6. leave me alone 🔺

2.3K 148 27
                                    

BRAKK.

suara pintu tertutup menggema kencang di lorong apartemen, disana berdiri dua orang pria yang terdiam menatap salah satu pintu apartemen di lorong itu, siapa lagi kalau bukan Jay dan Steve.

mereka berdua diusir keluar oleh Raka setelah pemuda itu terbangun, lorong itu hening sejenak sebelum Jay tertawa melihat Steve disampingnya.

"diam." ketus Steve.

"mau masuk lagi ?" tanya Jay sambil menekan nomor pin, pintu itu terbuka sedikit lalu kembali tertutup lagi karena didorong Raka, tak lama terdengar suara kunci manual dari dalam.

Steve mendengus pelan lalu berjalan ke arah lift, meninggalkan Jay yang masih berdiri didepan pintu.

"mau kemana ?" tanya Jay.

"keatas." balas Steve singkat lalu masuk ke lift.

Jay masih diam didepan pintu lalu menyentuh dagunya, ia menatap gagang pintu itu, tak ada cara lain lagi agar ia bisa masuk karena pintunya sudah dikunci manual dari dalam.

tak lama Jay sadar ia tak memakai sehelai baju apapun, Jay tertawa kecil lalu mengetuk pintu itu, "hei, bajuku didalam, kamu mau aku mati kedinginan huh ?"

hening, Jay menghela nafas malas lalu menatap ke arah lift, ia hendak kembali ke mansionnya karena badai sudah mereda, tapi belum lama ia berjalan menjauh, pintu itu terbuka dan kemeja putihnya dilempar keluar.

Jay tersenyum kecil lalu melirik lubang kecil di pintu dan mendekat, "alright, thank you for your service, little bird."

tak lama Jay berjalan meninggalkan pintu sambil menyibak dan memakai kemejanya lalu tenggelam didalam pintu lift, lorong itu hening seketika.

dibalik pintu apartemen, Raka terduduk lemas sambil mencengkram mulutnya sendiri, wajahnya masih memerah karena demamnya belum reda, dan kini pikirannya terbebani lagi oleh hal berat yang baru ia alami.

Raka menangis pelan memegangi kepalanya, ia tak mau percaya dengan apa yang sudah terjadi, ia tak mau percaya lagi dengan sosok yang selama ini ia anggap tameng terkuatnya.

sosok Steve yang selalu melindungi justru menyerang dirinya dari dekat, bekas cengkraman yang memerah di pergelangan tangannya terlihat jelas, ia sangat ingat Steve lah yang mencengkram tangannya paling erat dan tak membiarkannya berteriak kesakitan.

Steve lah yang menyiksanya lebih perih, luka dan siksaan yang sudah ia dapatkan sebelumnya tidak sebanding dengan yang Steve lakukan, dadanya dilukai lebih sakit, kepercayaannya seakan diinjak injak dengan kejam.

Raka menangis pelan menjatuhkan dirinya kelantai, tak perduli seberapa dingin lantai itu, wajahnya benar-benar memerah karena demam, bahkan air matanya terus mengalir membasahi lantai.

Raka terdiam sambil memeluk tubuhnya sendiri, ia menutup matanya dengan perasaan sakit yang masih menjalar ditubuh lemahnya, tanpa mempedulikan apapun lagi, ia tenggelam dalam ruang gelap yang sangat dingin.

---

2 minggu sejak kejadian itu, kamar apartemen Raka tak pernah terbuka lagi, bahkan saat Steve mencoba mengetuk dan berbicara pelan.

pria itu mengkhawatirkan keadaan sosok pemuda polos didalam sana, ia yang selalu bisa melihat Raka kapanpun yang ia mau kini terhalang oleh pintu yang terus tertutup dan memblokirnya.

"Raka, aku minta maaf, tolong buka pintunya." bujuk Steve sambil mengetuk pintu berulang-ulang.

tak pernah ada jawaban dari balik pintu itu, bahkan tak ada suara lagi yang memintanya menunggu, Steve merasa bersalah mengetahui Raka akan kecewa sampai seperti ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My sweet TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang