4. Mencari Keajaiban

2 5 0
                                    

Author POV.

Pagi ini, hari seorang Kim Taehyung dimulai dengan membuka tirai putih jendela Prancis di kamarnya. Tercium bau disinfektan yang ringan dari ruang itu, meskipun tidak setajam di rumah sakit. Karena faktor keamanan, ia jarang meminta bibi petugas kebersihan untuk datang bekerja. Alhasil demi menjaga kebersihan untuk pasien koma yang kini masih terbaring di tempat tidurnya, pria itu hanya bisa melakukannya sendiri.

"Bagus, ini hari yang cerah untuk pemeriksaan," Bisik Taehyung menatap gadis itu, hari ini dia akan memanggil dokter untuk pemeriksaan rutinnya.

Ia mengambil handuk kecil dan air hangat yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Dengan hati-hati, ia menyeka tangan dan wajah Ahra. Gadis yang terlihat kuat itu kini hanya terbaring rapuh tanpa sedikitpun kewaspadaan. Wajahnya putih pucat, tangannya yang masih terjalin lemas selalu menimbulkan bayangan kematian di pikiran pria itu. Hanya kode monitor detak jantung dan nafas ringan yang membedakannya dengan mayat. Luka tembakan yang dideritanya beberapa bulan lalu sudah sembuh dengan baik. Hanya saja, Taehyung tidak tahu bagaimana gadis itu akan tahan melihat bekas luka tembak yang bewarna merah muda dikulit putihnya itu.

"Sayang... kapan kau akan membuka matamu itu hmm? Apa kau tidak bosan hanya tertidur disini? Izin cutiku hanya bisa diambil satu tahun. Jika saat itu kau tidak sadar, apa yang harus kulakukan?" Ucapnya lirih saat ia membelai rambut hitamnya dengan halus.

Tiga bulan ini banyak hal yang membuatnya khawatir, ia tidak pernah pergi dari apartemennya.

"Aku sudah memperbaiki pot yang kau jatuhkan... Eomma ingin kita berkunjung tahun ini, dan aku merindukan senyum tawamu." Pria itu terus bermonolog menghadapi kesunyian diruangannya. Suara tetesan infus yang ringan terdengar tajam ditelinganya.

"Hmm, uisanim menganjurkanku membaca buku bersamamu."

Mata Taehyung yang jernih menjadi buram saat mengingat ucapan sang dokter, hampir saja ia memukul wajahnya jika Jin tidak menghentikannya.

"Jika nona Lee tidak segera sadarkan diri, akan sulit untuk membangunkannya semakin lama ia koma." Ucap sang dokter yang diabaikan oleh Taehyung. Pria berjas putih itu hanya menghela nafas dan menyarankan, "Kau bisa menemaninya berbicara atau membacakan buku untuk merangsang otaknya. Sebenarnya, secara medis seharusnya ia sudah bangun, tapi entah apa yang membuatnya menolak semua usaha yang kita lakukan."

"Seorang peramal mengatakan pada kami bahwa ia memiliki takdir putri tidur tahun lalu." Bisik Taehyung tanpa sadar teringat akan ucapan seorang wanita asing yang mengaku ahli nujum.

"Hahaha, kau bisa bercanda Taehyung-ssi. Kami orang medis tidak berbicara tentang tahayul, tapi kau bisa mencoba menciumnya untuk membangunkan sang putri." Ucap dokter itu dengan nada bercanda sebelum mengemasi peralatannya dan pergi.

Tanpa sadar senyum samar terukir diwajah tampannya, ya... pria itu juga tidak mempercayai takhayul. Tapi tiga bulan dalam kesunyian membuatnya memutarbalikkan kepercayaannya.

Sekarang, ia seperti orang buta yang meraba-raba jalan keluar ditengah kegelapan. Apapun yang bisa menyadarkan gadis itu, selama ada kemungkinan, ia akan melakukannya. Sayang sekali, sejauh ini semua usaha itu belum mampu membuat gadis itu bereaksi.

Taehyung beranjak dari duduknya menuju rak buku di samping ruangan itu, Ia teringat gadis itu bukanlah penyuka cerita fiksi ilmiah atau novel-novel romansa. Gadis unik ini lebih menyukai dongeng anak-anak dengan fantasi liarnya.

"Baiklah, akan kubacakan salah satu cerita kesukaanmu." Bisik pria itu saat memilih sebuah kumpulan dongeng tidur untuk anak-anak dan kembali duduk disisinya.

"Gadis bertudung merah..., kau akan menyukainya."

Kata per kata, paragraf demi paragraf dibacanya dengan penuh penghayatan seolah tahu gadis itu mendengar semua yang diceritakannya selama ini. Ahra masih bertahan disini meskipun mungkin sulit untuknya, Taehyung tahu ini terlalu egois... tapi masih banyak hal yang ingin ia lakukan bersama. Banyak rencana yang mereka ucapkan dengan ringan meskipun tahu sulit untuk mewujudkannya. Tapi gadis itu harus bertahan disisinya, jika tidak, pergi menyebrang bukanlah ide yang buruk.

