2. silent 🔺

3K 194 8
                                    

Illustration of Jay.

---

"Agrhhh!"

Teriakan Raka terdengar saat ia merasakan sengatan listrik yang menyambar tubuhnya, siapa lagi jika bukan pria psikopat itu pelakunya. Raka terbaring di atas kasur dengan kedua tangan yang di borgol dan di kaitkan pada headboard besi diatasnya. Pria bernama Jay itu duduk di antara kedua kakinya sambil memegang sebuah taser. Pria itu menempelkan taser itu pada headboard besi lagi dan tentu saja aliran listriknya akan menyambar Raka.

"U-udah ... Cukup ... Cukup." Lirihan lemah itu membuat Jay tersenyum. Ia mengambil sebuah gunting dan cutter dari kotak kecil. Raka yang melihat dua benda itu langsung panik. Bayang bayang apa yang akan di lakukan Jay langsung memenuhi pikirannya. "Ng-ngapain kamu, jangan!"

Raka langsung menutup matanya tak berani melihat perutnya yang akan dirobek. Ia memekik saat perutnya merasakan sentuhan benda dingin. "Ng-nggak, jangan umh-"

Mulut Raka langsung disumbat dengan sebuah kain. Ia membuka mata dan melihat Jay menggunakan gunting itu untuk memotong perban di tubuhnya satu persatu.

"Jangan berisik, kalau sampai adikku bangun, benda ini akan kutanamkan ke perutmu," ucap pria itu dengan wajah dinginnya, tentu saja Raka langsung merinding dan mengangguk cepat.

Raka diam melihat Jay membuka perbannya dengan hati hati. Saat perban itu terbuka, tubuh Raka penuh luka sayatan kecil, tapi dalam jumlah yang cukup banyak dan masih basah. Raka kembali menelan salivanya kasar ketika melihat wajah pria itu. Ekspresinya seakan sangat antusias ketika melihat luka dan darah.

Perbannya sudah terlepas semua, Raka tetap diam memperhatikan Jay meletakkan gunting dan cutter itu ke kotaknya. Tak lama tangan Jay mengusap luka itu dan menekannya pelan sampai darahnya kembali mengalir. Raka memekik sakit tapi pria itu tersenyum kecil melihat darah menodai tangannya. Wajah pria itu mendekati lukanya dan menjilat darah itu, Raka yang melihat itu tentu saja terkejut. "Darahmu manis juga, kalau aku vampir mungkin darahmu sudah hisap sampai kering."

Raka terdiam menatap pria itu. Ia tau ini hanyalah candaan tapi jika candaan itu keluar dari mulut psikopat ini apapun yang ia katakan bisa saja terjadi. Tak lama, Jay beralih pada kotak kecil di sampingnya dan mengambil sebuah botol kecil bertuliskan alkohol.

Belum sempat Raka berpikir, pria itu sudah menyiramkan alkohol itu ke seluruh badannya yang penuh luka. Rasa perih dan sakit tentunya langsung menjalar di tubuh Raka. Ia menggigit kuat kain yang ada di mulutnya. Suaranya terdengar kelu tak sanggup menahan perih. Ia memberontak dan menangis kesakitan.

"Kenapa? Sakit? Ini baru alkohol. Luka sayat begini seharusnya dijahit, kan?"

Raka terkejut mendengar itu, ia menggeleng dan menggumam kencang berusaha melepaskan borgol ditangannya. Menjahit luka sayatan sebanyak ini? Tentu saja akan terasa sangat menyakitkan, apalagi jika dilakukan oleh psikopat ini. Seringai kecil yang terlukis di wajah itu kembali membuat Raka merinding.

"Hahah, jangan panik. Aku tau mana luka yang perlu jahitan atau tidak. Aku cuma mau lihat wajah takutmu, lucu sekali," ucap Jay tersenyum kecil sambil menyentuh dagu Raka. Ia beralih mengambil kain dan mengusap air alkohol di tubuh Raka.

Raka kembali memekik sakit saat lukanya mendapat gesekan. Setelah itu Jay meletakkan kain itu ke wadah lain lalu mengambil sebuah jar berukuran sedang. Tampaknya itu adalah obat salep luka. Raka kembali memekik saat Jay mengoleskan salep itu, rasanya dingin dan perih.

Raka menggumam kecil saat tangan pria itu mengoleskan salep ke lukanya. Tangan dingin itu mengusap pelan setiap lukanya. Semburat merah langsung menghiasi wajahnya saat tangan itu tak sengaja menggesek nipple-nya. Ia tersentak dan membuat Jay ikut terkejut.

My sweet TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang