Bab 5 - Jalan lurus.

60 7 2
                                    

• H A P P Y   R E A D I N G •***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• H A P P Y   R E A D I N G •
***

1st POV:...

Tak terasa waktu telah berlalu...

"AAAA- gigiku!"

Mereka semakin bertumbuh besar...

"Mama! Gigi susu Emma ontek lagi!"

Plot utama semakin dekat...

"Ontek! Apa itu Ontek?"

Aku yang awalnya merasa bodo amat dengan masa depanku di dunia ini... karena aku masih percaya bahwa apa yang kualami ini hanya bunga tidur semata. Atau Lucid Dream tepatnya.

"Ontek itu goyang, Mama! Gigi susu Emma mau ganti Gigi dewasa lagi!"

Tapi tiba-tiba aku merasa tidak rela untuk berpisah dari mereka.

Pagi ini, ditahun ke-sebelas ku di dunia ini- di House ini bersama anak-anak yatim yang sebenarnya ternak.

Dihebohkan dengan gigi susu terakhir Emma yang akan berganti menjadi gigi dewasa terakhirnya.

Sarapan kali ini ada sup tulang, dan Emma terlalu bersemangat ketika menggerogotinya. Alhasil, gigi susu terakhirnya, goyang.

"Hu- uhuhuhu~~"

Aku, Ray dan Norman menemaninya ke ruang kesehatan. Menemaninya menerima obat pereda sakit gigi.

"Cabut saja Ma!" Seruku dengan semangat, sambil menjunjung tinggi alat pencabut gigi yang sebenarnya terlihat cukup menakutkan.

"AAAAAAA- Tidak!!"

Emma berseru ngeri, lalu berlari keluar dengan terbirit-birit.

"Vanessa!"

Mama, Ray dan Norman menegurku.

"Sorry, ehehehe~~"
Akupun mengikuti langkah Emma, keluar ruang kesehatan.

Brukk...!

"Aduh!"

Karena tidak memperhatikan jalan, aku jadi menabrak tuyul- salah satu dari banyaknya anak-anak panti.

"Eh, Phil!? Maaf ya, kamu pendek, enggak keliatan soalnya. He-hehe~~"

Aku membantu bocah itu bangkit.
Lalu menepuk-nepuk bokongnya, membersihkan kotoran yang menempel di sana.

"Engga apa-apa kok! Tapi Kenapa Emma lari-lari? Katanya giginya sakit." Ia dengan raut wajah polos bertanya padaku yang siap menjawab pertanyaannya dengan ngawur.

"Ha—"

"Vanessa menakutinya."

Sayangnya jawaban ngawur ku sudah diserobot duluan dengan jawaban benar nan sopan dari Ray.

"Hei jamet! Dia tanya padaku, ya!" Aku dengan main-main berseru kesal tidak terima pada Ray.

"Dia masih kecil, jangan racuni otak polosnya." Ujar Ray datar. "Dan berhenti panggil aku Jamet."

Sedangkan Norman di sebelahnya hanya tersenyum maklum melihat pertengkaran kami yang tiada habisnya.

"Jamet, Jamet, Jamet —!!!!"

Walau sering bertengkar, Ray selalu mengekoriku kemanapun aku pergi. Sehingga dua sohibnya- Norman dan Emma juga ikut mengekoriku.

Aku senang, kalau malam ketika ingin buang air jadi ada temannya.

-

Plung...!

"Eek Vanessa bau tai." Keluh Emma. Namun tidak pergi.

"Namanya juga taik, ya bau. Eek luwak lah, wangi. Sampe taiknya dibuat kopi." Balasku dengan wajah ngeden.

-

Tapi aku bisa tahu kenapa mereka selalu mengintiliku layaknya pitik.

Umur ku sudah sebelas tahun, itu artinya waktuku disini hanya tersisa kurang dari satu tahun.

Dan mereka ingin menikmati saat-saat terakhir denganku.

Bahkan terkadang, anak-anak lain juga turut mengikutiku.

Umurku lebih tua setahun dari Trio semesta, dan diumur ini Emma dan Norman belum mengetahui kebenaran tentang panti.

Jadi rasa sedih yang mereka rasakan mungki sama seperti rasa sedih seperti ketika ditinggal anak-anak yang sudah dikirim terlebih dahulu.

Disisi lain, Ray tampak terlihat gelisah.

Ah, apa bocah itu mencoba menyelamatkanku?
Apa, hanya perasaanku saja?

Ah, aku jadi enggan untuk pergi meninggalkan mereka.

Tapi disisi lain aku juga merindukan kehidupan ku di dunia nyata.

Aku bimbang.
Tapi, aku tidak bisa memutuskan jalan mana yang harus kutempuh, karena aku juga masih bingung dengan posisiku saat ini.

Yang bisa kulakukan hanya mengikuti alur hidup ini... Rasanya seperti melintasi jalan yang dikanan-kirinya berupa jurang curam, dan hanya ada satu jalan lurus ke kedepan.

Satu-satunya pilihan.

Dan entah apa yang ada di depan sana...























"Mama, Kapan aku akan dikirim... pada kematian...?"

?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Story In 2 World || The Promised Neverland × OcTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang