengerti bagaimana mengenai semua tentang Jane. Ia menutup mulut dengan rapat setelah melihat ekspresi yang didapatkan dari Jake dan Jay.

Keheningan singkat pun terjadi, namun suasana akrab dan bahagia segera kembali. Sementara itu, John mengalihkan perhatiannya ke Mark yang terlihat masih sedikit cemas, "Tenang saja, Mark. Pasti dia akan datang. Jangan khawatir," kata John dengan lembut, mencoba menenangkan temannya.

Tak lama kemudian, pintu kafe terbuka, dan orang yang ditunggu-tunggu juga akhirnya tiba dengan wajah lelah tapi tersenyum lebar. "Maaf, aku terlambat. Ada hal mendesak yang harus kuselesaikan," ucapnya sambil berjalan mendekati teman-temannya.

Echoes of DesolationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang