10 Tahun Kemudian
Semua berlalu begitu cepat, malam ini adalah bulan purnama dimana air laut akan pasang dan itu membuat para mermaid dan merman memilih untuk berdiam diri di rumah mereka selama semalaman karna kondisi arus yang tidak stabil. Namun kondisi ini justru dimanfaatkan oleh Jun untuk pergi diam-diam meninggalkan rumah dan rasnya itu. Ia sebenarnya sudah membuat tekad sejak lama ingin meninggalkan dunianya sekarang dan pergi ke dunia manusia tapi ia selalu menunggu waktu yang tepat.
"Tunggu Junhee"
Seorang mermaid menggenggam erat ekor Junhee, membuat Junhee terkejut karna ia mengira semua mermaid dan merman tidak ada yang berani keluar rumah selama satu malam.
"Mira?! Kenapa kau keluar? Cepatlah masuk ke dalam rumahmu"
Mermaid itu adalah Mira, mermaid yang sama seperti 10 tahun tang lalu yang selalu berusaha menghentikan Jun untuk pergi ke permukaan. Ia adalah teman dekat Junhee.
"Junhee apa kau gila? Aku tau obsesimu dengan permukaan tapi jika kau sampai terdampar karna arusnya makanya ekormu akan berubah menjadi sepasang kaki dalam semalam dan butuh waktu satu minggu untuk mengembalikannya menjadi ekor!"
Mira memarahi Junhee yang mengira Junhee hanya ingin kembali ke permukaan menikmati langit malam.
"Kali ini aku tidak akan kembali dalam seminggu atau sebulan, mungkin juga bertahun-tahun"
Junhee hanya tersenyum menanggapi Mira yang sedang marah. Ia mencoba memberi tahu Mira jika dirinya kali ini bertekad untuk hidup bersama manusia.
"Junhee kau.. ingin ke daratan? Kenapa? Apa terlahir sebagai seorang merman tidak membuatmu senang?"
Mira yang sadar berusaha untuk menerka alasan Junhee, mengapa ia memilih manusia dibanding rasnya sendiri.
"Apa kau.. menyukai seseorang di daratan?"
Junhee hanya menanggapi pertanyaan Mira dengan mengangguk. Mira yang terkejut perlahan melepaskan genggamannya di ekor Junhee, tentu saja selama ini ia mencintai Junhee bukan sebagai sahabat namun lebih dari itu.
"Mira aku.. maaf, aku tidak bisa melindungi dan menemanimu lagi, kau boleh membenciku"
Junhee menghampiri Mira dan memegang pundaknya setelah melihat wajah Mira yang terlihat hampir menangis.
"Kau pria bodoh! Kenapa kau rela akan mendapatkan kutukan hanya demi seorang manusia yang egois?!"
Mira menangis, ia memukul dada Junhee. Tentu Jun bisa memakluminya dan membiarkannya memukulnya.
"Seberapa cantik gadis itu? Seberapa baik gadis itu? Tolong pikirkan lagi"
Mira masih menangis, seluruh tangisannya berubah menjadi mutiara dan jatuh ke dasar laut. Junhee hanya terdiam dan tidak menjawabnya ia hanya memeluk Mira untuk yang terakhir kalinya sebelum pergi.
"Kau bodoh Junhee, kau harus bisa hidup. Aku tak akan pernah memaafkanmu"
Mira membalas dengan erat pelukan Junhee. Ia tak rela jika pria yang dicintainya pergi hanya untuk seorang manusia yang bahkan tidak ia kenal tapi ia juga tak bisa menahan Junhee untuk tetap tinggal sebagaimana mestinya.
"Pergilah sekarang. Jika matahari terbit para penjaga akan tahu. Aku harus pulang"
Mira melepas pelukannya dan mendorong tubuh Junhee untuk mejauh. Gadis itu lalu membalikan tubuhnya dan berenang menjauh sambil menahan lagi tangisannya. Junhee pun tersenyum kecil sambil melihat Mira untuk terakhir kalinya. Ia lalu segera pergi ke pantai lalu bersembunyi di balik batu menunggu matahari terbit agar ekornya bisa berubah menjadi sepasang kaki. Baju? Tentu Jun sudah mempersiapkannya, ia mengambil baju dan celana usang yang sudah di buang ke laut oleh manusia.
Setelah matahari terbit Junhee segera memakai pakaiannya, setidaknya dia tahu bagaimana cara memakai baju karna sejak kecil ia suka mengamati manusia yang menaiki kapal di sekitar wilayahnya. Junhee pun berjalan mengelilingi pantai, ia agak canggung berjalan karna memang pertama kalinya dan juga bingung harus kemana.
