Illustration of Steve.
---
butiran putih turun begitu deras menciptakan badai salju, hawa dingin seakan bisa menusuk siapapun yang berani keluar malam itu, derasnya hujan salju menyiram setiap sudut kota dengan timbunan putih yang mulai menutup jalanan.
derasnya salju yang turun itu ditatap malas oleh Jay dari balik jendela kamar apartemen, ia berdiri sambil menyesap sebuah rokok di mulutnya, badai salju mungkin menjadi alasan kenapa ia masih ada disana.
Jay menyisir rambut wolfgrey nya kasar lalu beralih mengusap tengkuknya, tatto bergambar naga dipunggungnya kini sudah menghilang tergantikan kulit polos yang padat dengan lekukan otot besar.
ia berdecak kesal karena tidak bisa keluar berkat badai salju, tak lama netranya beralih pada gumpalan selimut tebal di kasur, pemuda itu masih terdiam dibawah sana.
Jay mendengus pelan mendekati kasur lalu menarik selimut itu kasar, memperlihatkan tubuh Raka yang penuh bekas luka dengan bercak merah dan bekas gigitan dimana-mana, ia tersenyum puas melihat karya manisnya.
"J-Jay, jangan !" panik Raka sambil menarik kembali selimut menutupi tubuhnya.
"hm ?, kenapa malu ?"
"nggak, aku... dingin, aku kedinginan, j-jangan diambil." lirih Raka masih berusaha menarik selimutnya lagi.
Jay tersenyum kecil mendengar, "dingin ya, kenapa nggak bilang dari tadi." bisiknya sambil mendekati dan naik ke kasur.
sontak Raka mundur menghindari Jay yang semakin mendekat dan memeluk tubuhnya erat, nafas panas dan hawa hangat dari tubuh kekar itu membuat Raka merinding.
"J-Jay, sesek... sesek, lepasin !" lirih Raka sambil menepuk tangan yang melingkar di dadanya.
"hm ?, katanya kedinginan ?" bisik Jay tepat disamping telinganya.
"ng-nggak gini."
Jay hanya tersenyum kecil lalu beralih mengecup dan mengigit tengkuk didepannya, pemuda itu langsung tersentak gemetar dan masih terus berkicau memohon dilepaskan, tentu ia tidak akan melakukan hal itu.
Jay masih mengecup dan menyesap kulit didepannya menambah bercak merah disana, gigitan kecil juga ikut andil berusaha mengeluarkan suara pemuda itu.
Raka menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya, ia merinding hebat saat merasakan sentuhan asing itu, tapi tak lama tangan kekar itu menyingkirkan tangannya dan menerobos masuk ke mulutnya.
"Jay... Jae- ah !"
"jangan tutup mulutmu, kamu taukan aku suka mendengar suaramu." bisik Jay lagi sambil menjilat telinga Raka.
tentu saja Raka bergidik geli, ia berusaha melepas cengkraman dan jemari Jay yang memainkan lidahnya, sampai perhatian mereka teralihkan pada suara ketukan di pintu.
Jay diam sejenak menatap kearah pintu, ketukan itu berulang beberapa kali, merasa terganggu Jay langsung beranjak dari kasur, Raka yang melihat itu tentu menahan tangan Jay, wajahnya terlihat memucat saat mendengar suara ketukan itu.
"siapa itu ?" tanya Jay dingin.
"i-itu... biar aku saja." balas Raka pelan.
tak lama Raka turun dari kasurnya perlahan memungut beberapa pakaiannya yang berserakan dilantai, ia langsung memakai dan menutupi semua luka dan bercak merah itu tak lupa membawa selimut menutupi lehernya.
Raka berdiri pelan sambil bertumpu pada dinding, pinggangnya yang terasa sangat nyeri membuat langkahnya mengecil, sampai ia berdiri didepan pintu dan membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My sweet Target
Romancemenjadi korban salah target dari seorang psikopat berdarah dingin bukanlah hal yang menyenangkan, terlebih ketika Raka yang menjadi korban itu dibiarkan hidup tapi dengan bayang bayang pisau yang siap menggorok lehernya kapanpun jika ia mengungkapka...