"Selesai, happy ending... aku iri pada gadis bertudung merah ini. Kalau saja aku memiliki korek ajaib yang dapat mengabulkan keinginanku, aku ingin kau segera sadar." Ucap pria itu dengan suara rendah, matanya beralih keluar jendela. Matahari sudah bersinar terik diluar tanpa ia sadari.

"Mungkin kau ingin keluar Taehyung?" Suara Jin yang entah sejak kapan sudah berdiri di depan pintu membuat Taehyung menoleh sebentar sebelum kembali menekuni cerita-cerita dongeng yang ada ditangannya.

Jin tahu mental Taehyung tengah lemah saat ini, tanpa pengawasannya, mungkin saja pria itu akan melakukan hal-hal berbahaya.

"Tidak, aku baik-baik saja disini." Tolaknya dengan cepat, meraih gelas dimeja dan meneguk jus jeruk yang tidak lagi dingin.

"Biarkan aku yang menjaganya... pergilah berbelanja atau hanya sekedar jalan-jalan. Kau tidak bisa tinggal di rumah selamanya!" Perintah Jin dengan geram.

"Haruskah aku pergi?" Tanya pria itu dengan ragu, ia ingin membeli buku dan beberapa keperluan pribadi yang mereka butuhkan.

"Kka! Kau bukan tikus got yang terus tinggal dalam sarangmu." Ucap sahabatnya itu dengan tegas.

"Sstt... pelankan suaramu! Arraseo, Aku akan pergi sebentar." Desisnya jengkel sebelum beranjak mencium kepala Ahra dan berbisik pamit.

"Good!" Bisik Jin dengan lega, akhirnya ia berhasil membuat pria itu melangkah keluar dari apartemen setelah beberapa bulan.

Taehyung tersenyum lemah padanya, matanya kembali menatap keluar jendela memastikan tidak ada orang mencurigakan di komplek itu. Dengan dorongan ringan, Jin memaksanya keluar sambil berbisik, "Jangan khawatir, aku akan menjaganya dengan baik. Kalian adalah bagian dari keluargaku. Jika terjadi sesuatu, hidup hyung mu ini yang akan kupertaruhkan."

"Hmm... kami tidak ingat memiliki kakak sepertimu!" Ucapnya ringan sebelum meraih jaket dan pakaian kasual yang berada di lemari dan keluar.

"Sialan kau!" Jin mengumpat rendah, jarang sekali Ia mengatalan hal-hal menyentuh, tapi pria itu tidak menghargainya sama sekali.

Taehyung menghela nafas untuk kesekian kalinya saat kakinya melangkah keluar. Matanya memindai situasi disekitar sebelum langkah berat diambilnya menuju parkiran bawah tanah apartemen mereka.

Mobilnya terpakir apik di ujung tempat, terakhir kali ia digunakan mungkin sekitar satu bulan yang lalu. Beruntung biasanya ia merawat kendaraan itu dengan baik, setelah menyalakan mesin dan memeriksa indikator mesin itu, ia menginjak gas dan menjalankannya.

Mobil itu melaju menjauhi apartemen mereka, Taehyung menjauhi pusat kota dan berbelok ke arah perbelanjaan dipinggir kota. Tempat itu jarang CCTV sehingga lebih aman untuk identitasnya.

1 tahun kemudian...

Sudah satu tahun waktu berlalu sejak penembakan Ahra, satu tahun juga gadis itu terbaring di atas tempat tidur. Wajahnya jauh lebih tirus dibandingkan dengan foto awal yang mereka ambil sebelum berpisah untuk menjalankan misi terkutuk itu.

Dokter yang Taehyung panggil untuk memeriksanya semua berkata bahwa tubuhnya baik-baik saja, alat vitalnya bekerja dengan baik, scan otaknya juga tidak memperlihatkan masalah. Gadis itu hanya tidak bisa bangun. Saat mereka menyerah, Taehyung tidak lagi mempercayai mereka.

Jin kembali datang untuk menyeret Taehyung pergi keluar. Ia berkata bahwa dia adalah kakak mereka dan akan mempertaruhkan nyawanya untuk menjaganya. Ucapan itu membuat Taehyung terpaku, Ia merasa telah mendengar hal yang sama. Semua seperti de javu karna pengulangannya dari satu tahun yang lalu.

Taehyung menjalankan mobilnya tanpa arah tujuan setelah menyelesaikan list belanjanya. Tanpa sadar mobilnya sudah melaju ke arah Namsan sebelum berhenti. Matanya melihat area sekitar, setelah memastikan tidak ada yang mencurigakan, Ia memakai maskernya dan keluar dari mobil. Cuaca terlihat cerah meskipun suhu berada dibawah 15 derajat. Pria itu memilih untuk berjalan kaki mengikuti jalan setapak di depannya.

Takdir Rahasia VTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang