Chapter 3
Warning!!
🥀🥀🥀
Byulyi baru terbangun saat matahari sudah menembus jendela kamarnya. Kepalanya sedikit pusing. Entah kenapa dia tidur terlalu lelap semalam setelah menerima obat dari Seokjin. Bahkan perempuan itu mengira suaminya sudah memberinya obat tidur.
Byulyi kemudian melihat sisi kosong di sebelahnya. Kemungkinan Seokjin sudah pergi bekerja dan sengaja tidak membangunkannya. Perempuan itu menelan salivanya sendiri. Dia masih mengumpulkan kesadarannya secara penuh.
Saat dia melirik jam di nakas sebelah tempat tidurnya Byulyi sedikit terbelalak karena waktu sudah menunjukkan jam 07.30 . Sebagai seorang perempuan yang punya tanggung jawab untuk mengurus anak-anaknya itu sudah sangat terlambat.
Byulyi segera bangkit dari tidurnya. Kemudian berjalan ke arah kamar mandi untuk segera membersihkan diri.
Setelah selesai dia mulai menuju kamar Seokmin & Seokjun dengan langkah yang sedikit tertatih karena lukanya masih terasa pedih. Tapi dia tidak peduli, yang dia ingat kedua anak itu harus pergi ke sekolah tepat waktu pagi ini.
Saat pintu kamar sudah dibuka Byulyi hanya menemukan ruangan yang kosong tanpa seorang pun di sana. Tidak ada si kembar yang selalu sumringah saat melihat dirinya berkunjung ke kamar mereka.
"Apa mereka sudah berangkat sekolah?"
Wanita itu berpikir kemungkinan anak-anak sudah berangkat ke sekolah pagi ini. Jadi dia menutup pintu tersebut dan berjalan menuju lantai bawah.
Saat di bawah dia melihat Seokjin ternyata masih berada di rumah sedang dilayani oleh beberapa pelayan.
"Apa anak-anak sudah pergi ke sekolah?" Tanya Byulyi saat melihat Seokjin duduk di tempat makan keluarga itu dalam diam. Pria itu hanya menatap Moonbyul kemudian menghela nafasnya. Dia diam tidak menjawab pertanyaan istrinya itu.
"Jin, anak-anak tidak ada di kamar. Apa mereka sudah berangkat ke sekolah?" Tanya Byulyi sekali lagi serius tapi dengan nada yang cukup panik.
Mendengar pertanyaan kedua itu membuat Seokjin bangkit dari duduknya menuju Byulyi yang sedang berdiri tidak jauh dari tangga rumah mereka. Byulyi begitu memperhatikan keseriusan di wajah Seokjin.
"Mereka sudah pergi ke sekolah sejak semalam," ucap Seokjin pada Byulyi. Hal itu meninggalkan pertanyaan yang besar di benak dan pikiran Byulyi.
"A-apa maksudmu?" Tanya Byulyi. Wanita itu kini mulai menitikkan air matanya.
"Aku sudah mengantar mereka ke sekolah baru," kalimat Seokjin yang satu itu berhasil membuat kakinya menjadi lemas seketika. Tanpa sadar wanita itu menjatuhkan dirinya sendiri. Sementara Seokjin mencoba menangkap tubuh wanita itu agar tidak terjatuh ke lantai.
"Jin, kau? B-bagaimana bisa?"
"Aku harus melakukannya," ujar pria itu seraya menggenggam tangan Byulyi. Wanita itu mulai menangis dan mengepalkan tangannya kuat untuk memukul Seokjin.
"Kenapa kau melakukannya?!" Protes Byulyi marah. Dia merasa telah dikhianati di sini. Dirinya bahkan belum sepakat sepenuhnya dengan keputusan itu tapi Seokjin sudah mengantar keduanya tanpa sepengetahuan Byulyi.
"Setidaknya biarkan aku bersama mereka lebih lama lagi. Kenapa kau mengirim mereka tanpa sepengetahuanku?!" Byulyi kali ini habis kesabaran. Dia sudah terlalu sering diam terhadap segala keputusan Seokjin. Sekarang dia harus angkat bicara.
"Kenapa?!" Byulyi berteriak kesal. Seokjin hanya bisa menerima pukulan-pukulan itu di bahunya. Dia tidak pernah melihat perempuan itu semarah ini sebelumnya. Tapi Seokjin sudah tahu bahwa reaksi Byulyi pasti akan begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jinbyul Oneshot
Fiksi PenggemarKisah pernikahan Kim Seokjin dan Moonbyul yang dipenuhi intrik saat keduanya menjadi orang tua, mengharuskan mereka menghadapi situasi membingungkan dalam memilih keputusan untuk kedua putranya.