"Hei hei! Siapa kau? Ini kan belum jam buka... Oh? Pengemis.. bukan?"
Seorang penjaga pantai yang sedang berkeliling menghampiri Junhee dan terkejut melihat Junhee, bagaiman tidak meski terlihat seperti pengemis karna pakaiannya yang usang namun wajah Junhee terlihat terlalu tampan untuk seorang pengemis.
"Apa kau tak kedinginan? Kau terlihat seperti habis tercebur. Oh mau coklat panas? Ayo ke kantorku"
Penjaga pantai itu merasa iba melihat Junhee dan mengajaknya ke kantornya yang tidak jauh dari sana. Junhee hanya mengikutinya saja tanpa tahu apa-apa. Sesampainya disana Junhee disuruh duduk di sofa. Junhee menurutinya dan melihat-lihat banyak bingkai foto di kantor itu dengan foto para pengunjung yang setia datang ke pantai itu
"Ini coklat panasnya dan handuk untukmu. Aku akan menyiapkan jaket juga, jadi segera pulanglah ke rumah"
Petugas itu membantu Junhee mengeringkan tubuh dan rambutnya dengan handuk yang ia bawa. Junhee yang sedikit bingung hanya mengikuti apa yang petugas itu lakukan, ia lalu mengambil gelas berisi coklat panas itu dan meminumnya.
"Aku tak memiliki rumah"
Junhee menatap penjaga itu dengan tatapan polos sambil meminum coklatnya dengan santai.
"Aiguu.. benar-benar kasian sekali, tapi kau tak bisa tinggal disini. Bossku akan memarahiku nanti"
Petugas itu sibuk mencari jaketnya untuk Junhee. Sedangkan Junhee tidak menanggapinya dan hanya melirik kembali ke arah foto-foto yang terpajang sampai ada satu foto yang menarik perhatiannya. Ia langsung mengambil foto itu dan menghampiri penjaga pantai tersebut.
"Gadis ini... dimana aku bisa menemukannya?"
Junhee menunjuk seorang gadis yang merupakan gadis yang ia cari selama ini. Petugas itu lalu menoleh ke arah foto itu dan melihat gadis yang ditunjuk oleh Junhee.
"Oh? Dia putri keluarga Kang, dia tinggal cukup jauh dari sini. Kau mengenalnya?"
Penjaga itu melirik Junhee, wajahnya penasaran dan heran mengapa Jun tiba-tiba ingin menemui putri dari keluarga Kang itu. Junhee hanya menganggukkan kepalanya.
"Kau seperti bukan orang jahat. Baiklah, aku akan mencarikan bus yang tepat untukmu jadi kau bisa mencari gadis itu nantinya. Akan ku berikan alamatnya. Pakai ini dulu, jangan sampai kedinginan"
Penjaga itu mengira mungkin Junhee adalah orang yang pernah dibantu oleh keluarga Kang jadi ia memberikan sebuah jaket dan segera mengantarkan Junhee ke halte bus.
"Setidaknya beritahukan namamu dulu, kamu belum menyebutkan namamu daritadi. Ah aku Choi Hajun panggil saja petugas Choi"
Petugas Choi itu memperkenalkan dirinya sembari menunggu bus yang datang.
"Jun.. namaku Junhee, petugas Choi"
Junhee tersenyum melihat petugas Choi. Ia senang karna manusia pertama yang ditemuinya sangatlah baik.
"Ahh sayang sekali padahal wajahmu sangat tampan dan bisa menjadi model"
Petugas Choi bergumam melihat senyuman Junhee yang membuatnya jadi terpesona menyayangkan nasib buruk Junhee yang masih ia kira seorang gelandangan yang tampan.
"Ah itu busnya, masuklah aku akan membayar dan memberi tahu supirnya. Lalu kertas ini jangan sampai hilang, ini adalah alamat rumah keluarga Kang. Berhati-hatilah dan sampai bertemu lagi"
Petugas Choi memberikan kertas berisi alamat keluarga Kang dan mendorong Junhee agar segera masuk ke dalam bus. Tidak lupa petugas Choi membayar serta memberitahu supir untuk menurunkan Junhee di daerah Hongdae. Setelah itu petugas Choi melambaikan tangannya memberikan salam perpisahan sebelum bus itu berangkat. Junhee yang melihatnya dari jendela ikut melambaikan tangannya sambil tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Sea
FanfictionJika aku menjadi gelembung dan menghilang aku akan tetap mencintaimu. Bahkan ketika mencintaimu adalah hal yang salah, aku akan tetap melakukannya. Aku akan melindungimu meski aku sudah tidak bisa berenang dan berjalan, karna kau lah mutiara dan tuj...