Bab 2 - Kode Mama...?

89 12 3
                                    

• H A P P Y   R E A D I N G •***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• H A P P Y   R E A D I N G •
***

Plantation 3 - Grace Field - 2038

"Gerbang apa itu?"

Sudah masuk alur cerita saja, ya…

"Kamu naenya?"

"Vanessa! Aku serius!"

"Aku duarius."

Emma berdecak kesal karena aku terus menjawab pertanyaannya dengan bercanda. Akhirnya Norman menjelaskan tentang Gerbang, yang sebenarnya tidak ada yang perlu dijelaskan karena ya… itu hanya Gerbang biasa. Tidak dengan apa yang ada di sebaliknya.

"Kata Mama, kita tidak boleh mendekati Gerbang dan pagar di hutan. Bahaya!."

Aneh.

"Yaudah sana balik, ngapain kau ikutan kemari?" Ray, ditambah dengan didikanku. Semakin nyelekit ucapannya.

Emma kembali kesal, ia menatap Norman minta pembelaan terhadap kedua saudara-saudarinya yang menjengkelkan. Yang ditanggapi hanya dengan kekehan canggung bercampur gemas melihat tingkah saudara-saudarinya yang terus bergelut tanpa pernah absen seharipun.

Bahkan ketika mereka pertama kali datang kemari, aku sudah mengajak mereka untuk be one.

Aneh, Gerbang tidak boleh didekati dan Mama Isabella yang sudah mengambil alih seluruh Plant 3, mengatakan bahwa Gerbang dan pagar di hutan itu berbahaya. Padahal, ketika kami diadopsi kami akan dibawa ke-Gerbang.

Mama aneh karena mengatakan hal seperti itu. Pasalnya, untuk anak-anak jenius dan langka seperti kami— Eaa :v.
Pasti akan merasa curiga.

Entah Mama yang tolol atau emang sengaja meng-kode, agar anak-anaknya berpikir logis tentang tempat ini.

"Sudahlah, ayo kembali. Mama pasti akan memarahi kita jika kita ketahuan mendekati Gerbang."

"Woy, Jamet Ayok!" Aku memanggil Ray yang masih berdiam diri didepan Gerbang.

Sebutan khasku untuknya, yang tidak disukainya membuatnya cepat berbalik, menatapku dengan kesal. "Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Sudah keren-keren namaku Ray! Malah diganti begitu!."

"Rambutmu Jamet." Aku kembali meledak, menunjuk poninya yang menjadi khas anak emo itu.

Akhirnya, aku dan Ray kejar-kejaran menuju House. Emma yang energik menyusul dengan cepat, sedang Norman yang kekebalan tubuhnya lebih rendah memilih untuk berlari kecil mengikuti dibelakang. Senyum di wajahnya tidak pernah luntur. Anak albino satu ini suka sekali melihat saudara-saudarinya berbahagia.

Story In 2 World || The Promised Neverland × OcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang